KONSERVASI FOSIL GADING GAJAH INSITU DI ALAS NGREJENG

0
1485
Proses pemberian treatment pada fosil gading gajah yang rapuh di lokasi

Penyelamatan temuan fosil gading gajah yang ditemukan oleh Subadi pada hari Selasa tanggal 16 Juni 2015 ini  cukup menghebohkan. Fosil gading gajah sepanjang hampir 2 meter ini masih insitu (di Alas Ngrejeng, Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) sehingga tim harus melakukan penggalian dan dikarenakan kondisi fosil yang hampir 50% rapuh dan basah maka perlu dilakukan konservasi di lokasi sebelum dilakukan pengangkatan. Fosil terbungkus tanah yang kompak berwarna kuning kecoklatan. Bagian unjung gading kondisinya kuat, namun bagian pangkal gading kondisinya retak dan rapuh, sebagian tanah dan akar-akar halus dari tumbuhan sekitar masuk ke dalam bagian tubuh fosil.

Setelah dilakukan penggalian untuk membuka fosil yang masih terbungkus tanah, fosil dibiarkan terkena udara bebas selama sehari semalam sebelum dilakukan pengangkatan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar air dan tingkat kelembaban yang ada pada fosil.

Kondisi fosil gading gajah masih insitu
Kondisi fosil gading gajah masih insitu

Selanjutnya proses konservasi yang dilakukan adalah dengan memberikan treatment dari campuran bahan perekat dengan larutan paraloid  yang konsentrasinya 2%. Proses ini dinamakan injeksi/ konsolidasi. Proses ini bertujuan untuk memberikan penguatan/ pengerasan pada fosil yang rapuh. Mekanismenya dengan cara menginjeksikan/ mengoleskan campuran bahan perekat dengan larutan paraloid tadi dengan kuas. Alat yang digunakan dalam proses ini antara lain kuas, ember, tatah, gelas beker besar, dan tali. Bahan konservan yang digunakan untuk proses ini adalah bahan perekat yang terdiri dari campuran epoksi resin dan epoksi hardener sebanyak 225 ml, larutan paraloid 2% sebanyak 3000 ml.

Proses pemberian treatment pada fosil gading gajah yang rapuh di lokasi
Proses pemberian treatment pada fosil gading gajah yang rapuh di lokasi

Proses injeksi/ konsolidasi ini biasanya dilakukan selama sehari semalam, agar bahan konservan dapat ter-absorbsi maksimal oleh seluruh bagian fosil. Namun dikarenakan kendala teknis yakni lokasi fosil yang berada di pinggir jalan yang rawan tindakan kriminal dan di dalam hutan yang tidak dimungkinkan untuk dilakukan penjagaan (faktor keamanan), maka fosil langsung diangkat dari lokasi sehingga mengakibatkan fosil mengalami kerusakan. Untuk konservasi selanjutnya direkomendasikan untuk menggunakan bahan konservan alternatif lain yang lebih efektif untuk menyelamatkan temuan (fosil) yang masih insitu misalkan dengan menggunakan polyurethane. (nurul)