WARISAN HARUS DISAMPAIKAN (KEPADA GENARASI PENERUS)

0
1834

Heritage must be transmitted begitu kira-kira kalimat yang tertera dalam sebuah display di PIP (pole international prehistoire). Sebuah pusat informasi internasional  milik situs prasejarah di Les Eyzies di Dogdorne, wilayah Perancis bagian selatan. Sebuah pesan yang memiliki arti mendalam, yang akan disampaikan dalam artikel ini. Sebuah kesempatan yang langka bisa belajar di situs yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO sejak 1979. Suasana yang saya rasakan ketika memasuki kota kecil bernama Les Eyzies adalah bersih, nyaman, tenang, sejuk dan indah. Tidak saya lihat sedikitpun sampah tercecer di jalan, atau aroma yang tak sedap yang keluar dari timbunan sampah. Benar-benar alami, rumah-rumah tradisional penduduk yang unik dengan taman kecil yang indah, kebetulan saat itu sedang musim semi (spring) menjelang musim panas (summer). Kicauan berbagai jenis burung terdengar alami dari habitat aslinya. Masyarakatnya pun sangat ramah. Kota itu memang sebuah resort, jadi banyak turis yang datang untuk melihat-lihat situs-situs prasejarah di sana. Itu adalah sekilas tentang kesan pribadi saya terhadap situs situs prasejarah yang bernama Valley Vezere di Les Eyzies. Valley Vezere adalah sebuah lembah sepanjang 37 km yang terdapat peninggalan jejak Homo neanderthal dan Cro magnon sejak 400.000 tahun yang lalu berupa gua dan ceruk
(rock shelter) dengan lukisan (painting), ukiran (engraving) dan pahatan (sculpture).

Pada bulan Mei tahun 2015 saya mendapat kesempatan mengunjungi beberapa gua dan rock shelter di sana. Rock shelter adalah ceruk yang berada di tebing batu, di tempat itu banyak ditemukan peninggalan kehidupan masa lalu yang menandakan tempat itu pernah dihuni. Pengalaman yang akan saya ceritakan adalah ketika masuk kedalam salah satu gua yang bernama Font de Gaume. Setelah menunjukkan tiket kepada pemandu (tour guide), dia meminta saya untuk menunggu rombongan turis lain yang juga akan dipandu olehnya dengan bahasa Inggris. Setelah rombongan turis yang pada waktu itu berasal dari Kanada, AS datang, pemandu tersebut mengumpulkan kami dan menyampaikan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi ketika nanti kami memasuki gua. Hal-hal yang harus kami patuhi itu antara lain adalah tidak boleh memotret dan menyentuh dinding gua. Dia menyampaikan hal tersebut bukan tanpa alasan, semua itu adalah untuk kepentingan konservasi. Lukisan dalam gua tersebut usianya sangat tua, yaitu sekitar 15.000 tahun yang lalu yaitu pada masa Magdalenian. Magdalenian adalah salah satu masa dalam pembabakan peninggalan kebudayaan lukisan dinding gua. Kondisi mikroklimat dalam gua itu sebenarnya sudah stabil untuk menjaga kelestariannya, kondisi kelembaban dan suhu dipantau selama 24 jam. Hal yang dapat mengganggu kondisi mikroklimat tersebut adalah pengaruh dari luar, yaitu pengunjung. Pengunjung yang masuk membawa panas dan uap air ketika bernafas, hal ini jika tidak dikontrol bisa merusak kelestarian lukisan gua tersebut. Pengelola situs juga membatasi pengunjung setiap harinya, mereka hanya menjual 50 tiket perhari. Pemandu menyampaikan hal itu dengan penekanan yang serius namun wajahnya tetap sopan dan ramah, sehingga kami sebagai pengunjung tersihir untuk mematuhi perintah tersebut dengan penuh keikhlasan. Pemandu memberikan penjelasan tentang detail lukisan pada saat kami menyaksikan setiap dinding yang terdapat luksiannya. Dia mampu membuat kami membayangkan seolah-olah kami berada disana pada masa lalu. Saat itu, 15.000 tahun yang lalu manusia menghuni gua dan telah mampu mengekspresikan imajinasinya ke dalam sebuah lukisan yang realistik. Lukisan itu masih bisa dinikmati oleh generasi penerus mereka saat ini. Sebuah warisan yang berhasil diwariskan dalam rentang waktu 15.000 tahun. Oleh karena itu, kini saatnya generasi sekarang menjaga warisan itu sehingga dapat diwariskan ke genarasi selanjutnya.

Indonesia, tanah air kita tercinta pun memiliki kekayaan serupa, bahkan warisan dunia yang kita miliki berusia lebih tua yaitu situs prasejarah Sangiran. Manusia purba yang hidup 250.000 tahun yang lalu sudah mampu menciptakan peralatan, dan sisa-sisa kehidupan mereka terawetkan oleh alam. Evolusi lingkungan si situs Sangiran pun terawetkan sejak 2.500.000 tahun yang lalu. Sehingga ketika generasi penerus mereka menemukannya, warisan itu memberikan manfaat yang sangat besar bagi generasi tersebut. Seperti yang dirasakan oleh masyarakat Les Eyzies yang sebagian besar pendapatan daerahnya melalui pariwisata. Situs tersebut menjadi pusat untuk penelitian bagi para ilmuwan dan pelajar di bidang arkeologi khususnya prasejarah. Contoh tersebut adalah dari segi keuntungan material dan pendidikan. Selain itu ada yang lebih penting yaitu nilai emosional yang disampaikan dari warisan itu. Spirit atau semangat yang tersampaikan ke jiwa para generasi penerus untuk mengingatkan generasi selanjutnya supoaya lebih bijak dalam menggunakan sumber daya alam.

Harapan idealis akan pelestarian warisan dunia juga disampaikan untuk situs manusia purba Sangiran. Kita tidak boleh terlalu cepat merasa puas dengan apa yang sudah kita capai saat ini. Masih banyak yang perlu kita perbaiki bersama. Semua berasal dari diri melatih kedisiplinan kita sendiri, misalnya dengan menjaga kebersihan lingkungan terdekat kita. Mengambil sesuatu dari alam sesuai pada porsinya, membiarkan kondisi alam yang sudah baik dan stabil tetap seperti aslinya. Itu adalah hal sederhana yang dapat dilakukan oleh setiap orang. The Heritage must be Transmitted. (Marlia Yuliyanti Rosyidah)

gb 1 gb 2

Gambar ki-ka : salah satu lukisan berbentuk bison pada dinding gua Grotte Font de Gaume dan salah satu sudut kota Les Eyzies yang bersih dan indah