Spesimen asli koleksi fosil yang terpajang ini disimpan dengan baik di Senckenberg Forschungsinstitut und Naturmuseum, Frankfurt, Jerman. Mereka dikumpulkan selama kurun penelitian von Koenigswald di Sangiran, dari 1936 sampai 1941. Sebelumnya, koleksi ini mempunyai beberapa nama, seperti Meganthropus B merujuk pada temuan fosil rahang bawah dari Glagahombo pada 1941, Pithecanthropus IV untuk temuan yang diumumkan oleh von Koenigswald dan Weidenreich pada 1939 yangmasuk dalam takson Pithecanthropus robustus, dan lain-lain. Adalah Teuku Jacob, peneliti dari Universitas Gadjah Mada, yang kemudian mengenalkan kode penamaan hominid dari Sangiran dan Jawa pada tahun 1975. Kode T. Jacob kemudian digunakan secara konstan untuk penamaan temuan-temuan Sangiran. Kini, fosil-fosil “Koleksi von Koenigswald” ini dikenal sebagai Sangiran 1-Sangiran 7 (S1-S7).
Fosil pertama “Koleksi von Keonigswald” ditemukan pada 1936, disebut Sangiran 1a, dan merupakan fragmen rahang (mandibula) yang diperkirakan berumur 1,6 juta tahun yang lalu. Di tahun-tahun berikutnya, Sangiran menjadi lahan subur bagi penelitian von Koenigswald. Hingga periode 1941, tiga fragmen tengkorak Homo erectus (Sangiran 2, 3, dan 4),lima fragmen mandibula (Sangiran 4, 5, 6a, 6b, and 6c), dan 52 temuan gigi lepas (Sangiran 7) dapat diangkat dari kubah Sangiran. Dari masa penemuannya di Sangiran hingga dia wafat, “Koleksi von Koenigswald” seakan tak terpisahkan dari dirinya: selalu mengikuti kemana pun dia pergi. Sumber: Museum Manusia Purba Klaster Ngebung