Dalam siniar dengan Presiden RI, Menteri Nadiem menanyakan kemajuan dunia pendidikan yang menjadi visi Presiden RI. “Pendidikan yang berkualitas dan kompetitif untuk semua. Inklusif sampai ke pinggiran, ke pelosok desa, ke pelosok Tanah Air,” jawab Presiden RI.
Kepala Negara menanyakan apa saja yang telah dilakukan Menteri Nadiem untuk mencapai pendidikan yang berkualitas. “Banyak terobosan penting Merdeka Belajar yang diluncurkan di masa pandemi,” tanggap Nadiem.
Nadiem menjelaskan soal Merdeka Belajar episode pertama, dimana salah satu dari empat pokok kebijkan yang diubah adalah digantinya Ujian Nasional (UN) menjadi Asesmen Nasional (AN). “Untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia, kita akan mengadakan survei karakter, dimana nilai-nilai Pancasila dapat kita ukur dan kuantifikasi per sekolah. Isu-isu seperti intoleransi, kekerasan seksual, dan perundungan dapat kita ukur dan menjadi salah satu program big data pertama Indonesia,” jelasnya.
Nadiem juga bercerita tentang Merdeka Belajar episode kedua: Kampus Merdeka, Merdeka Belajar episode ketiga, dimana skema dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) kini semakin terasa manfaatnya, Merdeka Belajar episode kelima: Guru Penggerak, dan Merdeka Belajar episode keenam: Transformasi dana pemerintah untuk pendidikan tinggi.
Presiden RI menekankan bahwa Indonesia adalah negara besar sehingga kebutuhannya pasti beragam. Menanggapi hal tersebut, Menteri Nadiem mengingat apa yang pernah disampaikan Kepala Negara kepada dirinya dulu, “keseragaman belum tentu keadilan”.
Arahan Presiden RI itulah yang mendorong Menteri Nadiem mengeluarkan sejumlah kebijakan yang lebih afirmatif dan berkeadilan sosial seperti Merdeka Belajar episode Kesembilan Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah Merdeka dan dana BOS majemuk.
Kepala Negara mengakui bahwa kebijakan-kebijakan Merdeka Belajar sangat baik. “Bagus sekali. Inilah perubahan. Inilah lompatan yang sudah lama ingin kita lakukan,” tandas Presiden RI.
Sumber: kemdikbud.go.id