Kemah Budaya Kaum Muda Picu Inovasi Pemajuan Kebudayaan

0
441

Kaum muda Indonesia memiliki peranan penting dalam upaya pemajuan kebudayaan, khususnya pada era industri 4.0. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan menyelenggarakan Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM) Tahun 2019 sebagai pendekatan baru pemajuan kebudayaan.

Kemah Budaya Kaum Muda melibatkan kaum muda berusia 18–28 tahun untuk mencari solusi bersama atas tantangan pemajuan kebudayaan di wilayahnya masing-masing. Diselenggarakan di kawasan Candi Prambanan pada tanggal 21 sampai dengan 25 Juli 2019, kegiatan ini mengambil tajuk “Kaum Muda Berkarya, Indonesia Bahagia”.

“Maju mundurnya kebudayaan tergantung Saudara semua. Kemah Budaya ini menjadi titik tolak untuk memajukan kebudayaan kita,” disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, di Candi Prambanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Minggu (21/7).

Mendikbud berharap agar kaum muda yang berkumpul dalam KBKM dapat saling bertukar pengalaman baik, berkarya bersama, dan membangun jejaring pemajuan kebudayaan nasional. Kompetisi yang terjadi dalam KBKM, hendaknya dapat difokuskan kepada upaya menumbuhkan semangat berkolaborasi. “Indonesia ini akan menjadi negara kuat, berkembang menjadi bangsa yang maju, kalau kaum mudanya tidak sekadar mengedepankan kompetisi. Tetapi juga mengembangkan kolaborasi, kebersamaan, dan jaringan yang besar seluruh tanah air,” ujar Menteri Muhadjir.

Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengungkapkan bahwa KBKM merupakan tindak lanjut Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) Tahun 2018. “Kita lihat di dalam Kongres Kebudayaan itu minat dan keterlibatan anak muda sangat besar. Sayangnya, di kongres itu, anak muda yang berbicara masih terbatas,” ujarnya.

Kemah Budaya Kaum Muda Tahun 2019 diikuti 561 peserta yang tergabung dalam 132 kelompok dari 28 provinsi. Terdapat empat kelompok besar dalam KBKM 2019 yang mewakili ide besar yang diharapkan dapat diwujudkan sebagai solusi atas tantangan pemajuan kebudayaan, yakni Purwarupa (prototype) Aplikasi (46 kelompok), Purwarupa Fisik (31 kelompok), Aktivasi Kajian (25 kelompok), dan Aktivasi Kegiatan (31 kelompok).

Usai menggali permasalahan yang terdapat di dalam dokumen Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) wilayah masing-masing, kaum muda ditantang menghadirkan solusi pemajuan kebudayaan dengan memanfaatkan sains (science), teknologi (technology), rekayasa (engineering), seni (art), dan matematika (STEAM). “Kita berupaya mendorong inovasi teman-teman kaum muda ini. Karena mereka nantinya akan bertemu dengan teman-teman yang kurang lebih memiliki gairah dan kepedulian yang sama terkait pemajuan kebudayaan,” tutur Dirjen Kebudayaan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi menjadi salah satu penggerak di berbagai bidang kehidupan. Namun, konten menjadi kunci dalam memenangkan persaingan global. “Perlombaan kita di level bangsa-bangsa kalau level teknologinya sudah kurang lebih sama, maka perlombaannya di level konten. Dan kita memiliki konten yang sangat luar biasa,” jelas Dirjen Kebudayaan saat menjelaskan peran strategis KBKM dalam menghadirkan inovasi dari akar rumput.

Sebagai platform kerja budaya, KBKM memainkan sejumlah peran penting, di antaranya 1). Sebagai ruang inkubator untuk inovasi pemajuan kebudayaan; 2). Sebagai ruang kerja bersama (coworking space) bercorak gotong-royong; 3). Sebagai ruang fasilitasi atas usaha rintisan di bidang pemajuan kebudayaan; dan 4). Sebagai ruang rangsangan inisiatif anak muda di bidang pemajuan kebudayaan. “Idenya itu membangun ekosistem. Harapannya ke depan interaksi di antara stakeholders akan jalan terus. Dan (KBKM) ini menjadi platformnya. Ini akan menjadi forum setiap orang. Ini akan bergulir, dan semua orang nantinya dapat terlibat,” kata Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid.

Untuk menguatkan kolaborasi, maka kelompok kaum muda peserta KBKM akan dibantu Tim Fasilitator yang mendorong terciptanya interaksi yang sehat dan mendorong kolaborasi. Kemudian, gagasan kaum muda yang telah dipertajam lewat bimbingan ini dipresentasikan di hadapan Juri pada 23 dan 24 Juli 2019. Pada akhirnya, dipilih 12 kelompok terbaik yang mendapatkan dukungan fasilitasi dari Kemendikbud agar purwarupa dan aktivasi inisiatif sosialnya dapat diwujudkan.

Keduabelas inovator terbaik pada KBKM 2019 di antaranya adalah

Purwarupa Aplikasi:

  1. Wawara Project (Jawa Timur)
  2. Permata (Jawa Barat)
  3. Ken Arok (Jawa Timur)

Purwarupa Fisik:

  1. Kosikopat (Riau)
  2. Lasinrang Youth (Sulawesi Selatan)
  3. Storia Karacitra (Jawa Barat)

Aktivasi Kajian:

  1. Sungai kita (Jawa Barat)
  2. Kata Kerja (Sulawesi Selatan)
  3. Sitasinattaoi (Nias, Sumatra Utara dan Mentawai, Sumatra Barat)

Aktivasi Kegiatan:

  1. Sangar Rojolele (Jawa Tengah)
  2. Tinung Rimbu (Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur)
  3. Garudeya (Jawa Timur)

Pada penutupan KBKM, peserta membacakan Seruan Aksi dari Candi Prambanan. Setelah berinteraksi dan berembug selama kurun waktu 3 hari, kaum muda mencapai sebuah kebulatan tekad untuk terjun langsung dalam memajukan kebudayaan dengan gotong-royong lintas disiplin. Sepuluh butir seruan aksi ditujukan kepada semua pemangku kepentingan kebudayaan, khususnya kaum muda Indonesia.

“Kami siap bekerja dan mengawal realisasi seruan tersebut sehingga dari tangan kita semua akan tercipta Prambanan-Prambanan baru sebagai fondasi bagi Indonesia Bahagia,” janji para peserta KBKM 2019 dari Candi Prambanan, Sleman, D.I.Y. (*)

 *Disiapkan oleh Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendikbud dan Tim Komunikasi Pemerintah Kemenkominfo

 #KBKM2019

#KitaMasaDepan

#CerdasBerbudaya

#IndonesiaBahagia