Bersama Teilhard de Chardin dan Hallam L. Movius, Helmut de Terra tergabung dalam The American Soeutheast Asiatic Expedition. Tim ekspedisi ini menyelesaikan penelitian di Birma, dan sesudahnya tiba di Jawa pada 3 April 1938 untuk memenuhi undangan von Koenigswald: meneliti lapisan tanah tempat ditemukannya fosil hominid serta alat-alat batu di Jawa. Tetapi, dua tahun sebelum kunjungan itu, de Terra telah turut mengirim surat rekomendasi kepada Yayasan Carnegie, untuk mendesak dukungan dana atas penelitian von Koenigswald di Sangiran.
Dari November 1937 hingga Maret 1938, Helmut de Terra memimpin sebuah ekspedisi bernama The American Southeast Asiatic Expedition yang memasukkan Jawa sebagai salah satu area penelitian pararel dengan wilayah-wilayah lain di Asia Tenggara. Reputasinya sebagai ahli geologi, paleontologi, dan antropologi fisik telah teruji di berbagai medan di Himalaya, India, Burma, China, dan Amerika. Ia bahkan dijuluki sebagai “Asian expert” (ahli Asia). Di Jawa, ia bertemu dengan von Koenigswald, selama ekspedisinya di Asia Tenggara.
Hasil penelitian de Terra selama di Jawa dipublikasikan dengan judul “The Pleistocene Geology and Early Man in Java”. Artikel ini merupakan suplemen dari Research on Early Man in Burma (laporan penelitian The American Southeast Asiatic Expedition). Di dalamnya, de Terra mendeskripsikan kronologi geologi beberapa situs, antara lain Sangiran, Trinil, dan Ngandong. Selain itu, ia turut pula meneliti posisi stratigrafi alat-alat dari zaman batu tua (paleolitik) yang pernah berlangsung di Jawa; antara lain alat batu Sangiran, alat tulang Ngandong, dan alat batu Pacitan.
Ia tak sependapat dengan von Koenigswald, yang menyatakan bahwa alat batu temuan permukaan tersebut berasal dari Kala Plestosen Tengah (sekitar 400.000 tahun yang lalu). De Terra bersama de Chardin dan Movius mengkritik von Koenigswald dan menyatakan bahwa alat batu tersebut berasal dari endapan kerakal lapisan Notopuro, yang lebih muda. Menurutnya, teknologi alat-alat batu Sangiran terlalu maju bagi Pithecanthropus. Dengan kata lain, Manusia Jawa belum dapat menciptakan alat batu.
Sumber: Museum Manusia Purba Klaster Ngebung