FILOSOFI TUMPENG DI BPSMP SANGIRAN

0
1553

Setelah selasai upacara memperingati hari jadi RI ke-71, di BPSMP diadakan pemotongan tumpeng dan makan bersama. Tumpeng dibuat untuk acara perayaan tersebut memiliki arti dan makna yang lebih menunjukkan pada suatu rasa syukur kepada Tuhan YME. Dalam tradisi Jawa, tumpeng digunakan dalam acara tertentu seperti acara syukuran yang mengundang beberapa orang tetangga dan kerabat dan kemudian dimakan bersama.

17-an disangiran (3)

Tumpeng adalah cara penyajian nasi beserta lauk-pauknya dalam bentuk kerucut; karena itu disebut pula ‘nasi tumpeng’. Olahan nasi yang dipakai umumnya berupa nasi kuning, meskipun kerap juga digunakan nasi putih biasa atau nasi uduk. Tumpeng merupakan warisan tradisi nenek moyang yang sangat tinggi nilai dan maknanya karena merupakan simbolisasi yang bersifat sakral. Sajian olahan nasi ini sangat identik dengan budaya tradisi selamatan khas suku bangsa di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa (Jawa, Sunda, dan Madura) dan Bali.

Sebagian Tumpeng berbentuk kerucut yang mengandung makna ‘mengarah ke pada Tuhan YME’, sebagai pusat dari ungkapan syukur. Sehingga Tumpeng yang digunakan untuk acara Tasyakuran, cenderung berbentuk kerucut menyerupai kemuncak gunung yang menyimbolkan keselamatan, kesuburan dan kesejahteraan. Tumpeng yang menyerupai Gunung menggambarkan kemakmuran sejati. Air yang mengalir dari gunung akan menghidupi tumbuh-tumbuhan. Tumbuhan yang dibentuk ribyong disebut semi atau semen, yang berarti hidup dan tumbuh berkembang. Kesemua unsur tersebut merupakan wujud perwakilan semua hal yang dimiliki manusia untuk dipersembahkan kepada yang Maha Kuasa. (Wiwit Hermanto)