Diawali dari Sebuah Kesederhanaan dalam Berkarya

0
385

Dengan alat-alat sederhana dan mudah ditemui disekitarnya Kelompok Tari Purba berusaha berkesenian untuk menampilkan kisah masa lalu yang ada ditempatnya tinggal. Situs Sangiran yang merupakan tempat mereka tinggal menyimpan kisah masa lalu yang menjadi salah satu kunci pengetahuan tentang manusia purba.
Dengan alat-alat sederhana yang dengan mudah ditemui disekitar mereka, kelompok ini mulai berkarya dengan tari purba yang mereka tampilkan. Alat musik yang dimanfaatkan oleh kelompok ini adalah seng, kentongan, dan drum. Suara yang dihasilkan berupa nada menuntun para penarinya bergerak sesuai dengan cerita dan irama yang dihasilkan.
Dengan berlatih dan melakukan pertemuan secara rutin, terjadi saling pemahaman dan pengertian antar anggota. Pengertian dan saling memahami ini yang kemudian menjadikan gerakan dan suara musik yang mereka hasilkn seiring dengan kisah yang mereka bawakan.
“Kami rutin berlatih, berkumpul sebulan sekali untuk berlatih, memahami dan mendalami peran kami masing-masing”, seru Warseno.
Alat-alat sederhana yang menjadi andalan mereka dalam menciptakan musik untuk menghidupkan tari purba yang mereka bawakan, menghidupkan dan memberi warna dalam gerak tari yang dibawakan.
“Jumlah anggota Tari Purba 21 orang, ada yang sebagai penari dan pemain musik”, jelas Warseno.
Dengan latar belakang berbeda, mereka mencoba tetap eksis dan berkesenian. Mencoba menyebarkan pesan tentang kehidupan masa lalu, sebuah kehidupan di Sangiran yang menjadi sumber pengetahuan.
Latar belakang pekerjaan yang berbeda ini ternyata memperkaya warna bagi kelompok ini. “Ada yang menjadi THL, tenaga kebersihan, bayan, tukang, dan ibu rumah tangga”, papar Warseno.
Dari pekerjaan yang mereka geluti tersebut, pertanian menjadi dunia yang tak lepas dari keseharian mereka. Kesederhanaan yang terpancar dari gerak dan langkah Kelompok Tari Purba ini menjadi sebuah inspirasi tiada henti bagi gerak dan langkah mereka. Gerak dan langkah guna memantapkan sebuah langkah untuk berperan melestarikan Situs Sangiran melalui kesenian.(Wiwit Hermanto)