Museum sebagai sebuah institusi memiliki peran mengenalkan produk kebudayaan berupa koleksi museum kepada masyarakat. Hal ini dilakukan dengan memamerkan sajian benda-benda budaya (material culture) dalam sebuah ruang tata pamer.
Seperti yang telah kita ketahui, Pandemi COVID-19 masih belum usai. Begitu pula kebijakan pemerintah yang mengharuskan adanya pembatasan mobilitas baik aktivitas sosial hingga pendidikan. Sejalan dengan hal tersebut, penutupan banyak museum-museum di Indonesia masih tetap diperpanjang. Sebagai contoh sebanyak sepuluh museum pemerintah dibawah Ditjen Kebudayaan, Kemdibudristek masih dilakukan penutupan sementara. Penutupan tersebut terutama dalam hal layanan pengunjung. Dan Museum Manusia Purba Sangiran salah satunya.
Sebagai usaha menjembatani kebutuhan layanan edukasi masyarakat, sampai saat ini Museum Sangiran masih menyelenggarakan layanan edukasi terhadap masyarakat dalam bentuk virtual. Layanan virtual ini dapat diakses secara mandiri baik melalui aplikasi google arts and culture maupun layanan virtual tour Museum Sangiran, serta media sosial melalui akun sangirankita baik youtube, facebook, maupun instagram yang diperbarui berkala.
Layanan digital virtual museum
Terdapat dua platform digital utama Museum Sangiran yang menjadi corong layanan virtual resmi selain media sosial.
Pertama yaitu Google arts and culture Museum Sangiran yang dapat diakses mandiri tanpa pemanduan melalui tautan https://artsandculture.google.com/partner/sangiran-early-man-museum. Platform ini menawarkan tiga tema pameran daring diantaranya; “The Java Man, his Life and Surroundings”, “The Local Heroes”, dan “The Animals of Sangiran”. Ditambah informasi mengenai lima Museum Klaster Sangiran dalam bentuk street view dan 48 koleksi penting Museum Sangiran melengkapi khasanah pengetahuan pengunjung virtual.
Platform kedua, virtual tour Museum Sangiran yang memiliki kelebihan berupa layanan interaktif disepanjang jalannya pemanduan. Sekalipun platform ini dapat diakses baik mandiri, manfaat penyampaian informasi koleksi akan lebih nyata jika pengunjung menggunakan pemanduan dari petugas museum. Pengunjung dapat mengakses layanan interaktif virtual tour Museum Sangiran dengan beberapa ketentuan, diantaranya mengajukan surat permohonan terlebih dahulu. Namun, meski demikian layanan interaktif ini merupakan pemanduan alternatif bebas biaya yang memungkinkan pengunjung memperoleh pengalaman seperti halnya menjelajah bangunan museum sangiran langsung. Melalui interaktif virtual tour, pengunjung dapat menyaksikan koleksi pada tiap ruang pamer di Museum Sangiran Krikilan dengan pemanduan dari museum secara langsung.
Meskipun demikian, layanan virtual tersebut memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi, seperti belum tersedianya fitur memperbesar (zoom in) pada setiap koleksi. Selain itu akses internet tidak merata pada setiap pengunjung virtual menyebabkan berkurangnya kenyamanan saat menjelajah ruang virtual museum.
Data layanan pemanduan virtual BPSMP Sangiran, sampai Bulan Agustus tahun 2021, tercatat sebanyak8 kali pemanduan virtual dari tujuh instansi/kelompok dari berbgai provinsi seperti DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat dengan total penerima manfaat sebanyak 1100 partisipan.
Angka tersebut masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan permintaan layanan pengunjung museum pada saat sebelum pandemi. Tentunya hal ini tidak terlepas dari terbatasnya publikasi layanan informasi dari Museum Sangiran serta ketersediaan akses informasi yang tidak dapat dijangkau oleh seluruh kalangan masyarakat.
Pembatasan mobilitas sebagai respon pengendalian pandemi mengharuskan kita menganalisa kembali konsep budaya material yang selama ini dilakukan di Museum Sangiran. Virtual museum terbukti dapat mendekatkan Museum kepada pengunjung dimanapun berada. Terbukti pada layanan virtual tersebut pengunjung dapat memperoleh pengalaman baru wisata edukasi melalui digital.
Interaksi virtual sangat penting dilakukan sementara museum masih ditutup. Selain sebagai keakuratan informasi dari lembaga pengelola Museum Sangiran , Interaksi virtual perlu kita jaga untuk mempromosikan kepada masyarakat bahwa kekayaan warisan budaya Sangiran tetap terpelihara hingga layanan pengunjung museum dibuka kembali. (Aththur)