Tergolek Sepi di Tanah Tinggi Pedalaman

0
444
Sebuah Tradisi

Gua penguburan ditemukan di Gua Kaboboh, ke arah hulu dari Gua Tewet. Di gua ini, yang terletak sekitar 60 meter di atas muka tanah dengan lereng yang sangat curam, diperlukan tali untuk naik ke gua,telah ditemukan dua buah kubur. Kubur pertama terletak di pintu masuk, berupa kubur individu muda, yang berdasarkan gigi-geliginya yang cukup lengkap, merupakan kubur anak-anak. Lebih ke dalam, ditemukan kubur yang hampir lengkap dengan posisi terlipat, yang ditaburi cangkang-cangkang siput air tawar, bersama alat-alat batu dari bahan kalsedon. Tengkoraknya tidak lagi ditemukan. Kedua individu tersebut menunjukkan postur dan ukuran gigi yang ramping.

Di Liang Jon, sebuah gua yang berdekatan dengan Gua Kebaboh, ditemukan banyak alat-alat serpih dari kalsedon, tulang belulang binatang, cangkang air tawar dan laut, pecahan-pecahan gerabah, maupun oker-oker merah. Sebuah rangka manusia ditemukan membujur hanya pada kedalaman 60 cm dari permukaan tanah. Kepalanya sudah hilang, akan tetapi digantikan dengan segumpal batu. Situasi penguburan seperti ini mirip dengan yang ditemukan di Teouma, Vanuatu, daerah Kaledonia Baru di Pasifik. Gerabah Lapita menjadi ciri utama gerabah-gerabah yang ditemukan di kedua situs terakhir, yang juga ditemukan secara marak di Gua Batuaji, Gua Unak dan Liang Kairim. Jejak-jejak budaya yang melimpah di berbagai gua tersebut merupakan bukti kuat tentang hunian prasejarah di Tanjung Mangkalihat. Rangka-rangka manusia yang ditemukan, adalah sang produktor budaya, yang terbaring damai di daerah sepi di pedalaman Kalimantan Timur, terpencil dari keramaian. Untuk mencapai daerah tersebut, diperlukan tidak kurang dari 8 jam perjalanan dari Kecamatan Bengalon dengan memakai perahu ketiting, perahu kecil tradisional setempat bermesin tunggal, menyusur Sungai Bengalon dan Sungai Marang, di terik matahari yang menyengat kulit. (Harry Widianto)

Selengkapnya silahkan klik disini