Sebutan “Sangiran Flake Industry” tidak bisa dipisahkan dari penelitian yang dilakukan GHR von Koenigswald pada tahun 1934 di Situs Ngebung. Koenigswald adalah ahli paleontologi yang sejak tahun 1931 bekerja untuk Jawatan Pertambangan Hindia Belanda. Tugas utamanya adalah mengembangkan bio-stratigrafi Pulau jawa yang saat itu merupakan unit pendukung litho-stratigrafi dalam program pemetaan Pulau Jawa. Di Situs Ngebung ini dia menemukan alat-alat batu serpih bilah berwarna kuning kemerahan dari bahan kalsedon yang terserak di permukaan tanah dalam jumlah banyak. Alat batu tersebut memiliki ciri paleolitik dengan ukuran dan teknologi pengerjaan yang khas.
Meski ditemukan di permukaan, tetapi von Koenigswald menyatakan bahwa artefak tersebut berasal dari Kala Plestosen Tengah sekitar 400.000 tahun yang lalu. Terhadap pernyataan ini GJ Bartstra memiliki pendapat sendiri. Dia mengatakan bahwa artefak-artefak ini diendapkan di Ngebung setelah terjadi proses pelipatan kubah. Dia menyimpulkan bahwa usia serpih bilah Ngebung tidak lebih tua dari 50.000 tahun yang lalu.
Pada tahun 1990 Pusat Penelitian Arkeologi Nasional bekerja sama dengan MNHN Perancis melakukan penelitian untuk menyingkap permasalahan kronologis artefak Ngebung tersebut. Ekskavasi ini menghasilkan temuan yang spektakuler berupa sisa manusia, sisa fauna, dan artefak batu serpih yang sama dengan temuan Koenigswald yang diperoleh secara in-situ di lapisan tanah pada awal pembentukan Formasi Kabuh sekitar 700.000 tahun silam. Situasi ini membuktikan bahwa sebagian alat serpih-bilah di Ngebung berusia jauh lebih tua dari dugaan Bartstra maupun Konigswald sendiri. Ini temuan serpih yang cukup menonjol di Sangiran sehingga di kemudian hari menjadi sangat terkenal dengan sebutan “Sangiran Flake Industry”. (ISB)