PEMBERDAYAAN MUSEUM SANGIRAN : KETERLIBATAN PEREMPUAN DI SEKTOR PARIWISATA

0
1493
Salah satu pedagang suvenir sedang menjajakan dagangannya

Pelestarian cagar budaya meliputi kebutuhan lingkungan masa kini dan akan datang, sosial, dan kebutuhan ekonomi, yang dapat disebut menghubungkan usaha konservasi cagar budaya kepada komunitas yang berada di sekitarnya.

Museum Sangiran sebagai representasi dari Situs Cagar Budaya, harus dapat memberdayakan masyarakat sekitar untuk kesejahteraan mereka dengan tetap mempertahankan kelestariannya. Sejalan dengan hal itu, Scheyvens (1999:246) dalam tulisannya yang berjudul Ecotourism and the empowerment of local communities, menyatakan bahwa dengan bekerja dan bergabung dalam kelompok, maka fungsi pemberdayaan sosial bisa meningkat. Rasa kesatuan dan persatuan karena terikat dalam kegiatan yang sama akan memberikan dinamika sosial yang lebih tinggi yang pada gilirannya masing-masing individu merasa diikutsertakan dalam kegiatan ekonomi yang menghasilkan.

Pengembangan Museum Sangiran dewasa ini, telah memajukan perekonomian masyarakat sekitar. Hal ini telah dirasakan terutama masyarakat di daerah Desa Krikilan, tempat dimana Museum Induk Sangiran berdiri. Meningkatnya perekonomian masyarakat Desa Krikilan  sejalan dengan bertambahnya kegiatan kepariwisataan Museum Sangiran. Dalam sektor ini, wisatawan secara perlahan namun pasti telah berpengaruh terhadap industri barang dan jasa di wilayah Museum Sangiran. Industri kecil ini terutama berupa industri souvenir, makanan, penginapan, jasa atraksi kesenian, dan jasa transportasi lokal. Dari berbagai industri kecil yang tumbuh di sekitar Museum Sangiran telah menyerap tenaga kerja dan melibatkan berbagai variasi bisnis bagi masyarakat.

Pengertian industri pariwisata sendiri adalah berbagai kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata (UU Pariwisata no 10 tahun 2009).

Dari berbagai industri kecil yang tumbuh di sekitar museum Sangiran, pada umumnya telah melibatkan perempuan dalam kegiatan kepariwisataan. Perempuan Krikilan terlibat baik sebagai pemilik usaha serta mereka yang hanya sebagai pekerja dalam kegiatan kepariwisataan, misalnya industri suvenir dan makanan. Meksipun secara kualitatif tidak terlalu signifikan dalam keterlibatan perempuan berkaitan dengan kebijakan kepariwisataan Museum Sangiran, namun secara kuantitatif sangat banyak perempuan yang terlibat dalam kegiatan industri pariwisata. Sebagai contoh, Kepemilikan usaha suvenir di lingkungan museum yang dikelola oleh masyarakat sekitar, dari 32 keseluruhan pemilik usaha suvenir 24 diantaranya adalah perempuan. Selain kios suvenir, terdapat  8 buah kios makanan di halaman museum, keseluruhan dikelola oleh perempuan. Kelompok  Perempuan yang bekerja di industri pariwisata Sangiran terbukti telah merasakan manfaat berupa peningkatan perekonomian keluarga mereka. Bahkan, beberapa pedagang suvenir dan makanan yang menempati ruko di sekitar halaman Museum Sangiran mengaku bahwa, rata-rata pendapatan mereka mencapai Rp 2.000.000,- s/d 4.000.000,- perbulan. Nominal tersebut masih akan bertambah pada saat musim liburan dan mencapai puncaknya ketika libur Hari Raya.

Perempuan yang terlibat dalam proses produksi dan pemasaran industri wisata Sangiran pada umumnya termasuk kelompok masyarakat menengah. Industri sector wisata ini biasanya mempekerjakan karyawan dengan jumlah bervariasi antara 2 sampai 10 orang. Tenaga pekerja yang terlibat di dalamnya biasanya selalu ada hubungan kekerabatan atau tetangga sekitar. Sehingga dalam hal sumber daya manusia, mereka tidak pernah kekurangan. Beberapa pekerja memiliki keahlian khusus berkaitan dengan sektor wisata mereka peroleh melalui proses belajar di tempat ia bekerja. Sehingga mereka semakin mahir dibidang yang mereka tangani, baik dalam bentuk pemasaran maupun produksi. Keahlian tersebut yang kemudian bagi beberapa perempuan dijadikan modal untuk mendirikan usaha sendiri di lingkungan Sangiran. Sehingga tanpa disadari pendapatan mereka dari sektor wisata ini semakin meningkat.

Kehadiran Museum Sangiran telah dirasakan manfaatnya secara langsung oleh penduduk sekitar museum terutama masyarakat Desa Krikilan. Keterlibatan kelompok perempuan telah berdampak pada peningkatan pendapatan keluarga dari sektor wisata Sangiran. Sejalan dengan peningkatan kemampuan tersebut, kelompok perempuan Sangiran dapat meningkatkan daya tawar mereka dalam aspek sosial yang lebih baik.  Hal ini penting karena secara sosial budaya masyarakat Jawa menganggap perempupan memiliki posisi yang lebih rendah dari kaum lelaki, sehingga perempuan tidak diberi tanggung jawab dan hak yang setara dengan laki-laki. (Aththur Fithri A)

pemberdayaan dimuseum sangiran (1)

Salah satu pedagang suvenir sedang menjajakan dagangannya
Salah satu pedagang suvenir sedang menjajakan dagangannya