DENDROCHRONOLOGY, SALAH SATU METODE PERTANGGALAN DALAM ARKEOLOGI

0
1248

Berbagai metode pertanggalan sudah mulai diaplikasikan sejak awal ilmu arkeologi berkembang pada abad 19. Metode tradisional dengan cara mengamati style dan material yang digunakan dari suatu benda kemudian memperkirakan masa kapan benda tersebut dibuat dianggap kurang  valid, karena masih mengandung subjektivitas. Kemudian para arkeolog mulai menemukan menggunakan metode-metode baru yang lebih valid dan semakin berkembang sampai dikenal metode pertanggalan radiokarbon. Metode yang pernah digunakan dalam sejarah analisis arkeologi dan sampai sekarang masih relevan dan terus dikembangkan adalah dendrokronologi. Dendrokronologi adalah suatu metode pertanggalan (dating) yang menggunakan lingkaran tahun (tree-ring/annual ring) pada tumbuhan. Metode ini dapat diterapkan pada ilmu arkeologi untuk mengetahui usia benda-benda peninggalan yang menggunakan material kayu, misalnya panel lukisan, pilar bangunan dll.

Sebelumnya perlu dipahami terlebih dahulu tentang lingkaran tahun pada tumbuhan, lingkaran tahun adalah terbentuknya cincin  yang terjadi akibat pertumbuhan sekunder dari kambium yang ke arah luar membentuk jaringan gabus (floem) dan kedalam membentuk jaringan kayu (xilem). Ketika musim penghujan, dimana air dan zat hara melimpah sehingga pertumbuhan berlangsung pesat dan sel yang terbentuk  berwarna terang karena menyerap banyak air, sehingga cincin yang terbentuk lebih lebar. Pada musim kemarau, cincin yang terbentuk berwarna gelap karena sel yang terbentuk lebih kecil dan banyak menyerap cahaya. Jadi lingkaran tahun terdri dari dua warna, yaitu gelap dan terang yang dihitung sebagai 1 tahun. Berdasarkan hal tersebut maka lingkaran tahun dianggap dapat menggambarkan kondisi iklim pada masa tersebut, apakah kekeringan atau basah.

Dendrokronologi pertama kali ditemukan pada tahun 1960-an oleh seorang astronom bernama Andreww Ellicot Douglas dan dikenal dengan The Douglass Method. Metode ini dilakukan dengan menghitung secara teliti setiap lingkaran tahun yang terekspresi pada sebuah penampang lintang batang pohon. Penghitungan harus dipastikan tidak melewatkan atau mengulang setiap lingkar tahun, karena satu lingkaran mewaliki satu tahun usia batang kayu. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam Dendrokronologi adalah dengan membuat sayatan tipis atau dengan melakukan coring untuk mendapatkan garis-garis lingkaran tahun yang selengkap-lengkapnya. Berikutnya adalah pengamatan menggunakan binokuler dan pendokumentasian dengan resolusi kamera yang tajam.

Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan sampel kayu untuk menghindari kesalahan interpretasi dalam analisis. Faktor-faktor tersebut misalnya adalah penggunaan kembali kayu-kayu yang dipotong/ditebang pada masa lalu untuk digunakan sekarang dan perubahan kebiasaan dalam penggunaan kayu, misalnya variasi lama pengeringan kayu sebelum digunakan. Selain itu pada saat analisis harus diperhatikan secara seksama adanya kerusakan atau anomali pada batang untuk memberikan hasil yang valid.

Setelah proses pengambilan sampel selanjutnya adalah analisis. Untuk membangun sebuah kronologi yang panjang ke masa lalu, maka hasil pengukuran usia suatu spesies pohon akan dikombinasikan atau dikonsolidasikan dengan hasil pengukuran spesies yang lain. Sebagai contoh disajikan pada tabel berikut ini;

Tabel 1. Hasil pengukuran kronologi usia pohon dengan Dendrochronology

Amerika Utara
No Spesies Kronologi Usia
1 Abies dan Pinus 300 SM
2 Pinus longavea 8400-10.000 tahun yang lalu
3 Quercus 8480 SM-10.479 tahun yang lalu
4 Pinus silvestris 2012 tahun yang lalu

Hasil diatas memberikan sebuah kronologi yang komplit yang selanjutnya dapat digunakan sebagai database untuk melakukan analisis dendrokronologi pada benda arkeologis yang dikehendaki. Tentu metode ini belum dapat diterapkan di seluruh tempat di muka bumi karena keterbatasan sumberdaya pohon yang usianya bisa dikronologiskan hingga ribuan tahun yang lalu. Pada prakteknya metode ini pernah diterapkan di Amerika Utara, Eropa, dan Kepulauan Aegean. Tepatnya di Pueblo Bonito, Amerika Utara metode ini digunakan untuk menentukan usia lima monumen berusia sejak 1276-1299 sekaligus melakukan observasi terhadap iklim masa lalu. Beberapa tempat di Eropa seperti di Zurich, Swiss, dengan Dendrokronologi dapat diketahui masa Neolitik. Pada beberapa bangunan tua seperti gereja medieval di kepulauan Aegean (Yunani) juga telah dilakukan penelitian menggunakan Dendrokronologi.

Selain untuk mengetahui usia suatu benda arkeologis, metode ini lebih jauh lagi dapat digunakan untuk mengobservasi kejadian pada masa lalu, terutama yang berhubungan dengan alam. Peristiwa tersebut antara lain; polusi, erosi dan tanah longsor, banjir, perubagan glasial, gempa bumi dll.

Pada masa sekarang dimana metode radiokarbon sudah sangat populer, digunakan untuk mengkalibrasi metode Dendrokronologi. Hasilnya menunjukkan keselarasan meskipun ada beberapa perbedaan yang dimungkinkan karena adanya error. Metode ini disebut dengan Wiggle Method. Harapan dari ilmu pengetahuan pada metode ini adalah tercapainya kronologi yang lebih panjang lagi.

Metode Dendrokronologis berangkat dari sebuah ide yang simpel namun sangat jenius pada masa itu. Meskipun terdapat banyak keterbatasan dari metode ini, serta ketelitian yang sangat tinggi dibutuhkan, namun metode ini sangat praktis digunakan pada benda-benda arkeologis yang menggunakan kayu bahkan untuk mengetahui kondisi lingkungan suatu waktu dimana sebuah benda arkeologis digunakan. Metode ini masih relevan digunakan hingga sekarang, bahkan telah dilakukan kalibrasi dengan analisis radiokarbon. Hal ini menunjukkan bahwa metode ini memang terpercaya untuk melakukan analisis arkeologis. Selama ini penelitian maupun publikasi tentang penggunaan metode Dendrokronologi banyak dari daerah Eropa dan Amerika. Mungkin disebabkan disana banyak spesies pohon berusia ribuan tahun masih hidup sehingga dapat digunakan sebagai acuan atau data base. Metode menggunakan database tersebut kurang relevan jika dilakukan di Indonesia karena perbedaan lokasi astronomis dan geografis menyebabkan perbedaan bentuk lingkaran tahun. Indonesia terletak di daerah tropis, namun akan memperkaya khasanah penelitian arkeologis.

Artikel metode Dendrokronologi dan aplikasinya ini memberikan pengetahuan tentang kemajuan ilmu pengetahuan dalam analisis arkeologi. Selain itu membuka wawasan bahwa pengetahuan yang sederhana dapat dikembangkan dan dibangun menjadi sebuah metode yang relevan sepanjang masa. Alam telah memberikan sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemajuan ilmu pengetahuan di dunia, misalnya metode Dendrokronologi ini. Saran yang dapat diberikan adalah mengeksplore alam untuk membangun metode baru sehingga dalam analisis arkeologi yang praktis dan relevan. (Marlia Yuliyanti Rosyidah)

DAFTAR PUSTAKA

Kunniholm, P.I. 2001. Dendrochronolgy and Other Applications of Tree-ring Studies in Archaeology. John Wiley & Son, Ltd.

pertanggalan00002

Gambar 1.Lingkaran tahun pada irisan batang pohon

pertanggalan00003

Gambar 2. Cara interpretasi dalam Dendrochronology