Situs Sangiran memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki situs sejenis lainnya di dunia sehingga Situs Sangiran diakui oleh Unesco sebagai Warisan Dunia Budaya. Sebuah kebanggaan bagi bangsa ini memiliki Situs Sangiran yang telah memberikan kontribusi lebih dari 50 % dari temuan Homo erectus dunia. Situs ini menyimpan misteri kehidupan manusia purba yang hidup antara 1.5 juta hingga 250 ribu tahun yang lalu.
Kisah kehidupan manusia purba yang hidup di tengah-tengah hewan purba dan berhasil menciptakan budaya. Semua itu terangkum dalam lapisan-lapisan tanah purba yang mampu mengisahkan masa lalu itu pada masyarakat sebagai ilmu pengetahuan dan juga sebagai obyek wisata.
Kebanggaan akan keberadaan Situs Sangiran harus diikuti dengan peran serta masyarakat dalam upaya melestarikannya. Salah satu upaya masyarakat berperan serta untuk menyampaikan pesan-pesan pelestarian Situs Sangiran dilakukan oleh sekelompok masyarakat Desa Dayu, Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah. Mereka berusaha untuk melestarikan Situs Sangiran melalui jalur kesenian tari yang mengetengahkan gerak dan musik disertai rias layaknya di jaman purba menjadi ciri khas mereka.
Tari yang dibawakan kelompok ini, “Menceritakan kehidupan manusia purba yang hidup di Sangiran, di awal mereka hidup mencari makan dengan berebut. Kemudian lama kelamaan mereka berpikir bahwa hal itu tidak membawa manfaat sehingga mereka bersatu untuk mencari makanan dan kemudian membagi makanan untuk dimakan bersama-sama”, jelas Warseno selaku ketua Kelompok Tari Purba.
Beranggotakan 21 orang anggota, kelompok ini mencoba untuk terus tegar menampilkan kesenian yang mereka sadur dari kisah masa lalu manusia purba di Situs Sangiran. Anggota kelompok ini merupakan masyarakat desa Dayu, “Anggota tari purba itu dari banyak kalangan. Ada ibu rumah tangga, perangkat desa, penjaga loket klaster dan lain-lain”, jelas Novi salah seorang anggota Kelompok Tari Purba.
Dengan anggota dari beragam latar belakang itu, kelompok ini juga mengalami kendala yang berasal dari dalam dan dari luar kelompok ini. Semua masalah dan rintangn tersebut terus coba diselesaikan secara bersama-sama oleh kelompok ini. Kendala yang dihadapi beragam, seperti sulit mencari regenerasi, sulit menentukan waktu agar bisa bertemu bersama untuk latihan dan pentas, belum banyak mendapat perhatian berbagai pihak, dan memerlukan pelatih untuk membuat gerakan/ kreasi baru.
Itulah kendala yang dihadapi olek kelompok ini, sebuah kelompok yang berusaha menjaga eksistensi dan meraih pengakuan dalam berkesenian. Sebuah upaya keras yang terus dilakukan Kelompok Tari Purba dalam berperan melestarikan Situs Sangiran, sebuah tempat di mana mereka hidup dan mencari penghidupan. (Wiwit Hermanto)