Di bawah pijakan kita, lapis-lapis tanah purba tersusun runtun, tanpa terputus. Setiap larik adalah rekaman zaman berbeda. Darinya, dapat terbaca rentang usia saat ia terbentuk dan seperti apa lingkungan yang membentuknya. Inilah laboratorium alam Sangiran. Di mana jejak perubahan lingkungan Kala Pleistosen 2,4 juta tahun silam, hingga saat ini tersimpan.
Sangiran 17
Tahun 1969, Towikromo menemukan fosil manusia purba di Lapisan Kabuh, Dayu. Untuk pertama kalinya di dunia, bentuk lengkap kepala individu Homo erectus dewasa terungkap. Para ahli sepakat menamainya Sangiran 17 (S 17).
Fosilini menjadi referensi pentingdalam me-reka ulang wajah Homo erectus. Replikanya adalah koleksi yang mengisi ruang-ruang museum terkemuka dunia.
Alat Batu Tertua
Sejak ditemukannya Sangiran Flakes Industry, pencarian jejak kebudayaan Homo erectus Jawa terns dilakukan. Tetapi, baru di era ’90-an, upaya itu menemukan titik terang.
Sementara itu, di dalam tanah Lapisan Pucangan, Dayu, artefak batu Sangiran berdiam sabar. Sampai di tahun 2004, para peneliti akhirnya menemukan mereka: serpih-bilah berusia 1,2 juta tahun, secara in situ dalam kotak penggalian.
Tinggalan fosil merekam jejak kehidupan mereka
Situs Sangiran mulai dikenal dunia ketika tahun 1934, G.H.R von Koenigswald menemukan perkakas batu serpih yang disebutnya Sangiran Flakes Industry. Bersama terungkapnya temuan lain, Sangiran Flakes Industry memicu perdebatan seputar kemampuan Homo erectus membuat alat batu.
Serangkaian penelitian intensifpun dilakukan demi menyelidiki, siapa pemilik alat-alat serpih itu, dan dengan alat apa Homo erectus awal di Jawa Betahan hidup. Sumber: Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Dayu