BPSMP Sangiran mengadakan kegiatan Kemah Budaya Sangiran dengan tema “Melangkah Bersama Melestarikan Cagar Budaya” pada tanggal 18-20 Oktober 2018. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan Saka Widya Budaya Bakti (SWBB) kepada para peserta.
Kemah Budaya Sangiran ini diikuti oleh beberapa sekolah tingkat SMA/ SMA/ MA yang berada di sekitar Situs Sangiran. Dalam sambutannya, Drs. M. Hidayat selaku Kepala BPSMP Sangiran mengatakan bahwa, “Kemah Budaya merupakan salah satu bentuk edukasi pada pelajar, generasi muda dengan tujuan mengenal memahami nilai-nilai penting sangiran yang pada akhirnya diharapkan ikut melestarikan Situs Sangiran”.
Setelah memberikan sambutannya, Hidayat secara resmi membuka kegiatan Kemah Budaya Sangiran dengan memukul gong. Dengan peresmian ini, resmi pula kegiatan dilaksanakan, semua untuk memberikan informasi tentang Sangiran bagi generasi muda khususnya peserta kemah. Target generasi milenial merupakan suatu hal yang baik baik pendidikan penguatan karakter.
Terpisah, M. Mujiburrohman, S.Hum selaku penanggungjawab kegiatan Kemah Budaya Sangiran mengungkapkan bahwa “Kemah Budaya Bakti Sangiran ini bertujuan mengenalkan SWBB kepada para peserta yang merupakan anak tingkat SMA/ SMK/ MA di sekitar Situs Sangiran ini. Kami berharap para peserta berminat mengikuti yang pada akhirnya menjadi salah satu upaya mengajak peserta didik turut berperan aktif melestarikan Situs Sangiran”.
Selanjutnya, dalam paparannya, Hidayat menjelaskan bahwa “Sangiran luasnya 59.21 km2 yang berada di Kabupaten Sragen dan Karanganyar dengan mengandung bukti-bukti kehidupan purba dari 2.4 juta tahun sampai 200 ribu tahun yang lalu, dari fauna air, laut maupun darat. Ada yang sudah punah dan ada yang berevolusi”.
Merupakan sebuah keistimewaan dari Situs Sangiran bahwa, “Situs ini ditemukan fosil manusia purba lebih dari 100 individu, ini lebih banyak dari situs lain didunia, ini menujukan pentingnya Sangiran”, jelas Hidayat bersemangat.
Untuk mengetahui evolusi manusia purba, budaya manusia purba 1,2 juta tahun yang lalu hingga 200 ribu tahun yang lalu, jika ke lapangan kita bisa lihat lapisan tanah dari 2,4 juta tahun yang lalu sampai sekarang. Hal itu dapat memperlihatkan sejarah perubahan lingkungan sangiran. Nilai Situs Sangiran diakui sebagai warisan dunia oleh Unesco pada tahun 1996. (Wiwit Hermanto)