SEJARAH MERAH PUTIH DI KOTAMOBAGU

Pada tahun 1920 melalui Makmur Lubis yang diutus pimpinan Syarikat Islam (SI) HOS Cokroaminoto dating di Bolaang Mongondow membuka cabangnya yang berpusat di desa Molinow. Masuknya SI di Bolaang Mongondow disamping menumbuhkan rasa kebangsaan dan keislaman di kalangan masyarakat Bolaang Mongondow yang sudah mayoritas beragama Islam dan meringkuk di bawah penjajahan Belanda telah pula dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh Islam waktu iotu untuk mengangkat umat Islam melalui pendidikan dengan membuka sekolah-sekolah. Maka munculah pimpinan SI putera daerah asli kelahiran desa Molinow yng sangan disegani kawan dan lawan, Adampe Dolot.

Strategi pertama yang dibangun Asampe Dolot ialah memperkuat basis ekonomi rakyat yang sudah menjadi anggota S.I. maka ribuan anggota masyarakat diajak membuka lahan baru yang masih hutan perawan di hulu sungai Ongkag yang sekarang ini sudah menjadi desa Tanoyan I, Tanoyan II, Mopusi, Lolayan dan matali Baru. Di pemukiman yang baru itu masyarakat diajak menanam kopi disamping padi, lading dan jagung. Sepuluh tahun kemudian kopi mulai berbuah dan menjadi sumber devisa memperkuat perekonimian rakyat. Selain di hulu Ongkag yang sekarang menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow induk diadakan pula pembukaan lahan baru ditempat bernama Solog Kecamatan Bolaang.

Dengan menguatnya ekonomi rakyat diintensifkan pula pengisian kas SI yang berkembang menjadi Partai Syarikat Islam Indonesia melalui pemungutan uang pangkal dan uang iuran sehingga keuangan partai semakin kuat. Disamping adanya sumber keuangan dari uang pangkal dan uang iuran masyarakat berlomba-lomba mewakafkan sebagian pohon kelapa dan sebagain sawah atau lading milik pribadi kepada parrai sehingga keuangan partai semakin kuat.

Karena keuangan PSII semakain kuat maka pimpinan PSII Adampe Dolot mengajukan permohonan kepada Controleur M. Alaart yang berkedudukan di Kotamobagu untuk membuka sekolah Islam di Bolaang Mongondow tapi permohonan ditolak dengan alasan di Bolaang Mongondow sudah ada sekolah Zending. Permohonan diteruskan ke Residen Manado tapi juga ditolak dengan alasan yang sama. Peristiwa ini terjadi tahun 1928 saat pemerintahan Raja Laurens Corenelis Manoppo.

Adampe Dolot tidak perputus asa, ia berangkat ke Batavia dan dengan dibantu A.P. Mokoginta ayaj kandung Letjen A.J. Mokoginta keduanya langsung menghadap pimpinan Departemen Van Onderweis End Eredens setingkat Kementerian Pendidikan Pemerintah Belanda untuk mohon ijin pendirian sekolah di kerajaan Bolaang Mongondow dan permohonan dikabulkan.

Dengan bersenjatakan surat ijin dari pejabat tinggi bidang pendidikan pemerintahan hindia Belanda maka di Bolaang Mongondow dibukalah beberapa sekolah bernama BPPI atau Balai Pendidikan dan Pengajar Islam setingkat SD dan satu Sekolah Pendidikan Guru Kwekshool. Karena keuangan partai sangat kuat, maka didatangkanlah guru-guru dari Jawa disamping itu perjuangan PSII menuju Indonesia merdeka sudah terang-terangan dikumandangkan. Di bidang ekonomi di semua ranting PSII dibukalah Koperasi yang diberi nama Hajanatullah.

Kehadiran pemimpin besar Adampe Dolot dinilai membahayakan kelangsungan pemerintah penjajah maka pada tahun 1937 atas perintah Conterliur A. Van Weerenia, Adampe Dolot ditangkap dan dibuang ke Sukamiskin Jawa Barat.

Walaupun kemerdekaan Indonesia sudah diplokamirkan 17 Agustus 1945 tapi tokoh-tokoh perjuangan di Bolaang Mongondow belum melihat naskah proklamasi itu. Untunglah ada seorang penduduk desa Molinow yang menjadi guru di SD Molibagu (Bolsel) bernama Siata Paputungan yang memperoleh salinan naskah proklamasi yang berasal dari Gorontalo, maka dengan berjalan kaki ia datang ke Desa Molinow memperlihatkan naskah proklamasi kepada tokoh PSII.

Maka tokoh-tokoh PSII didukung bekas pemuda Heiho dan beberapa anggota tentara Jepang yang tidak mau dipulangkan ke tanah leluhurnya pada tanggal 19 Desember 1945 datang mengibarkan bendera Merah Putih di lapangan Desa Molinow. Pengibaran Merah Putih didukung Lettu Hirayama yang pagi itu bermarkas di rumah JFK Damopolii yang akhirnya markas Lettu Hirayama dikepung Polisi Belanda yang bermarkas di Kotamobagu pimpinan Lettu Kambey, dan kambey terkena tembakan di paha sehingga polisi Belanda mundur kembali ke markasnya di Kotamobagu.