Rompon atau ruang bersalin bagi ibu yang baru melahirkan dan selama masa penyembuhan, tidak diketahui sejarahnya karena belum ada penulisan tentang ini. Namun dari hasil wawancara bahwa rompon telah digunakan sejak dahulu oleh para leluhur orang Sangihe. Pembuatan ini sebagai pengetahuan kearifan lokal masyarakat dahulu bagaimana menjaga dan memelihara kesehatan ibu yang akan melahirkan serta penanggulangan perawatan kesehatan bagi ibu yang baru melahirkan. Semua kebutuhan sang ibu dan bayi yang baru lahir diatur agar tetap steril sehingga keselamatan bayi terjaga dan juga kesehatan ibu.
Suatu tradisi dari orang Sangihe menanti kelahiran seorang anak, sebelum waktunya ibu bersalin suami memiliki tanggung jawab yang harus dipenuhi salah satunya menyiapkan ruangan khusus untuk ibu dan bakal bayi yang akan lahir. Ruangan tersebut dinamakan “rompong”. Sejarahnya sejak kapan rompon menjadi salah satu bagian penting yang harus dipenuhi oleh suami tidak diketahui dengan jelas.Namun tradisi membuat rompon telah dilakukan sejak dahulu mengingat belum dikenalnya teknologi atau modernisasi belum menyentuh kehidupan umat manusia saat itu, termasuk peristiwa melahirkan dan merawat ibu serta bayi masih bersifat tradisional.
Secara medis sebenarnya orang Sangihe sudah mengenal pendidikan kesehatan sejak dahulu sesuai dengan alam berpikir dan pengalaman hidup yang dialami dalam ukuran yang sederhana dan dilakukan berulang-ulang menjadi kekayaan tradisi memiliki makna dan sarat dengan kearifan lokal setempat. Khususnya dalam menangani ibu yang akan melahirkan serta bayi, orang Sangihe memiliki kearifan lokal menjaga kesehatan baik ibu maupun bayi yang baru dilahirkan agar terhindar dari penyakit yang mudah menyerang ibu dan bayi yaitu dengan menyiapkan ruangan khusus yang disebut rompon.
Rompon adalah ruangan atau kamar khusus berukuran kiar-kira 4 x 4 meter persegi, didalam rompon terisi berbagai keperluan untuk merawat ibu yang baru melahirkan dan bayi yang dilahirkan seperti :
- Tungku (dodika), berfungsi untuk memanasi ibu yang baru melahirkan serta bayi yang baru dilahirkan setelah selesai mandi pagi dan sore
- Kayu api. Tidak semua jenis kayu dapat dijadikan kayu api untuk memanasi ibu yang baru melahirkan dan bayi. Kayu yang digunakan adalah jenis kayu yang tidak mengeluarkan asap ketika dibakar sehingga ibu dan bayi tidak kena polusi asap yang akan mengganggu pernafasan atau mata. Kayu yang digunakan sudah dipotong berukuran panjang kira-kira 45 Cm,potongan kayu tersebut diberi nama “hunaeng” atau “lahune”. Kayu yang sudah dipotong dibersihkan, dijemur sampai kering kemudian disusun secara rapih pangkalkayu harus sejajar dalam susunan kayu.
- Sembilu atau bambu untuk memotong pusar bayi yang sudah ditajamkan seperti pisau. Sembilu atau bambu alat pemotong pusar bayi tersebut sudah sekian lama diletakan diatas tungku tempat masak dalam dapur agar dikenai asap sehingga tidak menimbulkan penyakit tetanus bila digunakan sebagai alat pemotong tali pusar bayi.
- Daun turi yang akan diminum oleh ibu yang baru bersalin. Setelah melahirkan, ibu dan bayi yang baru dilahirkan dirawat selama 40 hari di dalam rompong oleh mama biang atau biang kampong yang bertugas menangani kelahiran bayi, memotong tali pusar bayi, memandikan bayi setiap pagi dan sore hari, mengurus ibu yang baru melahirkan, memasak ramuan obat pemulihan dari kondisi yang lemah akibat melahirkan.
Setelah ibu melahirkan, akan ditangani oleh mama biang atau biang kampung mulai dari memlahirkan bayi, memotong tali pusar bayi sampai pada memandikan bayi dan merawat kesehatan ibu. Satu hal yang sangat penting setelah bayi lahir biang kampong merawatnya selama 40 hari di dalam romping. Pagi hari setelah dimandikan tubuh bayi dipanasi di atas tungku pemanas dengan maksud memberi kehangatan inipun memiliki makna bahwa bayi yang setelah lahir dijaga dan diatur dengan baik kelak ketika besar akan menjadi anak yang baik dan memiliki tingkah laku yang baik dalam kehidupan sosialnya. Ada ungkapan apabila seorang anak kecil dimasa pertumbuhannya sulit diatur, atau agak nakal maka biasanya orang tua mengatakan “anak tidak kena tungku persalinan yang baik”. Dalam bahasa manado “anak yang nyanda ta raho bae-bae” akhirnya menjadi anak yang sulit diatur. Dalam bahasa Sangihe dikatakan”ana ini mesulungu tawe nararang mapia” artinya nyanda ta panggang… Karena itu kamar atu rompon tersebut sangat penting untuk memelihara ibu dan bayi.