Peliput : Rusli Manorek, Steven Sumolang dan Noldy Tampemawa.
Awal tahun 2015 dilaksanakanlah ritual Dumia atau dengan kata lain ator kampung dan bersih kampung. Ritual dilaksanakan pukul 08.00 oleh tua-tua adat dalam hal ini Tonaas untuk melihat keberadaan kampung ataupun daerah dari berbagai hal-hal yang tidak diinginkan dan mengharapkan dalam doa agar pemerintah dan masyarakat dapat hidup tentram dan sejahtra. Untuk melihat dan mengatur semuanya ini maka dalam ritual akan disembelih hewan babi untuk melihat dengan memeriksa hati babi yang nanti akan memberi tanda baik dan buruknya sesuatu. Upacara ini sudah sejak nenek moyang orang Minahasa untuk menuntun perjalanan kehidupan disepanjang tahun.
Desa Laikit dalam catatan sejarah didirikan Tahun 1775 oleh Opo Ngangi dan sejak itulah upcara ritual dengan nama “Sumerh Wanua, Dumia Wanua” diadakan tiap tahun pada jumat pertama tahun itu. Pada Thn ini upacara jatuh pada tgl 30 januari hari jumat dan dimulai pukul 08.00, setelah upacara selesai hasil dari pada upacara dalam hal ini petunjuk-petunjuk leluhur akan disampaikan pada masyarakat dan pemerintah dan tentunya dengan permohonan doa pada Tuhan yang Maha Esa. Upacara ini dirangkaikan dengan pesta adat yang didalamnya ada pentas seni dan sambutan pemerintah dan Tokoh adat juga terkait hasil ritual.
Sesajen merupakan bagian kelemgkapan upacara, berupa babi, ayam, telur, kue, minuman captikus, saguer (tuak) dan jenis makanan tradisional Minahasa lainya,
Pada proses upacara ini dimulai dari rumah Kepala Desa (Hukum Tua) Laikit dan paratua-tua adat didalamnya ada Hukum Tua Desa Laikit, Dimembe dan Tonaas lainya bertugas memeriksa hati babi untuk melihat pertanda baik atau buruk perjalan kehidupan kampung atau daerah di Tahun 2015. Proses pemeriksaan ini seorang Tonaas akan kemasukan Leluhur pendiri kampung dan akan menyampaikan pesan-pesan dan disaksikan oleh masyarakat termasuk pemerintah, lihat foto berikut ini:
Waruga merupakan kuburan nenek moyang orang Minahasa, waruga seorang pemimpin “Tonaas” masih disakralkan apalagi sebagai pimpinan atau pendiri kampung/daerah, karena itu dalam ritual ini setelah dari rumah Hukum Tua mereka langsung ke tempat makam leluhur dan berdoa untuk memohon restu pada leluhur dalam kehidupanya, Foto di bawah ini suasana ritual di pekuburan umum dan di lokasi ini ada Waruga Leluhur yang menjadi pusat ritual. (Rusli Manorek)