Keberadaan Orang Biak sebagai salah satu suku bangsa di Papua cukup dikenal dalam beberapa bibiografi karya Antropolog dan ilmuwan yang melakukan ekpedisi di wilayah Papua. Keberadaan ini dikenal dengan beragam persepsi yang berbeda dari manusia, religi, keseniannya (tradisi wor), ekspedisi dagang, ekspedisi perang, serta menyebar dan menempati wilayah lain di luar pulau Biak.
Dengan pengetahuan astronomi dan kekuatan menyerang, mereka melakukan perjalanan baik ke arah barat maupun ke arah timur. Perjalanan ke arah timur yang dilakukan telah menyinggahi beberapa tempat. Migrasi orang Biak dari daerah asal di pulau Biak ke pulau Armo, SARMI telah dilakukan karena keinginan yang kuat untuk bepergian ke tempat lain, terdorong oleh kemampuan berlayar,mencari wilayah tempat tinggal, perjalanan-perlanan perompak,perdagangan, serta menyebarkan dan mengenalkan kebudayaan baru kepada suku-suku di pesisir dan pedalam Papua.
Perjalanan dari daerah asal Biak yaitu dari kampung Ambroben, Mnubabo, Kababur, dan Manswam menggunakan perahu jenis wairon (perahu tradisional orang Biak) dengan masing-masing perahu dari keret Yarangga, Rumbiak, Wakum, Ronsumbre dan Simopiaref. Perjalanan dilakukan dengan menyinggahi beberapa tempat pulau Auki, pulau Undi, Mios Mangguandi, Wansma (Yapen), Sasorai (kaipuri), Bonoy (Tamakuri), Mamberamo, pulau Liki, Yamna, Abepantai dan salah satu wilayah di Papua New Guinea.
Jauh sebelum perjalanan ke kepulauan Komamba dan terus ke timur telah dilakukan oleh Sarewo Saba dari kampung Opiaref.Perjalanan ini membangun hubungan yang baik dengan orang-orang Sobey di pulau Liki termasuk sebagai teman dagang (manibob). Hubungan dagang ini meluaskan kesempatan orang-orang Biak dari kampung-kampung sekitar Opiaref seperti Ambroben dan Manswam untuk melakukan perjalanan serupa termasuk melanjutkan ikatan dagang,kawin dan selanjutnya tinggal dan menetap di pulau Liki selanjutnya pindah ke Armo.
Dalam perjalanan kembali ke pulau Biak, sebagian rombongan memilih tinggal dan menetap di Abe Pantai sedangkan rombongan lainnya terus melanjutkan perjalanan ke Biak. Dalam perjalanan yang ke dua, rombongan (keret Yarangga, Rumbiak dan Wakum) mengunjungi saudara perempuan dari Rumbiak yang kawin dan tinggal di Liki. Perjalanan ini merupakan perjalanan terakhir dan rombongan tinggal dan menetap di pulau Armo.
Keberadaan orang Biak di Sarmi turut mempengaruhi perubahan kebudayaan pada penduduk asli di SARMI, terutama penduduk di bagian wilayah pedalaman untuk mengenal peralatan dari besi.
Sumber;
- Simon Abdi K.Frank, dkk; Persebaran Orang Biak Di Kepulauan Komamba SARMI-Papua
- Data BPNB Papua