(Enos H. Rumansara, Enrico Y. Kondologit, Don Rodrigo Flassy, Sarini, J.Budi Irianto)
Orang Asmat adalah suatu suku bangsa di bagian selatan tanah Papua yang hidup di daerah hutan bakau, berawa dan aliran-aliran sungai yang likak-lekuk membagi dan mengelilinginya. Lingkungan alam yang demikian telah mempengaruhi karakteristik budaya mereka sebagai masyarakat pemburu, peramu dan penangkap ikan di air tawar yang sejati.
Kesenian orang Asmat, khususnya seni ukirnya sangat unik dan memiliki nilai budaya yang mempunyai hubungan erat dengan sistem religi (agama tradisi) yang mereka anut, terutama dihubungkan dengan cerita rakyat (mite, legenda, dan dongeng) yang dianggap sakral dan memiliki sejarah kehidupan nenek moyang yang memberi makna dalam sistem religinya, seperti halnya mite Fumiripits dan mite Bisman serta Jew (rumah adat) dan Mbis (patung roh orang mati/ patung yang memberi simbol kehadiran roh leluhur)
Ukiran Asmat dibagi atas 3 jenis, yaitu :(a) patung besar yang dikenal dengan sebutan Patung Mbis yang digunakan untuk menghormati leluhur terutama mengenang orang atau tokoh masyarakat yang berpengaruh;(b) patung kecil, yaitu patung yang ukurannya kecil dan biasanya disebut patung keluarga karena patung ini digunakan untuk kepentingan keluarga. Patung-patung kecil ini ditempatkan di dalam rumah atau tempat-tempat khusus milik keluarga dari nenek moyang pengukir; dan(c)Ukiran-ukiran papan, dayung, tombak, perahu,perisai, dan lain-lain. Ukiran-ukiran ini biasanya dipakai sebagai pencari nafkah atau lambing kebesaran.
Warisan budaya Papua, khususnya seni ukir orang Asmat yang unik memiliki suatu potensi ekonomi yang dapat mendatangkan uang bagi masyarakat dan menambah PAD pemerintah Kabupaten Asmat.
Dapat membaca selengkapnya silakan membuka : SENI UKIR ASMAT “ INVENTARISASI DAN VERIVIKASI WARISAN BUDAYA TAK BENDA ( WBTB )