Ternate Bandar Jalur Sutera

0
636

Penulis : Mezak Wakim, S.Pd – Peneliti Antropologi Budaya

Timbulnya Ternate sebagai bandar di jalur sutra berkaitan erat dengan interaksi jalur darat dan jalur laut tersebut, sekalipun lebih banyak dengan jalur laut dibandingkan jalur darat. Hubungan dengan jalur darat adalah melalui Cina. Tetapi tampaknya hubungan yang sangat penting itu tidak berlangsung lama. Menurut sumber sejarah Cina (catatan dari Wang Tayuan, 1349) yang dikutip oleh Anthony Reid, hubungan perdagangan langsung antara Cina dan Maluku hanya terwujud hingga pertengahan abad ke-14. Ekspedisi-ekspedisi Hoang Ho dari 1371 hingga 1435 juga tidak mencapai daerah Maluku (Reid, 1993: 4). Namun dalam masa itu tampaknya orang-orang Ternate dan Tidore mulai menyadari nilai ekonomi dari cengkih. Bahkan istilah cengkeh pun berasal dari bahasa-bahasa Cina yang berarti paku. Dalam bahasa Ma dindarin bentuknya adalah zhi jia dan dalam bahasa Minnan dialek Kanton dan Xiamen bentuknya adalah zhenga. Istilah cengkih mulai umum dalam bahasa Melayu sejak abad ke-16.