Ritual Badabus di Tidore

0
2502

Tradisi pada umumnya disebut juga dengan kebiasaan yang merupakan sesuatu yang sudah dilaksanakan sejak lama dan terus menjadi bagian dari kehidupan suatu masyarakat,dan menjadi kewajiban yang dapat dilakukan turun-temurun sehingga  seringkali dilakukan oleh suatu negara dalam tradisi suatu kebudayaan dalam kurun waktu yang benar dan sesuai agama yang sama. Tradisi dapat diartikan sebagai  segala sesuatu yang diwariskan atau disalurkan dari masa lalu ke masa saat ini atau sekarang. Tradisi dalam arti yang sempit yaitu suatu warisan-warisan sosial khusus yang memenuhi syarat saja yakni yang tetap bertahan hidup di masa kini, yang masih tetap kuat ikatannya dengan kehidupan masa kini. Tradisi kebudayaan dari sudut aspek benda materialnya adalah benda material yang menunjukkan dan mengingatkan hubungan khususnya dengan kehidupan masa lalu. Sehingga masyarakat pada prinsipnya memiliki tujuan hidup supaya manusia dapat memahami fungsi dari nilai-nilai budaya sebab dalam perwujudannya dapat minimbulkan sudut pandang sebagai warisan historis yang mempunyai fungsi dasar akan budaya dan nilai-nilai bersejarah. Selain sebagai suatu gagasan dan material masyarakat mempergunakan tindakan-tindakan dalam membangun masa depan dengan dasar pengalaman masa lalu. Sehubungan dengan pelaksanaan ritual maka salah satu unsur tradisi Nusantara yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia pada masa periode Islam seperti di Aceh, Banten dan Maluku sebagai salah satu seni pertunjukan beladiri yang berkaitan dengan ritus kekuatan dan kekebalan tubuh (Ilmu Kebatinan) adalah Debus. Warisan budaya ini tersebar hampir keseluruh wilayah Maluku (Maluku dan Maluku Utara). Hal ini dapat kita jumpai di Maluku Utara yaitu  Ternate, Tidore, Bacan,dan Jailolo. Sedangkan di Maluku terdapat pada masyarakat di pulau Haruku (Pelau=Maatenu), Saparua (Sirisori) dan pulau Ambon (Mamala), Pulau Geser (Seram Bagian Timur) dan masih banyak lagi yang tersebar di negeri-negeri lain yang belum sempat di inventarisir.Atraksi Dabus Di Tidore, masyarakat menyebut Dabus atau Badabus sebagai Ratib Taji Besi yang dilaksanakan sebagai ritus kekuatan dan kekebalan tubuh dalam ilmu kebatinan mereka. Sebenarnya Ratib Taji Besi ini pada awalnya merupakan ritual kebatinan, yang kemudian dikembangkan menjadi karya seni beladiri.

Properti utama yang digunakan dalam ritual ini adalah  sepotong besi tajam yang ukuranya di sesuaikan, dan pada salah satu ujungnya di pasang kayu dan rantai untuk pemberat. Setiap unjung besi nantinya di gunakan untuk menusuk dada para pemain debus. Akan di asah setajam mungkin dan pemberat dari kayu dan rantai besi ini akan berfungsi untuk memberi kekuatan dorongan di saat besi di ayunkan ke dada. Besi tersebut sebelumnya telah dibacakan doa terlebih dahulu. Selain itu, alat-alat yang harus disiapkan adalah tempat pembakaran dupa, mangkuk putih yang berisi air sebagai simbol kesucian, kitab amalan (Lefo) yakni manuskrip yang di tulis dengan tangan, dan kebanyakan berisi ajaran Islam dalam tingkatan syariat, tharikat, hakikat, dan marifat, dan Bantal. Selain itu ada sarabati minuman yang terbuat dari jeruk nipis,jahe,dan gula merah. Sarabati menjadi minuman yang dinikmati pada saat akhir ritual dan rabana alat pengiring dalam ritual Badabus. Pemimpin utama Badabus yakni Jou Guru yang disebut Syeh adalah guru mursid sebagai tokoh yang memiliki kemampuan dalam bidang ilmu-ilmu agama terutama tingkat penguasaan ilmu Thariqat yang sempurna. Pada waktu peserta memainkan badabus, iringan zikir bersahut-sahutan mengiringi jalannya pertunjukan. Setelah lantunan zikir ini selesai syech membacakan syair-syair yang mengandung nasihat.

Selesai berzikir dan sebagainya, syekh dan para jamaah berdiri dan syech bermunajjah kepada auliya yang bersangkutan sesuai dengan niat dan hajatan, mengucapkan kalimat dzikir di sertai dengan lantunan rabana yang di sebut mengantar syech karena pada awal upacara menghadirkan roh para syech, maka pada akhir kegiatan mengantarkan kembali. Kemudian syech membacakan ayat Qur’an untuk mendapatkan hidayah dari sang Khalid. Selesai syech membacakan ayat-ayat pilihan tersebut syech dan para jamaah duduk kembali kemudian syech membacakan surat Al-Fatiha kepada Rasullullah S.A.W, kepada para waliyullah dan guru-guru. Setelah itu baru sang syech membacakan dan terutama niat dan hajatan kemudian dilanjutkan dengan doa ungkapan syukur dan terima kasih. Seraya secara ramai-ramai membacakan Surat Al-Fatiha maka usailah sudah acara tahlilan dengan memakai rabana dan debus. Badabus di Tidore terlihat cukup sederhana dan tidak memiliki instrument yang banyak untuk pelaksanaan ritual. Instrumen yang digunakan terlihat sederhana, tetapi dibawah lantunan rabana dan bacaan zikir seakan ritual ini terlihat sebagai pertunjukan megah. Aksi-aksi para peserta yang penuh tenaga sesungguhnyalah yang menyulap kondisi kesederhanaan menjadi sesuatu yang mega dalam pertunjukan. Rasa takjub dari setiap orang yang menonton telah menjadikan pertunjukan ini dibawah instrumen yang cukup sederhana menjadi pertunjukan akbar. Pertunjukan yang dilakukan seakan tanpa rasa lelah dan enak di tonton. Dalam aksi-aksinya sering ada beberapa peserta yang sedikit mengeluarkan darah tetapi ini sangat sedikit dan tidak membahayakan pelaku ritual karena besi yang menancap ke dada tidak dalam. Adanya darah yang keluar diantara para peserta disaat pertunjukan bagi kita yang kurang memahaminya mungkin ini dibenak kita sangat membahayakan diri peserta,akan tetapi sesungguhnya tidak demikian karena pada selesainya ritual  akan segera hilang. Sehinga bekas-bekas dari hantaman badabus pada bagian kulit  dada peserta akan segera pulih seperti sedia kala dan bukan menjadi halangan untuk kembali melakukan aksi-aksinya setaip kali ada hajatan sehingga Badabus dapat dipertunjukan dan mereka penuh semangat akan beraksi seakan tanpa memikirkan bekas hantaman taji besi sebelumnya. Kemudian pada akhir pertunjukan mereka akan merasakan suatu kebanggaan tersendiri dalam hal ini mereka merasa melalui ritual ini dapat mengembalikan kekuatan  dan tenaga yang terkuras pada saat aktivitas keseharian mereka. Pada akhir pertunjukan para peserta yang terlibat dalam badabus akan meneguk Saribati yang dapat mengembalikan stamina atau menstabilkan kembali tenaga yang terkuras selama pertunjukan badabus. Sehinga melalui Badabus kita dapat menemukan 3(tiga) nilai yang sangat mempunyai peranan penting yakni:

  • Nilai Kepercayaan
  • Nilai Persatuan/Kekeluargaan
  • Nilai Seni dan Kekuatan/Kekebalan