Balai Pelestarian Nilai Budaya Maluku kembali suskes gelar Lawatan Sejarah Daerah Maluku Utara 2017 di Tobelo, Halmahera Utara dengan melibatkan 100 peserta dari siswa-siswi SMU, SMK, MA beserta masing-masing guru pendamping yang berlangsung selama 3 hari dari tanggal 09 sampai 11 Mei di Kota Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara yang dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Halmahera Utara. Seiring dengan tema sentral yaitu ”Mengungkap Ruang Peradaban Sejarah dan Budaya di Kota Tobelo , Peserta diajak melawat objek-objek sejarah Rumah Adat Hibualamo, Mesjid Jame, Pulau Tulang, Monumen Masuknya Injil. Rancangan tema ini menghadirkan tema yang sederhana namun memacu motivasi generasi muda di Kota ini dalam kerangka mengetahui arus peradaban sejarah dan budaya di wilayah Kabupaten Halmahera Utara serta tumbuhnya rasa mencintai dan memiliki akan sejarah dan budaya yang ada di daerah ini, dengan demikian jatidiri generasi muda dapat dikenal dan menjadi jubah untuk dapat menatap masa depan yang lebih baik lagi.
Lawatan Sejarah adalah satu kegiatan perjalanan mengunjungi situs bersejarah (a trip to historical sites) yang merupakan bagian dari simpul-simpul perekat yang berorientasi pada nilai-nilai perjuangan dan persatuan untuk memperkokoh integrasi bangsa. Lawatan Sejarah daerah Maluku Utara merupakan program unggulan Balai Pelestarian Nilai Budaya Maluku yang di lakukan secara berkesinambungan pada wilayah Maluku dan Maluku Utara sebagai wilayah kerja Balai. Konsep gagasan Lawatan Sejarah Daerah yang di laksanakan di pilih peserta yang terbaik yang meliputi guru dan siswa yang mewakili Maluku dan Maluku Utara dalam kegiatan Lawatan Sejarah Nasional di Bengkulu yang dilaksanakan oleh Direktorat Sejarah Kementerian Pendididkan dan Kebudayaan RI pada 14-18 Mei 2017.
Lawatan sejarah daerah Maluku Utara tahun ini, merupakan lawatan sejarah yang ke-XVI kalinya. Dimana Lawatan Sejarah I (pertama) Dilaksanakan di Kota Ambon, Lawatan sejarah II di Saparua, Lawatan sejarah III di Kota Masohi (Kabupaten Maluku Tengah), Lawatan sejarah IV di Kepulauan Banda ,Lawatan Sejarah V di Kota Ternate (Provinsi Maluku Utara) Lawatan sejarah VI di Kota Jailolo (Kabupaten Halmahera Barat) dan yang ke VII di laksanakan di Kota Namlea (Kabupaten Buru), Lawatan Sejarah VIII di laksanakan di Kota Tual Maluku (Kabupaten Maluku Tenggara) dan Lawatan Sejarah Daerah Maluku ke IX dilaksanakan di Kota Piru (Kabupaten Seram Bagian Barat), Lawatan Sejarah ke X di Kota Ambon dalam rangka pendukungan Lawatan Sejarah Nasional. Dan Lawatan Sejarah ke XI di Kota Saumlaki (Kabupaten Maluku Tenggara Barat) dan Lawatan Sejarah Daerah Maluku ke XII di Kota Dobo Kep. Aru, Lawatan Sejarah Daerah Maluku Ke XIII , di Wahai, Lawatan Sejarah Daerah Maluku ke XIV di Jailolo dan yang ke XV di Kec.Leihitu dan yang ke XVI ini di Tobelo.
Pada prinsipnya belajar sejarah bagi sebagaian masyarakat terutama generasi muda yang ada pada saat ini adalah sesuatu yang membosankan, apalagi jika sudah di dekatkan pada konsep periodisasi yang berkaitan dengan tokoh, peristiwa, kapan, dimana, dan siapa yang tentu berkaitan dengan masa lalu. Sehingga orang atau generasi muda lama kelamaan menjadikan pelajaran sejarah sebagai model pelajaran yang membosankan. Padahal belajar sejarah pada hekekatnya adalah bagaimana kita mengulang kembali perjuangan para pendahulu kita yang dalam konsep sederhana namun dapat berjuang dengan gigih yang penuh dengan semangat untuk mendapatkan kemerdekaan. Oleh karena itu melalui Laseda, siswa dan guru dapat mengenal metode belajar sejarah yang lebih menarik sehingga belajar sejarah tidak lagi membosankan.