PIRU, KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT, Kegiatan Dialog Budaya yang di selenggarakan Balai Pelestarian Nilai Budaya Ambon menjadi program unggulan yang setiap tahunya di laksanakan guna mensinergiskan stakeholder kebudayaan di daerah yang berkepentingan membangun daerah Maluku yang lebih baik. Pengalaman konflik 1999 tentu menjadi rujukan mencari strategi baru dalam kerangka memberi ruang bagi pra pendukung kebudayaan dalam memahami keseaman dan perbadaan yang di gagas leluhur melalui berbagai kerafan lokal. Respons terhadap munculnya berbagai kreatifitas tersebut sesunguhnya merupakan warisan budaya yang pantas mendapat bahagian dalam berbagai kebijakan pembagunan bangsa. Kearifan lokal dalam pendekatan ini merupakan perpaduan antara nilai-nilai kelokalan yang mentradisi dan menjadi patokan dalam melahirkan inspirasi baru dalam penataan kehidupan masyarakat. Kajian antropologi menunjukkan bahwa di Indonesia dihuni lebih dari 500 suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia oleh karena itu sangat beralasan jika pengelompokan-pengelompokan sosial yang terbentuk dalam masyarakat secara tradisional dari segi pemanfaatannya sangat membantu dalam kelancaran bermasyarakat.
Susunan komunitas adat yang dibingkai dari tradisi adat, dan budaya yang diwariskan dengan pendekatan leluhur local wisdom memang telah menjadi ciri klasik dari masayarkat adat tersebut. Nilai-nilai kebudayaan lokal dengan sentuhan historinya bukan hanya pada tataran pengelolahan berbagai kekayaan budaya akan tetapi juga mempengaruhi filosofis yang menggambarkan kehidupan masyarakat adat tersebut. Unsur filosofis dalam kebudayaan maayarakat adat adalah kearifan lokal dalam aspek kehidupan sosial budaya masayarakat. Konfigurasi budaya Masyarakat Seram Bagian Barat dalam tradisi masyarakat Kepulauan menjadi penting untuk di lakukan pelestarian melalui kegiatan-kegiatan kebudayaan. Merevitaslisasi nilai-nilai kebudayaan adalah bentuk apresiasi terhadap gagasan kelokalan yang di bangun leluhur. Substansi pelaksnaan kegiatan Dialog Budaya Daerah Maluku yang di laksnakan di Kota Piru pada 16 April 2014 adalah Memberikan penekanan makna bagi masayarakat Seram Bagian Barat akan pentingnya budaya Lokal dalam kehidupan sosial masyarakat serta memberikan penguatan nilai-nilai budaya Lokal Bagi Pembangunan Masyarkat SBB dan meningkatkan kesadaran di kalangan generasi muda dalam menafaatkan kebudayaan lokal sebagai gagasan pembentukan karakter generasi muda SBB. Pada aspek lain dapat mendorong pemerintah Daerah dalam kerangka menyamakan presepsi pemanfaatan budaya Lokal bagi Pembangunan SBB. Adapun tema kegiatan Revitalisasi budaya lokal Bagi Pembangunan Masyarakat Seram Bagian Barat rancangan tema ini menghadirkan sebuah persepktif baru dalam kebudayaan daerah Maluku yang menegaskan budaya lokal menjadi penting di jadikan referensi bagi pembangunan masyarakat SBB secara berkelanjutan.Adapun peserta Dialog adalah Siswa SMU/SMK, tokoh-tokoh budaya lokal, para pemerhati budaya, dan Birokrat di Lingkungan Pemda SBB yang berjumlah 100 orang.
Narasumber kegiatan Dialog budaya antara lain : Prof. Dr Aholiab. Watloly, M.Hum, S.Pak. Filosofis Sagu Salempeng Dalam Budaya Orang Basudara Di Maluku. Dr. Yance. F Rumahuru, MA. Penguatan budaya Waimale dan Alune : Penguatan Identitas Masyarakat SBB. Dr. Sem Touwe, M.Pd. Sejarah sosial Masyarakat Seram Bagian Barat. Dra. Ny F. Sahusilawane, MH. Budaya Maluku Dalam Dinamika Pembangunan