KOTA AMBON, Para antropolog mengidetifikasi Maluku sebagai wilayah seribu pulau dengan komposisi seribu keunikan budaya. Kalau konfigurasi kebudayaan Maluku kemudian di hitung dari perspektif kebudyaaan lokal maka sesunguhnya membicarakan unsur kesenian pada wilayah Maluku adalah sangat kompleks yang di petakan berdasarkan tradisi lokal masyarakat sebagai pendukung kebudayaan sub etnis tersebut di Maluku. Anggapan terhadap kesenian tradisional di Maluku sangat mewakili sub etnis di Maluku karena di perspektifkan pada kesamaan budaya, hubungan genologis, latar sejarah dan sistem mata pencaharian. Di wilayah pulau Buru misalnya di temukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan sejarah masuknya Islam, hubungan antar masyarakat, sistem mata pencaharian dan sebagainya. Ide-ide ini sering di aktualisasikan dalam kesenian tradisional masyarakat Buru. Sebaliknya juga pada budaya masyarakat Semuanya di munculkan dalam gerak tari yang di pentaskan. Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Ambon Stevanus Tiwery mengatakan prinsip pengengebangan kebudayaan melalui kegiatan pagelaran kesenian tradisional merupakan model menghidupkan rasa kepercayaan masyarakat pendukung kebudyaan bagi pelestarian kebudayaanya. Pada tahun 2014 telah di laksnakan kegiatan Pagearan Kesenian Tradisional pada dua wilayah berbeda antara lain di Kabupaten Maluku tenggara Barat atau yang lebih di kenal dengan etnis Tanimbar pada 18 Februari 2014. Dan juga di Kabuputaen Buru pada 27 Maret 2014. Ditambahkan kepala Balai bahwa apresiasi masyarakat Maluku pada bidang kesenian tradisional sangatlah tinggi karena itu paggelan budaya juga bertujuan menggarap para kerator muda di bidang seni dalam menciptakan hasil garapan baru di bidang tari tradisional. Apalagi di Maluku kita mempunyai sejumlah kerafan lokal yang bisa saja di jadikan sumber garapan tari tradisional.
Selain pada aspek penanaman nilai bagi masyarakat dan generasi muda di Maluku, pengalaman kleim kebudayaan oleh negara tetangga juga menjadi pelajaran tersendiri bagi daerah Maluku dimana lagu rasa sangang kane yang di jadikan ikon pariwisata Malaysia. Hal ini menjadi mimpi buruk bagi pemanfaatan dan pelestarian kesenian lokal bagi pembangunan Maluku dan Indonesia. Berdasar pada dua aspek tadi yakni penanaman nilai dan pelestarian kesenian tradisional maka Kegiatan Pagelaran Budaya yang di programkan Balai Pelestarian Nilai Budaya Ambon adalah merupakan strategi perlindungan karya budaya didaerah Maluku yang di lestarikan bagi pembangunan daerah Maluku.