Apa tradisi Lailatul Qadar di daerahmu?
Di Pulau Kur, Maluku Tenggara ada salah satu cara unik untuk menyambut malam Lailatul Qadar. Hoer Findamar atau Perahu Lailatul Qadar merupakan tradisi masyarakat Pulau Kur, Tual, Kabupaten Maluku Tenggara yang dilaksanakan setiap bulan suci Ramadhan tepatnya di malam Lailatul Qadar. Hoer Findamar berbentuk perahu layar berukuran kecil dengan panjang kurang lebih 1 meter dan lebar sekitar 20 – 45 cm yang terbuat dari kayu pohon pule. Kemudian perahu diberi cat warna-warni serta diisi dengan beragam makanan. Di bagian belakang perahu disiapkan sebuah pelita dan di ujung tiang perahu dipasang seekor ayam jantan yang dianyam dari janur kelapa serta diberikan nama pada perahu Lailatul Qadar / Hoer Findamar oleh pemilik masing-masing. Hoer Findamar dibuat pada tanggal 15 Ramadhan setelah malam Qunut.
Pada hari pelaksanaan peringatan Hoer Findamar, dilaksanakan upacara ritual keagamaan, para imam membakar kemenyan dan melantunkan sholawat serta doa kepada para leluhur, meminta keselamatan dan keberkahan kepada Negeri dan diiringi Hadrat di depan perahu Lailatul Qadar yang berjejer di pinggir pantai. Setelah itu suara adzan dikumandangkan oleh Muadzin lalu diikuti dengan pembakaran lampu pelita di setiap Hoer Findamar yang diawali dengan membaca Qur’an surat Al Qadr sebanyak tiga kali dan sholawat tiga kali kemudian Hoer Findamar diangkat oleh pemilik dan langsung dilarung dan dilepas ke laut dengan arah kiblat.
Warisan Budaya dari Pulau Kur ini menarik perhatian Balai Pelestarian Nilai Budaya Maluku. Oleh karena itu, BPNB Maluku melaksanakan perekaman tradisi Hoer Findamar tepat di hari perayaan festival Hoer Findamar untuk dapat diusulkan menjadi warisan budaya nasional. Tradisi religi bernuansa bahari ini menuturkan sejarah perjalanan salah satu wali yakni Ibnu Sina yang berlayar dari Timur Tengah dan singgah di bumi Makara Pulau Pulau Kur tepat pada 26 Ramadhan.