Sejarah Pelabuhan Tanjung Balai Karimun

0
11338

Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi strategis karena berada dipersilangan rute perdagangan dunia. Sehingga peran pelabuhan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi maupun mobilitas sosial dan perdagangan di wilayah ini sangat besar. Oleh karenanya pelabuhan menjadi faktor penting bagi pemerintah dalam menjalankan roda perekonomian negara, yang wilayahnya berupa kepulauan, dengan perbandingan antara daratan dan lautnya 38% : 62% terdiri lebih dari 17 ribu pulau besar dan kecil, dan 1000 diantaranya telah didiami.

Kepulauan Riau terletak di posisi strategis antara Singapura, Johor Bahru Malaysia dan Malaka. Daerah ini merupakan kawasan pelayaran internasional yang selalu ramai serta memilki kondisi alam yang unik dengan ribuan pulau yang bertebaran. Oleh karena itu, peran pelabuhan dan transoprtasi laut sangat diperlukan untuk mendukung kemajuan di berbagai bidang.

Salah satu pelabuhan laut yang strategis di Kepulauan Riau adalah pelabuhan Tanjung Balai Karimun yang terletak di Pulau Karimun. Pelabuhan Tanjung Balai Karimun merupakan pintu gerbang perekonomian daerah di Kepulauan Riau yang menjadi pertemuan transportasi inter dan antar moda khususnya yang menyangkut arus kegiatan keluar masuk kapal, barang dan penumpang. Pelabuhan Tanjung Balai Karimun merupakan salah satu pintu masuk ke Pulau Karimun dan merupakan pelabuhan internasional khususnya dari Singapura dan Kukub, Malaysia.

Pelabuhan Tanjung Balai Karimun, terletak di Pulau Karimun. Pelabuhan Tanjung Balai Karimun adalah salah satu Cabang Pelabuhan yang dikelola oleh PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I yang berpusat di Medan. Sebagai salah satu Cabang, ditinjau dari segi geografis lokasi pelabuhan yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia dan Singapura yang terkenal dengan selat Malaka dan selat Singapura yang merupakan jalur pelayaran terpadat dan tersibuk di dunia. Kedua selat ini adalah merupakan “Straits Used for International Navigation” dalam pengertian Hukum Laut International (UNCLOS). Dengan kondisi tersebut, pelabuhan Tanjung Balai Karimun mempunyai peran yang cukup berarti ditinjau dari aktivitas ekonomi melalui lalu lintas angkutan laut baik untuk kunjungan kapal dan alih muat barang maupun orang. Dengan kondisi tersebut, pelabuhan Tanjung Balai Karimun mempunyai peran yang cukup berarti ditinjau dari aktivitas ekonomi melalui lalu lintas angkutan laut baik untuk kunjungan kapal dan alih muat barang maupun orang.

Pelabuhan Tanjung Balai Karimun dibangun sejak pertengahan tahun 1950-an karena lumpur yang mengendap di pelabuhan sebelumnya yaitu di Pelabuhan Meral merupakan problem bagi kapal-kapal untuk berlabuh di Pelabuhan Meral. Pelabuhan Meral tidak lagi mampu dilalui oleh kapal-kapal yang lebih besar untuk sandar. Endapan lumpur menyebabkan air laut menjadi dangkal. Posisi Pelabuhan Meral sebenarnya sangat strategis, karena lokasinya yang agak masuk kedalam (teluk), dengan kondisi tersebut membuat pelabuhan ini aman dari terjangan angin dan gelombang besar. Karena dianggap sudah tidak layak, maka Pelabuhan Meral dipindahkan.

Pelabuhan Tanjung Balai Karimun telah ada sejak tahun 1958. Pelabuhan Tanjung Balai Karimun terletak di Pulau Karimun dengan luas wilayah Karimun 275 km² dengan jumlah penduduk kurang lebih 75.000 jiwa dan mata pencaharian mayoritas di sektor peranian atau nelayan. Pada tahun 1968 Pelabuhan Tanjung Balai Karimun merupakan salah satu dari tiga pelabuhan bea cukai yang dikenal dengan nama ”Boom Pendek”, disinilah tempat bersandarnya kapal patroli bea cukai wilayah kerja Kanwil II Tanjung Balai Karimun. Pada tahun 1970-an Pelabuhan Tanjung Balai Karimun hanya digunakan sebagai pelabuhan transit kapal-kapal dagang, kapal-kapal tersebut hanya singgah sementara untuk mengisi perbekalan dan jual-beli. Di tahun 1980-an, karena kapal-kapal besar tidak bisa bersandar di pelabuhan maka untuk untuk bisa naik kapal (ferry) tersebut para penumpang terlebih dahulu naik sampan karena keamanan kapal tidak terjamin.

Dengan adanya perkembangan pelabuhan, Pelabuhan Tanjung Balai Karimun telah mengalami perubahan beberapa status. Terhitung mulai tanggal 1 April 1996 berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 42 tahun 1996 kantor Pelabuhan Tanjung Balai Karimun diubah menjadi Kantor Administrator Pelabuhan Kelas IV yang dipimpin oleh seorang Administrator Pelabuhan. Administrator Pelabuhan mempunyai tugas pokok mengendalikan pelayanan di dalam daerah lingkungan kerja pelabuhan untuk memperlancar angkutan laut.

Pengelolaan Pelabuhan Tanjung Balai Karimun yang diarahkan pada pelayanan ship to ship transfer menyebabkan aktivitas kapal-kapal di sini menjadi sangat padat, sayangnya hal ini tidak diimbangi dengan fasilitas yang memadai. Dulunya dermaga umum pelabuhan Tanjung Balai Karimun hanya bisa disinggahi kapal-kapal kayu, tapi sekarang sudah bisa digunakan merapat kapal besi. Seiring dengan mulai banyaknya kapal-kapal besi berukuran besar menyinggahi pelabuhan ini, maka kegiatan bongkar muat (B/M) pun mulai meningkat.

Secara geografis, Kepulauan Riau berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapura. Lokasi yang stategis ini membuat pelabuhan-pelabuhan di Kepulauan Riau menjadi ikut di perhitungkan. Perkembangan industri, pertambangan dan pariwisata membuat pelabuhan-pelabuhan di Kepulauan Riau sebagai tempat transit para penumpang baik para pelaku bisnis, para pekerja dan wisatawan, sehingga peranan pelabuhan dalam ekonomi, soial, politik dan budaya sangat besar.

Pelabuhan Tanjung Balai Karimun sebagai pintu gerbang utama secara tidak langsung mampu membangkitkan perekonomian masyarakat, hal ini terlihat dari kelancaran transportasi laut di Pulau Karimun dengan banyaknya rute pelayaran yang dibuka. Hal ini diikuti dengan berkembangnya perusahaan-perusahaan pelayaran angkutan laut dan perusahaan bongkar muat. Pulau Karimun yang berdekatan dengan Singapura dan Malaysia tentu membawa pengaruh bagi masyarakat Karimun. Pengaruh budaya yang dibawa oleh wisatawan asing sangat nampak adalah dalam hal berpakaian.