Anak-anak muda kreatif di Tanjungpinang dibawah bendera Samudra Ensemble meluncurkan album Sedayoung Kepri di Gedung Aisyah Sulaiman, Jumat (29/12) malam. Ada delapan lagu yang dirilis.
Jurnalis dan juga penyair muda Tanjungpinang, Fatih Muftih mengaku tak sabaran menunggu aksi Adi Linkepin dkk. Ia menaksir sejak awal lagu Progresive Makyong akan jadi nomor unggulan. Bukan tanpa alasan. Di masa awal Samudra, lagu ini serupa Akad-nya Payung Teduh bagi ruang dengar Kepulauan Riau hari itu. Di mana panggung ada Samudra, di situ penonton menunggu lagu ini dimainkan.
Namun, setelah mendengarkan lagu-lagu yang lain Fatih berubah pikiran. Ia menyebut jika menyebut genial itu lebay, izinkan saya memilih kata imajinatif sebagai kesan yang melekat usai mendengar Progresive Makyong. Cara mereka mengolah khazanah tradisi tidak saja berbeda, tapi penuh gaya. Ia meletak harapan paling tinggi pada nomor Gurindam Plus. Tujuh-menit-lebih terlipat jadi sedemikian cepat ketika mendengarkan nomor ini. Jika harus berpersonifikasi, Gurindam Plus itu adalah Dian Sastrowardoyo: yang semakin sekarang, semakin enak dipandang; tidak bikin bosan; betah berlama-lama.
Siapa itu Samudra Esemble? Samudra Ensemble adalah kumpulan seniman muda serantau yang mempunyai visi dan misi mengkolaborasikan musik etnik dan musik yang kekinian. Seperti ditulis Tanjungpinangpos, Samudra Ensemble Mereka sudah eksis sejak Mei 2013. Awalnya Samudra Ensemble sering manggung di setiap acara hari besar Islam yang diadakan di Tanjungpinang. Kini karena kekompakan dan kebersamaannya untuk membesarkan musik yang dimainkan secara bersamaan ini, nama Ensemble asal populer.
Musik ini biasa dimainkan lebih dari enam personil. Alat musiknya beragam. Termasuk di dalamnya alat musik biola, perkusi, serta campuran alat musik gendang seperti jumbe dan lainnya. Inilah yang membuat semua telinga para penikmat musik ini populer hingga kini di Provinsi Kepri.
Samudra Ensemble Kepri awalnya digagas Adi Lingkepin bersama para pemusik lain Ryan Saputra, Mohammad Imamsyah serta Bembeng Carabian. Ketiga pemusik yang memang sudah lebih dulu tersohor di Ibukota Provinsi Kepri ini, selanjutnya menambah personil yakni Haffeq Boom, Ikhsan, Andri, Rio Thomas, serta Dwi Mindra yang juga penikmat lagu Melayu Kepri.
Masing-masing pemusik Melayu ini memiliki ciri khas tersendiri. Adi Lingkepin dengan biola kesayangannya berwarna merah, Ryan Saputra penggagas musik yang mampu mengambil para pemusik lainnya di atas panggung, Bembeng Carabian, Ikhsan, serta Hafeeq Boom trampil dengan perkusinya. Mohammad Imamsyah dan Andri penguasaan drammernya, terakhir Rio Thomas dan Dwi Mindra kedua pelantun suara yang memiliki pita suara merdu khas Melayu kepulauan.
Anak-anak muda berbakat Provinsi Kepri ini tentunya selain ingin membuktikan bahwa budaya Melayu memiliki keunikan tersendiri yang patut dilestarikan, kini tidak kalah menariknya sekelompok pemusik asal Kepri ini sudah melanglang buana hingga keluar daerah Jakarta, Jawa dan daerah lokal di Provinsi Kepri.
Samudra Ensemble Kepri lebih dikenal banyak masyarakat Kepri dengan musik khasnya “Progresif Makyong,” salah satu kesenian Melayu yang memiliki nilai sejarah di Provinsi Kepri. Progresif Makyong mampu membawa sekelompok anak muda yang tergabung di Samudra Ensamble ini berkembang dan menjadi yang terbaik di Provinsi Kepri. Tak heran, ketika mereka sering dihadirkan Pemprov Kepri saat mengisi acara besar baik itu yang berbaur keislaman maupun acara petemuan besar tokoh masyarakat Kepri untuk melantunkan musik khas Melayu sebagai penambah nikmat pertemuan dan jamuan.**