Muatan Lokal Melayu dalam Kurikulum Pendidikan Lingga

0
1016
Banyak kekayaan tradisi di Kabupaten Lingga. Tradisi Haul Jamak tetap dilestarikan setiap tahunnya

Dinas Pendidikan Lingga menyusun muatan lokal dalam kurikulum yang nantinya diajarkan di level TK, SD dan SMP di Kabupaten Lingga. Dalam penyusunan kurikulum muatan lokal mengandeng Dinas Kebudayaan Lingga, budayawan dan juga tenaga ahli pendidikan.

Kadis Pendidikan Lingga, Junaidi Adjam menyebutkan, acara penyusunan kurikulum muatan lokal berlangsung 17-18 September yang lalu. Diundang budayawan, LAM Lingga, Dinas Kebudayaan Lingga dan juga Dr Encik Abdul Hajar selaku praktisi pendidikan di Tanjungpinang.
“Memasukkan materi muatan lokal (mulok) tidak bisa sembarangan. Dalam memasukkan materi mulok, difokuskan pada potensi dan kearifan lokal,”kata Junaidi, kemarin.

Dia menjelaskan, dalam Kurikulum 2013 (K-13) menekankan pada kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) serta psycomotorik (keterampilan) yang saat ini menjadi sasaran akhir.
“Saat ini kita belum ada materi mulok yang mengajarkan sejalan dengan visi misi bupati,”ujarnya.

Lembaga Adat Melayu (LAM) Kabupaten Lingga mengapresiasi Pemkab Lingga melalui Dinas Pendidikan yang pada tahun 2018 ini mulai melakukan penyusunan kurikulum muatan lokal. Di dalamnya nanti akan ada penekanan pada adat dan budaya Melayu dan sejarah kerajaan Lingga Riau.
“Selain ini sudah sesuai sekali dengan harapan sebagaimana yang telah dicantumkan dalam matlamat LAM Kabupaten Lingga, yang mana juga telah diserahkan kepada Bupati Lingga sebelumnya beberapa tahun lalu di reflika Istana Damnah, Daik,” kata Ketua LAM Kabupaten Lingga, M Ishak, Selasa (18/9).

Menurut Ishak, matlamat tersebut juga dirasa sesuai sekali dengan semangat UU No 5 /2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
“Mudahan-mudahan penyusunannya lancar dan terus belanjut pada tahun 2019 sampai bisa diterapkan di seluruh sekolah TK, SD dan SMP di Kabupaten Lingga. Semuanya harus melalui tahapan dan proses, serta dibuat sesuai peraturan yg berlaku. Karena itu perlu didukung dengan komitmen yg kuat,” ujarnya.

Di bidang adat dan budaya Melayu, lanjut Ishak, penekanan pada budi pekerti, sopan santun, berpakaian yang patut, pengetahuan-pengetahuan tentang kuliner khas Melayu, motif-motif, pantang larang, syair dan gurindam, kesenian dan bahasa, dirasa perlu sekali dimasukkan ke dalam materi muatan lokal.

Begitu juga di bidang sejarah, dengan banyaknya cagar budaya di Kabupaten Lingga, ditetapkannya Pahlawan Nasional dan sejarah terbentuknya Kabupaten Lingga barangkali dapat menjadi pertimbngan yang sangat penting untuk dijadikan materi kurikulum muatan lokal di Kabupaten Lingga. **