Menanti Efek ‘Jelita Sejuba’ untuk Natuna

0
702

 

Oleh: Dedi Arman
Bekerja di Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri

Kemajuan teknologi dan seni telah memicu industri pariwisata untuk mengalami transformasi. Bentuk-bentuk pariwisata tradisional dikembangkan dengan mengenalkan dan menawarkan bentuk-bentuk dan model wisata baru. Salah satu bentuknya adalah wisata film, sebuah trend pariwisata baru, di mana pilihan tujuan wisata termotivasi dan terinspirasi oleh film. Wisata film menempatkan hubungan antara lokasi pembuatan film, cerita film, karakter dalam film dan wisatawan yang terinspirasi untuk menghidupkan emosi yang dihasilkan film di lokasi pembuatannya.

Wisata film meningkatkan efek perekonomian dan hubungan antara film dengan industri pariwisata. Kedua hal ini tidak hanya memberi kesenangan dan kepuasan bagi wisatawan, tetapi juga kekayaan spiritual dan pengalaman-pengalaman baru. Karena menonton film, orang termotivasi untuk mengalami sendiri mengunjungi sebuah tempat yang dilihatnya di layar. Selama menonton, orang termotivasi untuk bertemu dengan sosok bintang, atau berkeinginan mengalami dan mengikuti tradisi di suatu tempat dalam cerita film. Segala hal yang menyebabkan orang ingin mengunjungi sesuatu karena pengaruh tayangan film ini selanjutnya disebut dengan wisata film. (Karyadi,2015:2).

Karya sastra dan film bisa mengubah sebuah daerah. Andrea Hirata dengan novel dan film Laskar Pelangi-nya menjadikan Belitung menjadi magnet tujuan wisata. Setiap tahun wisatawan ramai ke Kabupaten Belitung dan Belitung Timur terinsipirasi keindahan alam seperti cerita novel dan gambar di film.Daerah ini pun menjadi magnet baru tujuan wisata. Apalagi pemerintah daerahnya cukup pandai mengemas dan berbenah menangkap animo tingginya peminat wisata ke daerah yang lama mati suri paska meredupnya penambangan timah.

Sebuah film baru akan tayang di bioskop mulai tanggal 5 April 2018 mendatang. Film ini latarnya ada di Sejuba, Natuna. Cerita yang diangkat sangat pas dengan kondisi Natuna sebagai daerah perbatasan.Natuna ramai dengan anggota TNI baik angkatan darat, laut dan udara yang ditugaskan mengawal daerah perbatasan.

Film berjudul Jelita Sejuba (Mencintai Kesatria Negara) bercerita mengenai istri tentara. Mengangkat hal menarik dan dramatis, sisi humanis dari kehidupan tentara.Tokoh utama film adalah Sharifah yang diperankan aktris Putri Marino. Perempuan lugu yang dikisahkan berasal dari Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, itu adalah istri seorang tentara bernama Jaka yang diperankan Wafda Saifan Lubis.

Film disutradarai Ray Nayoan yang menginterpretasikan, Sharifah dan Natuna seakan memiliki kesamaan. Seperti Sharifah yang merupakan benteng pertahanan keluarga, begitu pula pesisir Sejuba di Natuna yang didominasi batu-batu besar menjaga Indonesia.

Film yang skenarionya digarap oleh penulis naskah Jujur Prananto (penulis Petualangan Sherina, Laskar Pelangi) itu melalui proses yang tak main-main. Ada riset panjang ke Natuna dan proses konfirmasi ke TNI mengenai citra tentara. Hal menarik lainnya adalah bahasa yang digunakan dalam film ini adalah bahasa Melayu Ranai yang dimengerti semua orang di Natuna. Film juga mencantumkan terjemahan bahasa Indonesia pada bagian-bagian yang sulit dimengerti.

Suasana keharuan makin terasa dengan soundtrack lagu Menunggu Kamu yang dibawakan penyanyi Anji.Hal menarik lainnya, film Jelita Sejuba terinspirasi dari kisah nyata ibu Krisnawati, seorang perempuan yang berkecimpung di dunia militer, yang menyaksikan sendiri kisah prajurit-prajurit TNI di Natuna. Kisah ini adalah kisah yang dia saksikan sendiri di Natuna. Bagaimana perasaan istri-istri parajurit yang harus meredam emosinya agar suami tidak terdistraksi dan sabar menunggu.

Efek Sejuba
Menyebut Sejuba diyakini tak banyak orang Kepri, kecuali Natuna tahu dengan nama ini. Sejuba itu daerah pesisir yang masuk dalam wilayah Desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur. Sejuba dikenal dengan pantainya yang indah. Di pantai terlihat susunan dan tumpukan batu yang cantik. Tumpukan bebatuan granit khas pantai Natuna. Banyak orang menyebutnya sebagai batu bersantai (batu tolak bala). Sejuba bisa ditempuh sekitar 30 menit memakai kenderaan roda dua atau roda empat.

Pengaruh film Jelita Natuna diyakini akan berdampak pada pamor wisata Natuna, khususnya Sejuba. Dengan promosi film yang luar biasa dan nantinya animo penonton yang tinggi menonton film diyakini akan berpengaruh besar pada Kabupaten Natuna. Banyak orang akan semakin penasaran dimana Natuna dan Sejuba itu.

Keindahan alam Sejuba dan Natuna umumnya yang eksotis tak kalah dengan Belitung. Tinggal lagi menunggu efek atau dampak dari film ini. Kalau Laskar Pelangi bisa meraih empat juta penonton, Jelita Sejuba diharapkan juga bisa mengikuti jejaknya. Harapannya, Natuna makin dilirik paska film ini. Natuna masuk dalam radar pariwisata nasional. Selama ini membicarakan Kepri sebagai daerah tujuan wisata, pamornya hanya berkutat di Batam, Tanjungpinang dan Bintan saja.

Natuna diharapkan bisa mengikuti kesuksesan Belitung dan Belitung Timur. Sejak Laskar Pelangi Terbit Pada 2008, mendongkrak kunjungan pariwisata di Belitung Mencapai 1.800 persen. Booming jumlah kunjungan tamu asing dan domestik sangat terasa. Data BPS Bangka Belitung, tahun 2012, jumlah tamu asing yang datang untuk berwisata ke Belitung 1.864 orang sedangkan domestiknya 221.747 orang. Di tahun 2013 naik. Wisatawan asing 2.035 orang, wisatawan lokal 236.370 orang. Di tahun 2014 lanjutnya kembali terjadi peningkatan untuk wisatawan asing 2.361 orang sedangkan wisatawan lokal mencapai 282.968 orang totalnya 285.329 orang. Tahun 2015 wisatawang asing saja mencapai 3.498 orang, lokal 301.938 orang.Fenomena Belitung begitu menarik. Laskar Pelangi membuka Keindahan Pulau Belitung.

Sekarang mari kita tunggu penayangan filmnya. Menyaksikan gadis Melayu dengan dialek Melayu Ranai dan mendengarkan suara merdu Anji yang mendayu yang akan mengantar mata melihat keindahan pantai Sejuba. Kita tunggu efek film ini untuk dunia pariwisata Kabupaten Natuna. Jelita Sejuba Effect.*** (Terbit di Harian Tanjungpinangpos, 16 Maret 2018)