Pernah mendengar nama deram deram. Ini sejenis kue bewarna coklat. Kue ini identik dengan cemilan dari Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, Kepri. Di sejumlah kedai di sana, banyak dijual deram-deram.
Kue ini bentuknya seperti donat yang memiliki lubang di tengahnya. Hanya saja ukuranya lebih kecil dan tentu cita rasa yang dihasilkan berbeda. Rasanya yang renyah dan gurih cocok sebagai panganan dikala Anda santai.
Konon cerita dari masyarakat Penyengat, deram-deram pernah dijadikan cemilan dalam Kesultanan Riau Lingga dulunya. Deram deram sampai saat ini masih lestari dan masih banyak dipilih para pelancong yang mengunjungi Tanjungpinang sebagai cenderamata.
Dwi Setiati (2000) dalam bukunya Tata Saji Hidangan Melayu Pada Peringatan Hari-Hari Besar Islam Di Pulau Penyengat menulis cerita tentang deram deram ini. Cara pembuatan deram-deram sangat sederhana yaitu beras ditumbuk atau digiling hingga halus. Untuk membuat adonan deram-deram dengan cara tuangkan gula dicampur air dimasak sampai mendidih hingga terlihat bertali-tali atau merambat apabila sendok pengacaunya diangkat. Setelah gula merah bertali-tali lalu angkat panci dari atas kompor, kemudian masukkan tepung beras sedikit-sedikit sambil terus diaduk-aduk. Cara mengaduknya jangan sampai berhenti agar semua adonan dapat tercampur dengan merata.
Apabila adonan tidak tercampur dengan baik, maka adonan akan bantut dan kue manjadi keras. Adonan yang bagus dan dikatakan jadi atau tidak bantut adalah adonan yang tidak cair dan tidak terlampau pekat. Setelah adonan selesai dan tidak panas lagi lalu adonan tersebut ditepek-tepek (dipadatkan) terus dibulat-bulat atau dibentuk sesuai selera dan dilubangi tiga atau empat buah. Kemudian didiamkan kurang lebih setengah jam atau lebih lama didiamkan lebih bagus. Sementara itu, panaskan wajan atau kuali lalu tuangkan minyak goreng ke dalamnya. Setelah minyak goreng panas, masukkan deram-deram, goreng hingga kecoklatan, lalu angkat.
Nilai yang terkandung dalam makanan tradisional deram-deram ini adalah nilai budaya dan nilai ekonomi. Mengandung nilai ekonomi karena makanan ini dijual oleh penduduk Pulau Penyengat yang mengusahakannya. Dengan adanya nilai jual makanan tradisional ini, maka keadaan ekonomi penduduk bertambah. **