Jong merupakan permainan rakyat pesisir di Kepri yang masih bertahan hingga saat ini. Permainan ini banyak dilakukan pemuda dan anak-anak di pulau. Jong berupa replika miniatur perahu layar tetapi tidak dikemudikan oleh manusia, melainkan berlayar dengan mengandalkan angin. Tak sekedar permainan, jong sarat dengan muatan nilai dan kearifan lokal.
Keunikan Jong Kepri banyak dilirik. Salah satunya dari TV Edukasi milik Kemendikbud. TV Edukasi menurunkan timnya untuk melakukan liputan khusus tentang Jong Kepri.
“Ini permainan yang unik. Tumbuh di daerah pesisir. Tapi belum familiar ditingkat nasional meski banyak yang memainkannya. Tak hanya di Kepri, daerah kepulauan yang lainnya,”kata Bambang dari TV Edukasi, Senin (24/10) kemarin.
Kepala Balai Pelestarian Budaya Kepri, Suarman mengatakan, permainan jong merupakan permainan khas rakyat pesisir yang ada dihampir seluruh wilayah di Kepri. Jong bukan sekedar permainan tapi didalamnya sarat dengan muatan lokal. Permainan jong sangat cocok untuk materi muatan lokal dan diajarkan di sekolah-sekolah.
“Jong ada di Bintan, Lingga, Karimun, Batam dan wilayah lainnya di Kepri. Ini permainan yang unik. Ada unsur mitosnya juga,”kata Suarman saat wawancara khusus dengan TV Edukasi dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Senin (24/10) kemarin.
Kata Suarman, meski sejumlah daerah memainkannya, namun pelestarian Jong Kepri menjadi keharusan. Caranya melalui memasukkan pada kurikulum muatan lokal, menggelar workshop tentang jong dan juga menggelar event perlombaan. “Banyak sekali muatan nilai pada jong. Ada pengetahuan alam, seperti angin, kepandaian memilih bahan untuk jong dan teknik memainkannya. Sangat unik,”ujarnya.
Kata Suarman, permainan jong dimainkan di Kepri sudah lama. Dari literatur yang dibacanya, pada abad 18 sudah ada permainan jong. Permainan dilakukan sore hari khususnya oleh anak-anak. Waktu berkumpul digunakan untuk bersosialisasi. “Dalam jong ada nilai ketangkasan dan sportif. Tak boleh menabrak jong orang lain. Perahu jong tercepat sampai di pantai atau di darat maka itulah yang menjadi pemenangnya. “Betapa unik, replika perahu itu bisa melaju dalam kecepatan tinggi karena tekanan angin. Pemainnya harus bisa membaca arah angin,”sebutnya.
Asal usul nama jong sendiri banyak versinya. Sejarah permainan Jong ini konon berasal dari sebuah kegitan ritual. Pada jaman dulu orang-orang dari etnis Tionghoa sering memberikan sesaji ke tengah lautan. Dalam sesaji tersebut terdapat sebuah kue bernama Jong Kong. Sesaji ini dibawa dengan sebuah perahu kecil hingga hanyut tak terlihat lagi.
Perahu mini tersebut justru menarik perhatian orang Melayu yang melihatnya. Kemudian oleh orang Melayu perahu tersebut dijadikan sebagai permainan yang menyenangkan. Nama permainannya diambil dari ritual Jong Kong yang dilakukan oleh etnis Tionghoa tersebut.
Dalam pembuatan jong zaman dahulu, memang terdapat berbagai pantang larang sesuai dengan budaya waktu itu yang mengamalkan fahaman aminisme. Orang yang membuat jong akan menentukan hari yang sesuai untuk masuk ke hutan mencari dan menebang pokok pulai. “Biasa pada zaman dahulu orang tersbut terlebih dahulu menyemah pantai dengan harapan tidak roh-roh jahat yang akan mengganggu Jong mereka dan mengakibatkan jong karam atau malapetaka ke atas pemiliknya,” ujarnya.
Dalam permainan Jong ini bukan memainkannya yang sulit. Tapi membuat Jong itu sendiri yang masih sangat susah. Jong merupakan permainan dengan menggunakan replikas perahu layar, kendati demikian perahu tersebut juga bisa berlajar ratusan meter. Jong memiliki panjang 1,5 meter, sedangkan tinggi layar mencapai 2 meter. Sedangkan lebar perahu hanya sejengkal orang dewasa. Jong biasanya terbuat dari jenis kayu pilihan yaitu kayu pulai.
Cara memainkannya adalah dengan mengandalkan tiupan angin yang kencang. Biasanya para pehobi jong memilih lokasi pantai untuk menguji ketangguhan jong miliknya. Jong dibawa dan diletakkan di atas laut, kemudian dilepaskan begitu saja. Hembusan angin yang kencang akan membawa jong mendarat hingga ke bibir pantai. Jong tidak bisa berdiri begitu saja. Harus disangga dengan penyeimbang. Penyeimbang ini berupa sebuah kayu memanjang yang diberikan pemberat pada salah satu sisinya. Bentuknya mirip seperti penyeimbang yang digunakan oleh perahu layar asli.**