Gunung Daik di Kabupaten Lingga, Kepri yang namanya termasyur masuk dalam Angerah Pesona Indonesia (API) 2018. Gunung Daik masuk dalam kategori dataran tinggi populer di Indonesia.
Dalam ajang API 2018 yang ditaja Kementrian Pariwisata RI, Gunung Daik bersaing dengan sejumlah dataran tinggi populer lainnya. Pesaingnya adalah Ahua Wali di Kabupaten Konawe, Bukit Jamur di Kabupaten Bengkayang, Dataran Tinggi Gayo di Kabupaten Aceh Tengah, Embung Sriten di Kabupaten Gunung Kidul, Gunung Dempo di Kota Pagaralam.
Kemudian, Gunung Mutis di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Gunung Rian di Kabupaten Tana Tidung, Lawang Park di Kabupaten Agam dan Sipinsur di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Dalam mensukseskan ajang ini kembali, Pelaksana tugas (Plt) Kabag Humas dan Kominfo Setda Lingga, Sabirin mengajak seluruh masyarakat agar mau memberikan dukungan dengan mengirim vote agar Gunung Daik mendapat peringkat pertama sebagai dataran tinggi terpopuler di Indonesia.”Mari kita dukung dengan cara mengirim sms. ketik API 6E kirim ke 99386,”kata Sabirin, kemarin.
Penilaian atau voting dalam API ini akan dibuka secara resmi 1 Juni 2018 mendatang. Ajang ini tentunya akan membantu pembangunan dunia pariwisata bagi Kabupaten Lingga. Terlebih, jika Gunung Daik meraih peringatan pertama sehingga akan mengangkat kawasan pariwisata lainnya di Kabupaten Lingga ini.
Gunung Daik terletak di Pulau Lingga, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Gunung ini adalah gunung tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau. Gunung Daik memiliki tiga puncak, yakni Gunung Daik, Gunung Pejantan dan Gunung Cindai Menangis. Gunung Daik memiliki ketinggian 1.165 meter dpl dengan puncaknya memiliki kesulitan panjat tebing 5.9-5.11 North American Grade Standard.
Menyebut Gunung Daik, seseorang akan terkenang dengan sebuah pantun yang sangat familiar, terutama pada masyarakat rumpun Melayu: Pulau Pandan jauh di tengah/ Gunung Daik bercabang tiga/ Hancur badan dikandung tanah/ Budi baik dikenang juga. Cabang gunung yang paling tinggi disebut Gunung Daik, yang menengah dinamakan Gunung Pejantan atau Gunung Pinjam-pinjaman, dan yang paling rendah dinamakan Gunung Cindai Menangis.
Masyarakat setempat mempercayai, puncak Gunung Daik dihuni oleh mahkluk halus bernama bunian. Sedangkan para nelayan yang berada di sekitar gunung itu meyakini bahwa arwah nenek moyang mereka, yakni Datuk Kemuning dan istrinya, bersemayam di gunung tersebut. Konon, nama Lingga yang berasal dari akar kata Ling (naga) dan Ge (gigi), terilhami oleh bentuk puncak Gunung Daik yang mirip dengan gigi naga.
Keberadaan gunung ini kian populer berkat sebuah pabrik sagu dari kabupaten tersebut yang menjadikan Gunung Daik sebagai merek dagangnya, yaitu Sagu Cap Gunung Daik. Merek tersebut merupakan jaminan sagu berkualitas, yang dari dahulu hingga sekarang banyak dikirim ke berbagai daerah, seperti Cirebon, Surabaya, dan kota-kota lainnya. Melalui merek tersebut, perlahan-lahan Gunung Daik ikut dikenal oleh masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.**