Gasing Lingga, Sebuah Permainan Rakyat

0
197

Oleh: Zulkifli Harto M Hum (Staf BPNB Kepri)

Gasing adalah mainan yang dapat berputar pada poros dan berseimbangan pada titik tengah bagian bawah.Berdasarkan informasi dari berbagai situs arkeologi dapat dipastikan bahwa gasing merupakan mainan tertua dan masih bisa dikenali. Pada masalalu, gasing bukan hanya sekedar permainan ada juga yang memanfaatkannya sebagai alat perjudian dan alat untuk ramalan nasib. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa permainan ini memiliki peran dan fungsi yang beragam tergantung budaya masyarakat yang memiliki dan mengembangkannya sesuai dengan maksud dan tujuannya.
Permainan gasing telah dikenal sejak lama, sehingga tidak mengherankan jika  permainan ini demikian luas penyebarannya tidak hanya pada lingkup wilayah Indonesia, tetapi hingga berbagai negara. Dalam perkembangan permainan ini di Indonesia, setiap daerah mengembangkan sendiri bentuk dan jenis permainannya hingga dikenal lah berbagai jenis dan sebutan gasing di tiap  daerah terkadang berbeda-beda.

Permainan gasing merupakan permainan rakyat yang sangat lekat dalam kehidupan masyarakat. Permainan ini menggunakan sebongkah kayu ada juga yang menggunakan bambu yang diolah dan dibentuk sedemikian rupa berbentuk gasing, namun jika diamati secara seksama setiap daerah memiliki ciri khas keunikan tersendiri yang tidak sama bentuknya, setiap daerah memiliki karakter tersendiri yang berbeda dengan daerah lainnya. Sebagian besar gasing dibuat dari kayu.Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan  gasing.  Bahan gasing dalam perkembagannya dapatdibuatdari beragambahan dan beragam bentuknya, tidak hanya berasal dari batangkayu tetapi dapat juga dari bahan lainnya. Tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan. Tali gasing juga memiliki peran yang sangat penting artinya sebagai satu bagian dari permainan gasing. Jika tidak ada tali maka gasing tidak dapat dimainkan. Oleh sebab itu, tali yang digunakan harus benar-benar kuat dan gampang untuk digunakan.

Gasing yang ada diberbagai daerah berbeda-beda, namun apapun jenis gasing yang terdapat disetiap daerah di Indonesia, secara kasat mata dapat dikatakan cara memainkannya hampirlah sama, yaitu dengan cara memutarkan gasing dengan menggunakan tali yang dililitkan pada gasing. Namun jika ditelisik secara lebih cermat maka akan ketahuan bahwa memainkan gasing setiap daerah tidaklah sama. Setiap daerah memiliki aturan dan teknik bermain yang berbeda dengan daerah lainnya. Demikian pula halnya dengan gasing yang terdapat di Kabupaten Lingga.
Permainan Gasing saat ini hampir punah, akibat perkembangan zaman dan pola kehidupan modern yang secara perlahan menggeser prilaku permainan dalam lingkungan masyarakat. Seperti, pola permainan anak-anak di masa kini sebagian sudah beralih dari permainan tradisional ke permainan digital atau berbagai permainan game yang diproduksi oleh teknologi yang menggunakan berbagai aplikasi dan alat elektronik yang saat ini dengan mudah dapat diperoleh. Selain itu, lingkungan alam anak-anak di masa kini sudah banyak yang berubah. Tidak lagi seperti dahulu yang sangat dekat dengan alam lingkungan sekitarnya. Hal itu tidak terlepas dari lahan lingkungan alam disekitar pemukiman yang tidak lagi mudah untuk menemukan kebun atau hutan untuk mencari kayu bahan pembuatan gasing karena sudah banyak yang dibabat dan dikelola menjadi lahan perumahan dan berbagai pembangunan.

Pada masa lalu anak-anak dengan mahirnya dapat membuat sendiri permainan mereka termasuk gasing, kini tingkat komersial anak-anak juga semakin tinggi tidak lagi mau membuat sendiri alat permainannya tetapi lebih memilih membeli berbagai jenis permainan. Hal itu membuat anak-anak menjadi malas untuk berkreativitas untuk menciptakan permainannya sendiri, hal itu bertolak belakang dengan kehidupan anak-anak di masa lalu yang lebih kreatif dalam membuat permainannya sendiri.

Gasing Lingga adalah salah satu permainan rakyat yang terdapat di Kabupaten Lingga, permainan ini telah dikenal sejak lama dan diturunkan dari generasi ke generasi. Secara umum jika dilihat secara kasat mata setiap permainan gasing hampir sama, namun jika ditelisik lebih jauh ternyata Gasing Lingga memiliki karakter dan aturan main yang berbeda dengan jenis permainan gasing yang terdapat di daerah lainnya. Dalam perkembangannya saat ini, permainan Gasing Lingga telah dikembangkan dengan sistem pertandingan dan aturan permainan yang dibakukan oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga.

Melalui program pengembangan permainan gasing yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga, dianggap mampu menggerakkan kegairahan masyarakat khususnya generasi muda untuk kembali menggeluti olah raga tradisional yang dibungkus dalam sebuah permainan yang dinamakan Gasing Lingga. Saat ini, setiap sore hari setiap desa dan kampung selalu ramai masyarakat melakukan permainan gasing, baik oleh orang tua atau muda. Hal ini merupakan suatu prestasi dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Lingga yang tidak hanya mampu menggali permainan tradisional yang sudah hampir punah tetapi mampu mengajak masyarakat khsusnya generasi muda untuk mencintai permainan tradisionalnya.

Karakter Permainan Gasing
Permainan gasing umumnya dimainkan oleh anak laki-laki, tetapi tidak hanya terbatas pada anak-anak sajatetapi dapat juga dimainkan oleh orang dewasa. Jenis permainan ini adalah permainan yang ditandingkan antar pemain gasing, baik yang dilakukan secara berkelompok atau perorangan. Jika dimainkan dalam bentuk pertandingan secara berkelompok atau group, maka setiap kelompok terdiri dari 4 hingga 6 orang setiap kelompoknya. Tetapi jika perorangan, setiap orang bertanding secara individual satu lawan satu saling bergantian atau bersamaan.

Jika permainan gasing dilakukan dengan cara bertanding, maka buah gasing yang dipertandingkan dapat disediakan oleh panitia pelaksana pertandingan atau dibawa sendiri oleh peserta pertandingan yang terpenting adalah jenis gasing yang dibawa sesuai dengan jenis gasing yang menjadi ketentuan dalam permainan Gasing Lingga yaitu gasingpemangkah (pemukul), gasing pemasang (penahan), dan gasing uri (beraje). Setiap jenis memiliki fungsi tersendiri, tidak dapat dimainkan asal-asalan tetapi sesuai dengan ketentuan permainan Gasing Lingga.

Dalam permainan pertandingan gasing. Sebelum pertandingan dimulai maka masing-masing kelompok atau pemain perorangan dikumpulkan oleh juri pertandingan untuk diberi arahan tentang aturan dan tata tertib pertandingan. Setiap kelompok atau perorangan harus mematuhi peraturan yang telah ditetapkan panitia atau dapat juga dilakukan dengan kesepakatan bersama antara kelompok dan wasit pertandingan. Pengarahan pertandingan ini sangat penting artinya sebelum dimulainya pertandingan untuk menghindari perselisihan dan kesalahfahaman yang dapat saja terjadi saat pertandingan dilakukan.

Lapangan Pertandingan Gasing
Pertandingan gasing tidak dilakukan disembarang tempat, tetapi dilakukan dalam lapangan pertandingan. Ukuran dan bentuk lapangan sesuai dengan jenis pertandingan yang akan dilakukan, apakah pertandingan adu uri atau pertandingan antar kelompok/tim. Masing-masing memiliki bentuk tersendiri. Bentuk lapangan gasing terdiri dari 2 bentuk yaitu bulat dan persegi panjang.
Padamasa lalu permainan gasing tidaklah menggunakan lapangan atau bentuk tertentu, biasanya permainan dilakukan di halaman rumah atau di lapangan terbuka yang penting tanah tempat bermain tidak basah atau becek dan lebih baik jika sedikit berpasir agar gasing dapat dengan mudah berputar kencang. Permainan zaman dahulu dilakukan secara alami apa adanya tanpa ada garis pembatas. Gasing dimainkan sesuai kesepakatan sesama pemain, baik dengan cara dipangkah atau tanding/adu lama perputaran gasing. Selain itu, tidak mengenal aturan yang baku tetapi dimainkan sebagai hiburan dan pengisi waktu luang anak-anak.
Kini, dengan dukungan dan dorongan pihak Pemerintah Kabupaten Lingga melalui Dinas Kebudayaan dengan memperhatikan kebutuhan dan perkembangan saat ini maka dibuat berkomitmen membangkitkan kembali permainan Gasing Lingga dengan aturan dan sistem pertandingan termasuk model lapangan yang akan digunakan. Hal itu, dimaksudkan agar masyarakat memiliki panduan dan rujukan secara bersama jika ingin membuat suatu perhelatan pertandingan gasing dengan aturan dan tata tertib guna menghindari perbedaan permainan bagi daerah-daerah tertentu dalam wilayah Kabupaten Lingga. Dengan adanya aturan ini, maka siapapun yang akan menggelar pertandingan dapat merujuk aturan yang telah disepakati secara bersama.
Lapangan pertandingan untuk permainan gasing terdiri dari 3 jenis bentuk lapangan yaitu:
A. Bentuk Lingkaran. Lapangan dibuat berbentuk lingkaran berdiameter antara 4 – 8 meter, lapangan jenis ini untuk permainan yang dilakukan secara perorangan atau individu. Permainan dalam perorangan ini dimainkan dengan cara Adu Uri (beraje). Disebut demikian, sesuai dengan nama gasing yang akan dimainkan yaitu gasing uri (beraje).
B. Bentuk Persegi Panjang. Lapangan yang berbentuk persegi panjang adalah lapangan pertandingan yang digunakan untuk permainan beregu. Bentuk lapangan persegi panjang, dibagian pinggir lapangan diberi semacam pembatas agar gasing tidak keluar dari pembatas jika keluar dianggap mati atau kalah. Pemain gasing melakukan permainan hanya di dalam lapangan, tidak boleh melewati pembatas. Jika pukulan pemain tak naik-naik maka kalah/lenget. Ukuran panjang lapangan sekitar 8 – 12 meter, sedangkan lebarnya sekitar 6 – 8 meter.
C. Bentuk Persegi Panjang yang disempurnakan. Lapangan ini merupakan penyempurnaan dari lapangan persegi panjang yang terdapat di bagian atas.

Tahapan Permainan
Pertandingan beregu/kelompok dalam sebuah kompetisi dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh pihak pelaksana/panitia pertandingan. Adapun tahapannya antara lain yaitu:
– Kelompok yang akan bertanding harus bersiap-siap sebelum dimulainya pertandingan.
– Kedua tim/kelompok dipanggil oleh dewan juri/wasit ke dalam lapangan pertandingan, secara bersamaan kedua tim masuk dan berbaris lalu memberi hormat kepada pihak pelaksana/panitia pertandingan, lalu kepada wasit/juri, selanjutnya memberi hormat kepada seluruh penonton. Prosesi awal pertandingan ini selalu dilakukan setiap memulai suatu pertandingan.
– Kedua tim selanjutnya diberi arahan tentang aturan permainan oleh juri pertandingan mengenai berbagai hal yang menyangkut pertandingan gasing yang akan dilakukan baik itu berkenaan tentang aturan permainan, sistem penilaian, dan saat aba-aba dimulainya pemutaran gasing.
– Masing-masing tim/kelompok dipimpin oleh seorang tekong(sebutan untuk ketua kelompok/tim) saling bersalaman sekaligus menyalami wasit/juri pertandingan. Lalu kedua tekong kembali kepada posisi masing-masing tim yaitu dengna posisi berhadapan berbaris pada sisi kiri dan kanan lapangan. Selanjutnya juri memberikan aba-aba agar kedua tim bersiap untuk melakukan pertandingan gasing.
– Sebagai pertanda memulai pertandingan, masing-masing pemain mendengarkan dengan seksama aba-aba yang diberikan oleh wasit/juri pertandingan untuk Adu Uri (Beraje), kedua tim harus bersiap pada posisi siaga dan segera mengikat tali pada gasing.
– Dalam hal aba-aba ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh wasit diantaranya:
“Satu siap alit”
“Due siap gasing”
“Tiga siap puta (putar)”
“satu… dua …. Tiga …. Puta …….”
Disamping itu, ada juga aba-aba dengan cara:
“Satu lilit kepale”
“due lilit badan”
“tige siap siage”
“satu … due … tige … Mulai …”
Selesai wasit memberikan aba-aba, maka seketika itu pula kedua tim secara cepat memulai memutarkan gasing yang telah mereka persiapkan.
– Jika permainan dilakukan dalam bentuk Adu Uri (Beraje) adalah yaitu pertandingan gasing dengan cara mencari gasing yang melakukan putaran paling lama.
– Setelah gasing dilepas untuk berputar di lapangan, para pemain diberi arahan dan teriakan oleh pelatih atau teman-temannya dengan teriakan kata “bele…bele!” yang berarti segera mengatur posisi gasing menggunakan tali gasing agar putaran gasing stabil dan dapat lebih lama berputar. Dalam permainan tahap ini gunanya adalah untuk mencari tim yang terlama gasingnya berputar, jika lama maka akan keluar sebagai pemenang dan selanjutnya berperan sebagai pemangkah. Kelompok yang kalah menjadi Menamu (menjamu), yaitu gasing yang mereka putar akan dipangkah oleh kelompok pemenang adu uri tadi.

Istilah untuk permainan pangkah/memukul gasingpenahan terdiri dari beberapa macam, beberapa diantaranya Adalah:
– Pangkah Setapak yaitu: Jarak gasing pemasang dengan pemangkah hanya satu tapak kaki saja.
– Pangkah Tebang yaitu: Jarak gasing pemasang dengan pemangkah sekitar setengah depa hingga satu depa tangan
– Pangkah Mencacak Tongkat yaitu: Jarak pemangkah pas di atas gasing pemasang, seperti menghentakkan/mencacak
– Pangkah Alit Terbalik yaitu: Alit (tali) yang dililit pada gasing pemangkah berlawanan, biasanya pangkah seperti ini tujuannya adalah untuk lebih memudahkan dalam merusak gasing lawan.
– Disamping jenis yang telah disebutkan di atas, masih banyak lagi jenis pemangkah/pemukul lainnya, seperti: Pangkah Layang, Terjang Kuda, Songket, atau jenis lainnya adalah antara gasing pemangkah dan gasing pemasang sama-sama jauh larinya setelah dipangkah/dipukul.

Dalam permainan Gasing Lingga terdapat beberapa istilah atau sebutan yang digunakan dalam permainan ini. Sebutan atau nama tersebut untuk menyebutkan istilah bagi urutan pemain dalam bermain dalam tim/kelompok.Sebutan ini sangat penting artinya untuk mengetahui urutan pemain atau sebutan bagi pemain pemangkah. Adapaun sebutan tiap orang yang memangkah secara berkelompok dapat diurutkan sebagai berikut:
– Pemangkah pertama disebut Prajurit.
– Pemangkah kedua disebut Hulubalang.
– Pemangkah ketiga disebut Panglima.
– Pemangkah keempat disebut menteri, dan
– Pemangkah kelima disebut raja.
Sedangkan sebutan lainnya adalah:
– Lunas
– Juru batu/galang batu
– Apet lempang

Dalam permainan Gasing Lingga, setiap gasing diberi nama tertentu sesuai dengan jenisnya. Adapun jenis Gasing Lingga adalah:
1. Gasing Pemangkah (pemukul). Sesuai dengan namanya, gasing ini berfungsi sebagai pemukul dengan bentuk tersendiri dan berbeda karakter bentuknya dengan jenis yang lain. adapun bentuk gasing pemangkah ini sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini, yaitu memiliki bentuk bulat memanjang seperti telur ayam atau jantung pisang. Namun penyesuaian bentuk dalam pembuatannya dapat disesuaikan dengan keinginan si pemakai. Gasing ini dapat menggunakan larikgenggang pada buntut gasing, gunanya untuk merusak gasing lawan. Biasanya untuk pemangkah yang tidak mahir. Sebab penggunaan gasing ini adalah sebagai pemukul yang bertujuan untuk mengenai gasing lawan dan jika pemain mampu melakukannya dapat merusak gasing yang dipukul menggunakan gasing pemangkah ini.
2. Gasing Pemasang (penahan). Gasing ini dimainkan sebagai penahan pukulan bagi gasing lawan. Bentuk gasing pemasang sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini. bentuk gasing berbeda dengan gasing pemangkah, bentuk gasing jenis ini lebih tipistidak bulat seperti telor, tetapi lebih menyerupai bentuk piring yang tebal seperti buah berembang yang lebih dikenal dengan sebutan Berembang Jantan.
3. Gasing Uri (Beraje). Gasing jenis ini dimainkan pada saat akan bertanding adu uri yaitu permainan gasing yang memiliki putaran terlama. Jenis gasing ini seperti terlihat pada gambar di bawah ini, yaitu berbentuk lebih tipis dari gasing penahan. Bentuknya seperti piring tipis yang lebih dikenal dengan sebutan Gasing Piring atau Berembang Betina.

Alat digunakan dan Cara Pembuatan Gasing Lingga
Membuat gasing bukanlah hal mudah tetapi memerlukan keahlian tersendiri dalam membentuk batang kayu diolah menjadi bentuk sebuah gasing. Dalam membuat gasing paling tidak harus disiapkan beberapa buah peralatan. Jika dibuat secara sederhana dan tradisional maka alat yang dibutuhkan tidaklah banyak cukup beberapa alat saja seperti; parang atau kapak, pisau, pahat dan gergaji. Namun jika dibuat dengan cara yang sedikit lebih modern dapat menggunakan peralatan berupa bubut, larik (bindu). Lebih jelas beberapa bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan gasing diantaranya adalah:
1. Parang
2. Kapak kecil
3. Pisau
4. Bubut, Larik (Bindu)
5. Pahat
6. Kikir
7. Gergaji
8. Bahan Kayu Tempinis, saga, asam. (biasanya kayu yang keras, berserat dan liat)
9. Dan lain-lain

Sedangkan untuk pembuatan gasing, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa membuat gasing dapat dilakukan secara sederhana atau dengan cara sedikit modern. Tahap awal untuk membuat gasing tentulah harus mempersiapkan batang kayu yang keras tetapi berserat dan sedikit liat agar gasing yang dihasilkan memiliki kualitas baik. Kayu yang dijadikan bahan pembuatan gasing biasanya adalah kayu tempinis, saga, asam dan lainnya yang memiliki karekter yang sama.
Batang yang akan dijadikan bahan pembuatan gasing haruslah dipilih yang ukuran diameternya sesuai dengan ukuran gasing yang akan dibuat biasanya dengan ukuran antara 7 – 10 cm. Batang kayu tersebut dipotong dengan ukuran kira-kira 50 cm. Dengan ukuran tersebut akan dapat diperoleh sebanyak 2 atau 3 buah gasing. Lalu batang kayu diolah sedemikian rupa sesuai dengan selera dan keingianan. Untuk memudahkan batang kayu dibentuk dahulu dengan bulat memanjang dan mengerucut agar memudahkan peroses pembentukannya menjadi sebuah gasing.
Pembuatan gasing yang sederhana dan dilakukan secara tradisional memerlukan waktu yang lama, sebab alat yang digunakan juga seadanya. Batang kayu diolah perlahan dengan parang dan kampak dengan ketekunan dan ketelitian hingga menyerupai bentuk yang diinginkan. Pembuatan dengan cara sederhana atau manual menggunakan peralatan sederhana seperti parang dan pisau. Pembuatan dengan peralatan sederhana ini terlebih dahulu dengan menarah kayu dengan menggunakan parang atau kapak kecil. Setelah ditarah sesuai dengan bentuk yang diinginkan lalu dibentuk dengan bentuk bulat gasing kemudian diraut dan dihaluskan hingga gasing yang dihasilkan tidak saja kuat tetapi juga dapat terlihat cantik. Gasing yang dibuat dengan cara tradisional ini jarang dilengkapi dengan temen (pipa besi/Taji) tetapi cukup ditaruh paku pada tapak kaki gasing pada bagian bawahnya. Pembuatan dengan cara sederhana ini tidak memerlukan tenaga orang banyak, cukup seorang diri sudah mampu menghasilkan bentuk gasing yang diinginkan.
Namun jika pembuatannya dengan dengan menggunakan alat yang sedikit modern dengan cara dilarik atau bindu maka pembuatannya lebih cepat dan mudah bahkan dapat menghasilkan gasing yang lebih banyak. Pembuatan secara bindumerupakan cara yang lebih ringkas dan dapat menghasilkan 3 buah gasing sekaligus. Proses pembuatan melalui bindu ini tidak dapat dilakukan oleh satu orang tetapi setidaknya memerlukan tenaga 2 orang. Ke dua orang yang membuat gasing memiliki tugas berbeda, yang satu sebagai penarik tali dan satunya lagi sebagai pelarik yang tujuannya untuk membentuk gasing. Pembuatan gasing dengan cara dilarik hasilnya lebih sempurna dibanding dengan proses sederhana atau manual. Gasing yang dihasilkan dari cara pembuatan ini biasanya bentuk gasing dilengkapi dengan temen (pipa besi/taji) dan dilengkapi juga dengan kacang-kacangan besi atau paku. Untuk membuat gasing yang akan digunakan untuk pertandingan masa kini umumnya dibuat dengan cara dilarik.
Selain gasing, juga dibutuhkan seutas tali yang akan digunakan sebagai pemutar gasing. Tali untuk pemutar gasing disebut dengan tali tali alit. Bahan baku pembuatan tali alit adalah kulit kayu atau dapat juga dibuat dari tali benang. Pembuatan tali dengan bahan kulit kayu maka harus dicari kulit kayu terap atau belinjau. Apapun bahan yang akan digunakan terlebih dahulu di alit (dipintal) semakin ke ujung semakin mengecil dan berambut seperti cambuk. Dibagian pangkal tali diberi caping yang terbuat dari yang terbuat dari tempurung kelapa, gunanya untuk menahan tali alit pada jari manis dan kelingking pada saat memutar gasing. Pembuatan tali gasing haruslah benar-benar kuat agar tahan dan dapat memutar gasing dengan baik.

Nilai Yang Terkandung Dalam Permainan Gasing
Permainan gasing merupakan salah satu permainan rakyat yang terdapat di Kabupaten Lingga. Permainan ini telah dikenal sejak lama yang diteruskan dari generasi ke generasi hingga saat ini. Permainan gasing merupakan permainan yang selalu dilakukan oleh anak-anak, namun permainan ini bukan saja merupakan permainan untuk anak-anak tetapi dapat juga dimainkan oleh orang dewasa. Permainan gasing bukanlah sebatas permainan belakanamun dibalik aktivitas permainan gasing,anak-anak diasah keterampilan dan kreativitasnya. Selain itu, terkandung beragam nilai yang ditanamkan sejak dini tanpa mereka sadari lewat sebuah permainan.
Permainan gasing memiliki banyak manfaat, tidak saja melatih fisik dan konsentrasi dalam memainkan gasing tetapi terkandung nilai-nilai yang ditanamkan sejak dini melalui sebuah permainan, diantaranya adalah nilai kebersamaan, nilai kejujuran, nilai sportivitas, dan banyak lagi nilai positif yang dapat ditanamkan dalam permainan Gasing Lingga.
Permainan gasing tidak hanya sebatas hiburan atau pengisi waktu luang, tetapi memiliki banyak nilai positif yang ditanamkan kepada anak sejak dini. Dari mulai melatih fisik dan mental anak, serta mengandung unsur-unsur sosial lainnya yang dapat ditanamkan kepada anak melalui permainan gasing. Sehingga tidak berlebihan jika permainan ini menjadi salah satu permainan yang wajib diajarkan kepada anak-anak agar mereka dapat mengenal permainan dan memperoleh nilai positif yang ditanamkan kepada generasi muda saat ini.**