Disbudpar Belitung Timur Terbitkan Buku WBTB

0
503
Buku Warisan Budaya Tak Benda Belitung Timur

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Belitung Timur menerbitkan buku Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Belitung Timur. Ada lima karya budaya yang ditulis.

Staf Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Belitung Timur, Adi Guna mengatakan, ada lima karya yang ditulis secara lengkap. Yakni, rudat, sepen penyok, antu bubu, gangan dan gangan darat. Dalam buku tersebut dimuat ragam informasi mengenai sejarah, tokoh, sebaran, perkembangan hingga nilai-nilai yang dikandung oleh karya budaya tersebut.
“Buku dibuat dua versi. Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Dalam penulisan, kita libatkan Lembaga Adat Melayu Beltim, budayawan dan praktisi pendidikan,”kata Adi Guna, kemarin.

Aidguna, Staf Disbudpar Belitung Timur

Dijelaskan, dengan terbitnya buku tersebut diharapkan dapat membantu proses pelestarian budaya sehingga tidak lekang oleh waktu dan tidak punah oleh peradaban baru.
Selain itu dapat semoga karya pustaka ini dapat menjadi rujukan untuk pewarisan budaya dari mereka pelaku seni yang semakin menua kepada mereka generasi muda.

Rudat Bangka Belitung ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia 2016. Lokasinya sebarannya di Belitung Timur. Lahirnya kesenian Rudat berawal dari seorang anak Sultan Pontianak yang bernama Lailatur Qadri, ia merupakan seorang anak semata wayang yang taat beragama dan memiliki kemampuan pencak silat. Suatu masa kerajaan sepi dan tidak terdapat aktivitas seni yang meramaikan suasana kesultanan. Lailatur Qadri kemudian diperintah oleh sultan untuk mengajar pencak silat kepada warga keraton. Melihat kepiawaian anaknya dalam beladiri, sultan berpikir untuk menjadikan pencak silat sebagai rudat (tarian). Menurut Basman, rudat dalam bahasa Pontianak waktu itu berarti “tarian” dan pada saat ini kata rudat dikhususkan sebagai tari rudat.

Sepen Penyok juga ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia 2016. Maestronya, Hermanto Karim, Belitung Timur. Sepen Penyok masuk ke Pulau Belitung dibawa oleh Datuk Muhammad Saman yang kemudian dilanjutkan oleh Datuk Ali Husin. Mereka berasal dari Pontianak dan tempat awal penyebarannya di Desa Buding (dahulu Ngabehi Istana Yudha). Sepen penyok merupakan tarian selamat datang yang dipersembahkan kepada tamu yang datang. Sepen dulunya juga ditarikan bersama dengan laki-laki, namun sekarang lebih banyak hanya dilakukan oleh perempuan, baik anak-anak maupun remaja dan dewasa. Pakaian yang digunakan penari kadang tidak lagi menggunakan pakaian adat Belitong, namun dimodifikasi sesuai kebutuhan.

Kesenian Antu bubu merupakan kesenian khas yang berasal dari Belitung. Kata antu bubu berasal dari kata Antu (Hantu) dan bubu yang merupakan alat untuk menangkap ikan di laut.Kesenian antu bubu adalah permainan yang menggunnakan unsur magis di dalamnya. Sebelum permainan Antu bubu di mulai,bubu di pasang kepala dari batok kelapa di selimuti kain kafan dan kemudian ujung atas kafan di ikat. Kemudian Seorang pawang membaca mantra sambil menaburkan kemenyan ke atas pendupaan,sambil mengasapkannya ke sekeliling bubu untuk meminta roh masuk kedalam bubu.Begitu pawang memberi isyarat permainan dapat di mulai, lawan yang sudah siap dapat mulai melawan bubu yang berpenghuni. Lawan di anggap berhasil menjadi pemenang jika berhasil merusak bubu. Hal itu pertanda bahwa hantu dalam bubu berhasil di taklukan. Namun, merusak bubu bukan hal yang mudah karena bubu yangtelah di beri mantra akan terasa berat.

Di samping memiliki pantai-pantai yang indah, Pulau Belitung ternyata punya kuliner khas yang lezat. Salah satu kuliner yang melegenda di bumi Laskar Pelangi itu adalah Gangan.
Gangan adalah sejenis sup ikan bercitarasa istimewa. Paduan rasa asam dan pedas kuahnya yang berwarna kuning demikian segar di lidah. Daging ikannya yang gurih sangat pas disajikan bersama sepiring nasi panas. Sekilas, penampilan sup ini mirip gulai. Namun bedanya, sajian ini tidak menggunakan santan. Warna kuning di dalamnya didapat dari warna alami kunyit, salah satu bahan rempah sup ini.

Sementara beberapa ikan yang biasa dimasak menjadi gangan adalah ikan ketarap, kakap merah dan ikan bulat, terutama bagian kepalanya. Gangan dianjurkan dimasak pedas karena aroma pedas dapat menetralkan bau amis pada ikan. Cara memasaknya, semua bahan utama dan bumbu langsung direbus bersama-sama tanpa ditumis terlebih dahulu.Masyarakat Belitung senang menyantap langsung Gangan sesaat setelah matang dalam keadaan masih hangat. Dianjurkan untuk tidak menghangatkan lagi sajian ini karena dapat mengubah citarasa aslinya.

Makanan yang berasal dari Negeri Laskar Pelangi Belitung, Gangan Darat adalah makanan yang berkuah bening, namun kaya rasa, terutama asam dan pedas. Citarasa asli Belitung ini snagat menggigit di lidah. Resep Gangan darat merujuk pada menu khas berisi daging hewan darat seperti sapi, ayam atau kambing. Warna kuah kuningnya berasal dari kunyit.**