Pemerintah Provinsi Bangka Belitung yang didukung sejumlah elemen mengajukan kembali dua nama jadi pahlawan nasional dari Babel, yakni Depati Amir dan HAS Hanandjoeddin. Kampanye pahlawan nasional ini digencarkan menjelang hari pahlawan
bulan November 2018 mendatang. Harapannya, Provinsi Babel memiliki pahlawan nasional. Saat ini Babel menjadi salahsatu provinsi yang belum memiliki pahlawan nasional.
Sekretaris Pengkaji dan Penelitian Gelar Daerah (TP2GD) Provinsi Kepulauan Babel, Achmad Elvian mengatakan sudah mendapatkan kabar dari TP2G Pusat bahwa berkas yang diajukan TP2GD Babel sudah memenuhi persyaratan untuk pengajuan pahlawan nasional.
“Depati Amir dan HAS Hanandjoeddin sudah memenuhi syarat sebagai pahlawan nasional. Tinggal menunggu keputusan dari pemerintah pusat saja. Diumumkan pada hari pahlawan 10 November 2018,”kata Achmad Elvian, sejarawan Babel yang sehari-hari menjabatSekretaris DPRD Kota Pangkalpinang itu.
Elvian menyebutkan, berbagai program kampanye pahlawan nasional dibuat. Seperti, mempersiapkan sarana dan prasarana pendukung seperti nama jalan, sekolah Depati Amir dan meminta kepada pihak Angkasa Pura untuk membangun patung Depati Amir di bundaran jalan bandara. Program lainnya adalah membuat gapura Pahlawan Nasional dua unit bantuan PLN Peduli, pameran riwayat perjuangan pahlawan nasional, pencetakkan buku saku riwayat perjuangan Depati Amir. “Tanggal 30 Agustus 2018, TP2GP dari Jakarta akan turun. Inilah yang jadi kunci keberhasilan. Keputusan akhir ditangan Kemensos dan persetujuan presiden,”sebutnya.
HAS Hanandjoeddin
Tokoh yang satu ini sangat populer di Belitung karena namanya diabadikan sebagai nama Bandar udara di Tanjungpandan, Kabupaten Belitung. Haji Abdullah Sani Hanandjoeddin lahir 5 Agustus 1910 di Tanjungtikar, Belitung. Ia tokoh militer angkatan udara. Jabatan militer terakhir H. AS. Hanandjoeddin adalah Komandan Kompi Pasgat di Lanud Palembang, setelah pensiun dari TNI AU, Hanandjoeddin menjabat sebagai Bupati Belitung periode 1967-1972. Sebagai Bupati Belitung, AS. Hanandjoeddin dikenang masyarakat Belitung banyak memberikan kontribusi bagi kemajuan wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Depati Amir
Depati Amir (1805-1885) merupakan tokoh lokal Muslim dari Bangka Belitung yang memiliki peran besar dalam melakukan resistensi terhadap hegemoni Belanda. Karena pergerakannya yang dianggap membahayakan eksistensi kolonial, ia diasingkan di daerah Air Mata, Kupang.
Ketika eksploitasi dan monopoli timah di wilayah Bangka dilakukan oleh Belanda secara besar-besaran, ia menjadi garda terdepan dalam melakukan perlawanan untuk menuntut kesejahteraan rakyat Bangka yang direbut oleh penjajah. Ketika strategi perlawanan yang ia lakukan akhirnya dicurigai oleh Belanda, ia pun menjadi buronan yang dianggap menghalang-halangi misi monopolinya. Selama dua tahun ia berjuang, hingga titik yang paling akhir, kekuatannya pun menurun dan perjuangannya pun berakhir di suatu hutan di Mendo Timur pada tahun 1851.
Ia ditangkap dan menjadi tawanan pemerintah Belanda. Dengan penangkapan tersebut, ia pun dijatuhi hukuman dengan diasingkan bersama keluarganya ke Kampung Air Mata, Kupang, wilayah yang begitu jauh dari Bangka, yang mana tempat tersebut merupakan tempat pembuangan para pemberontak dalam penilaian Belanda. Keteladanan Depati Amir dalam memposisikan diri sebagai umat Islam yang toleran, perlu dicontoh agar kita semua terus menjalani kehidupan yang rukun dalam bingkai keberagaman bangsa yang berbeda-beda. Putra dari tokoh bernama Depati Bahrin ini meninggal di tanah pengasingan Kupang pada 1885 dalam usia 80 tahun.