Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri melakukan sosialisasi pencatatan warisan budaya tak benda (WBTB) di Aula Kantor BPNB Kepri, Jumat (23/11) kemarin. Sosialisasi dihadiri mahasiswa, pelajar, utusan dinas kebudayaan dan juga perwakilan dari pramuka.
Ada dua narasumber dalam kegiatan, yakni Kepala BPNB Kepri, Toto Sucipto dan Peneliti Madya BPNB Kepri, Anastasia Swastiwi Wiwik. Bertindak sebagai moderator, Hendri Purnomo. Toto memberikan materi tentang WBTB Kepri dan tata cara pencatatan WBTB. Sementara, Anastasia Wiwik Swastiwi memberikan materi tentang potensi WBTB di Provinsi Kepri ditinjau dari aspek kesejarahan.
Toto Sucipto menyampaikan, potensi WBTB di Kepri sangat besar. Baru sebagian kecil yang sudah tercatat dan masuk database Kemendikbud. Sementara karya budaya yang sudah ditetapkan jadi WBTB Indonesian juga masih terbilang sedikit. “Baru belasan karya budaya dari Kepri yang sudah ditetapkan jadi WBTB Indonesia. Padahal potensinya sangat besar,”kata Toto.
Sementara, Anastasia Wiwik Swastiwi juga menyoroti masih minimnya pencatatan karya budaya di Kepri dan sudah ditetapkan jadi WBTB Indonesia. Padahal Kepri memiliki potensi karya budaya yang luar biasa, baik itu ritus atau upacara, tradisi, kesenian, kuliner atau pun permainan rakyat.
“Sebagai contoh, Riau sudah mengajukan dua tari zapin mereka, yakni Zapin Meskom dan Zapin Api sebagai WBTB Indonesia dan sudah ditetapkan. Kepri punya Zapin Penyengat, Jepin Natuna dan sebagainya,”kata Wiwik, sapaan akrabnya.
Wiwik juga menyampaikan di Kepri, karya budaya yang terbanyak ditetapkan jadi WBTB Indonesia berasal dari Kabupaten Lingga. Selama ini, pemdanya cukup aktif dalam pencatatan WBTB. “Kita berharap semua elemen rajin catat dan mencatat karya budaya di daerah masing-masing,”sebutnya. **