Disbudpar Tanjungpinang Gelar Cap Go Meh 2023

0
107
Suasana Perayaan Malam Cap Go Meh

Sejak beberapa abad yang lalu Tanjungpinang telah menjadi kota yang dihuni oleh warga dengan ragam latar belakang: kota multikultur. Banyak orang berdatangan dari berbagai daerah di nusantara yang memilih menetap dan tinggal di Negeri Gurindam ini.

Terdapat beberapa fase kedatangan mereka di kota ini. Dijadikannya Sungai Carang atau Ulu Riau sebagai bandar pelabuhan perdagangan telah menarik minat berbagai pedagang dari berbagai penjuru nusantara dan belahan dunia berdatangan. Mereka menjajakan dagangan-dagangan yang dibawanya, kemudian mereka mencari atau mendapatkan barang dagangan yang diinginkan untuk kembali diperdagangkan di tempat yang lainnya. Tidak sedikit di antara para awak kapal dagang tersebut memilih tidak kembali ke tempat asal. Mereka memilih bertahan di sini, menjadi warga sini.  

Belum lagi ketika YDM II Daeng Celak menginisiasi gambir ditanam secara masif di pulau ini pada abad 18 M, di mana membutuhkan banyak tenaga untuk mengurus tanaman tersebut. Maka, tidak sedikit orang Tionghoa didatangkan ke Kepulauan Riau untuk menjadi tenaga kerja di lahan-lahan gambir. Ditambah lagi ketika masa di mana orang menyebutnya dengan istilah Masa Dolar, di mana pada masa itu transaksi di Kepulauan Riau menggunakan dolar, bukan rupiah sebagaimana umumnya transaksi di wilayah Republik Indonesia. Era itu menjadi magnet bagi para pendatang untuk datang ke Tanjungpinang. Selain itu masih terdapat fase-fase yang lainnya, yang sedikit banyak turut membentuk Tanjungpinang sebagai kota yang multikultur.

Maka menjadi hal lumrah di Tanjungpinang ini didapati orang Melayu, Jawa, Minangkabau, Batak, India, Flores, Tionghoa, dan sebagainya. Mereka telah bergenerasi menjadi warga Tanjungpinang ini. Lebih jauh, tidak mengherankan bila di Tanjungpinang dijumpai berbagai peristiwa budaya yang berlatar suku bangsa tertentu. Satu di antaranya adalah Cap Go Meh.

Cap Go Meh merupakan perayaan dilaksanakan pada tanggal 15 setelah tahun baru Imlek. Tanggal 15 tersebut menjadi waktu bulan secara sempurna: bulan purnama. Cap Go Meh menjadi penutup perayaan Tahun Baru Imlek. Esoknya mereka harus kembali berkegiatan dan bekerja.

Pada Minggu (5/2) Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang menyelenggarakan “Perayaan Malam Cap Go Meh” yang dipusatkan di Jalan Merdeka Kota Lama Tanjungpinang.

Dalam sambutannya Rahma, Walikota Tanjungpinang, berencana akan menjadikan jalan Merdeka tersebut sebagai iven bazar UMKM yang secara rutin diselenggarakan setiap Sabtu dan Minggu. Untuk mewujudkan hal tersebut, dirinya akan memberikan bantuan berupa peralatan dan modal yang dibutuhkan oleh para pelaku UMKM tersebut. Melalui iven bazar mingguan tersebut Pemerintah Kota Tanjungpinang berupaya menghidupkan kembali kawasan Kota Lama tersebut sebagai salah satu destinasi Street Market di Tanjungpinang.

Beberapa tahun yang lalu jalan Merdeka pernah menjadi kawasan yang ramai, dengan berbagai aktivitas perdagangan, bahkan ikon bisnis Tanjungpinang. Namun, seiring dengan waktu kawasan tersebut meredup, tidak banyak aktivitas dilakukan di sana, terutama pada malam hari. Maka, jika rencana Rahma berjalan dengan baik, iven bazar tersebut akan menghidupkan kawasan tersebut. Setidaknya menjadi salah satu destinasi wisata alternatif malam hari, melengkapi pusat-pusat keramaian malam hari yang sudah ada, seperti Taman Tugu Sirih, Akau Potong Lembu, kawasan Batu 9 dan sekitarnya, dan lainnya.  

Pada Perayaan Malam Cap Go Meh Kepala BPK Wilayah IV, Jumhari, turut menghadiri jemputan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang tersebut. 2023 ini menjadi pengalaman pertama bagi Jumhari merayakan Cap Go Meh di Kota Tanjungpinang. ***
(Jauhar Mubarok)