Tradisi Sedekah Payo dari Senaung

0
757
Tradisi sedekah payo di Desa Senaung, Muaro Jambi. Tradisi ini sebelum kesawah.

Masyarakat Desa Senaung, Kabupaten Muaro Jambi memiliki tradisi sebelum bercocok tanam. Namanya tradisi sedekah payo. Sedekah payo merupakan tradisi turun temurun masyarakat desa Senaung sejak dahulu kala. Ritual tradisi ini dimaksudkan sebagai upaya memohon berkah kepada Tuhan Yang Maha Esa sebelum memulai bertanam padi, agar proses bertanam padi hingga panen nanti tidak banyak gangguan, hasil panen diharapkan melimpah.

Pada tradisi ini laki-laki dan perempuan duduk terpisah. Laki-laki duduk di tenda besar membentuk lingkaran. Para perempuan sebagian duduk beralaskan tikar di bawah pohon besar yang rindang memayungi mereka, sebagian lagi yang merupakan tokoh perempuan seperti istri kepala desa dan undangan duduk di bawah cungkup tenda kecil.

Menjelang jam sepuluh pagi, ritual tradisi sedekah payo dimulai. Setiap laki-laki mengenakan kain sarung dan baju koko putih serta berpeci putih di kepala mereka. Kelompok laki-laki ini berbaur antara kepala desa, tokoh masyarakat, cerdik pandai dan alim ulama. Seorang ulama memimpin prosesi tradisi sedekah payo yang dimulai dengan dzikir bardah, tahlil, doa hingga ceramah.

Para perempuan tampak cantik mengenakan baju kebaya, baju kurung, berkain sarung dan tekuluk ke umo di kepala mereka yang berbalut jilbab. Kelompok perempuan yang duduk di bawah pohon rindang tampak meriah dengan aneka rantang berisi berbagai lauk-pauk, sambal, nasi putih dan nasi minyak yang mereka bawa.
Setelah prosesi sedekah umo selesai, para perempuan yang berada di bawah pohon rindang menata segala isi rantang mereka ke dalam bakul nasi dan piring-piring. Satu bakul nasi, dua macam lauk, satu macam sayur dan sambal pirik yang merupakan sambal khas masyarakat desa Senaug yang terbuat dari buah macang, terasi dan cabe tertata rapibeserta dua buah piring kosong dihidangkan pada sebuah nampan besar.

Laki-laki berdiri membantu perempuan menyambut hidangan pada nampan besar tersebut untuk diberikan dan diletakkan ke hadapan setiap orang. Semuanya tampak apik saling bahu membahu mengedarkan hidangan. Tampaknya, prosesi ini tidak hanya sekedar ritual berdoa sebelum memulai tanam padi, namun juga cermin dari gotong- royong, guyub- rukun, bahkan prinsip laki-laki melayu dan perempuan melayu yang saling bekerja sama dan membantu dalam kehidupan sehari-hari. **