Masyarakat Tanjungpinang sangat majemuk. Banyak suku bangsa yang mendiami kota yang terletak di Pulau Bintan ini. Salahsatunya adalah etnis Tianghoa
yang sangat dominan dan berpengaruh dalam sektor perekonomian. Masyarakat Tianghoa yang di kota ini juga melestarikan budayanya. salahsatunya adalah moon cake (kue bulan).
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang menggelar Festival Moon Cake di Jalan Merdeka, Sabtu (22/9) malam lalu. Festival sangat meriah. Ribuan warga Tianghoa tumpah ruah memadati jalan di kota lama ini. Walikota Tanjungpinang, H Syahrul mengharapkan masyarakat Tanjungpinang dapat mengapresiasi budaya yang dimiliki yang ada di Kota Tanjungpinang seperti Festival Moon Cake ini.
“Budaya ini harus terus dilestarikan dan disini juga disajikan berbagai kesenian baik kesenian pola hidup, sampai pada makanan khas daerah,”kata Syahrul.
Syahrul juga menjelaskan bahwa dengan adanya Festival Moon Cake ini dapat memberikan kesempatan bagi para generasi muda untuk dapat mengenal tradisi yang sudah ada sejak dahulu.”Saya sangat mengharapkan agar kegiatan Festival Moon Cake ini dapat terus berjalan secara berkesinambungan sebagai upaya penguatan budaya lokal dan sebagai jati diri masyarkat,”ujarnya.
Ketua panitia, Maswito menyebutkan, Festival Moon Cake juga dikenal dengan sebutan Festival Lentera atau Festival Pertengahan Musim Gugur.
Disebut Festival Pertengahan Musim Gugur karena biasanya diselenggarakan di hari ke-15 bulan ke-8 kalender Tiongkok. Yaitu, di bulan September atau awal Oktober.
Menurut Maswito, festival ini sudah selazimnya dijaga dan dilestarikan karena merupakan warisan nilai budaya Tionghoa. Selain itu juga diharapkan mengundang ketertarikan wisatawan asing dan domestik untuk datang menyaksikannya.
Festival Moon Cake atau Kue ulan merupakan tradisi turun temurun etnis Tionghoa diseluruh penjuru dunia. Moon Cake dirayakan setiap tahun menyambut bulan purnama. Festival yang pertama kali digelar di Kepri ini merupakan salah satu upaya pemerintah daerah dalam melestarikan tradisi masyarakat Tionghoa.
“Ada strategi untuk mengembangkan pariwisata agar berdampak langsung bagi masyarakat sekaligus mendongkrak kunjungan wisatawan.Membangun pariwisata berbasis budaya dengan atraksi dan merancang pariwisata berbasis pemberdayaan masyarakat” ungkap Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Tanjung Pinang Raja Kholidin.
Tak hanya sekedar belanja kue bulan, pengunjung yang datang ke Festival Moon Cake ternyata juga antusias untuk menyaksikan atraksi barongsai yang menjadi ciri khas dari etnis Tionghoa. Festival Moon Cake diikuti oleh kelompok Usaha Kecil Menengah (UMKM) Tanjung Pinang. Mereka menempati sebelas stand yang disediakan oleh panitia. **