Tradisi adalah suatu kebiasaan yang dilaksanakan secara terus menerus dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Desa Sekernan, Kabupaten Muaro Jambi memiliki tradisi unik dalam pesta pernikahan. Namanya tradisi kumpul sanak. Secara bahasa kumpul sanak berarti berkumpulnya saudara, kerabat, dan handai taulan. Sanak artinya saudara sekampung. Jadi kumpul sanak dapat diartikan berkumpulnya sanak sagala atau sedara sekampung untuk memberikan sedekah atau sumbangan kepada orang yang mengawinkan anaknya. Dananya digunakan untuk membeli lauk pauk dalam pesta pernikahan.
Keunikan tradisi kumpul sanak ini diulas dalam buku berjudul Tradisi Kumpul Sanak di Sekernan, Muaro Jambi yang ditulis tiga peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepri, yakni Evawarni, Nuraini dan Jauhar Mubarok. Buku diterbitkan BPNB Kepri tahun 2017 lalu. Kumpul sanak menjadi salahsatu bentuk gotong royong warga dalam membantu warga yang sedang melaksanakan pesta perkawinan anaknya. (hal.27). Dalam buku ini disebutkan tradisi kumpul sanak dulunya bernama kumpul kuro atau kumpul kuro-kuro. Cikal bakalnya sudah ada sejak tahun 1937. Tradisi awalnya bermula saat ada warga yang mengawinkan anaknya tapi tak memiliki biaya. Kepala desa dan warga yang prihatin melihat kondisi ini melakukan pertemuan. Hasilnya masyarakat diajak mengumpulkan bahan makanan dan dana untuk membantuk meringankan beban warga yang melaksanakan pesta perkawinan.
Pada mulanya tradisi kumpul sanak dilaksanakan setelah panen padi. Masa itu warga Sekernan umumnya bekerja sebagai petani. Usai masa panen, masyarakat yang punya lahan atau petani menggarap tentunya memiliki padi yang bisa disumbangkan atau disedekahkan pada acara kumpul sanak. Tradisi ini awalnya hanya ada di Sekernan, kemudian berkembang juga di Desa Tunas Mudo dan Desa Tunas Baru. Kedua desa ini merupakan desa pemekaran desa Sekernan.Beberapa desa tetangga Sekernan juga memiliki tradisi seperti ini, namun namanya berbeda. Di Penyengat Olak, tradisinya disebut pekat keluarga. Rapat Balai di Krangan, bekampung di Sengeti dan mebekat di perbatasan kota Jambi.
Meskipun masyarakat Sekernan semakin dinamis dan banyak bekerja diberbagai bidang, tradisi kumpul sanak tak luntur. Boleh saja secara ekonomi banyak warga banyak yang mampu, namun tetap saja mereka kukuh melaksanakan tradisi kumpul sanak. Kumpul sanak simbol solidaritas dalam membantu saudara sekampung dalam melaksanakan pesta perkawinan. **