Kawasan Danau Sipin di Jambi dulunya terkenal sebagai pusat kriminal dan daerah kumuh. Padahal daerah ini sangat sarat dengan peninggalan sejarah. Kawasan Danau Sipin kini disulap jadi kawasan wisata. Kawasan danau ditata. Menariknya, kerajinan berupa usaha batik juga tumbuh di masyarakat.
Dalam sejarahnya, pada saat kerajaan Melayu Jambi ada, kawasan Danau Sipin menjadi pusat kota kerajaan. Banyak ditemukan situs berupa candi. Sempat menjadi titik penting pada masa kolonial Belanda. Namun, setelah Indonesia merdeka, kawasan Danau Sipin masuk kawasan yang tak terurus di Jambi. Bahkan identik dengan kawasan kumuh dan pusat perdagangan narkoba.
Citra itu secara perlahan mulai terhapus. Danau Sipin kini sudah cantik secara fisik. Usaha kerajinan masyarakat juga tumbuh. Melalui karya budaya batik tulis, Zainul Bahri selaku Pembina Kelompok Batik Sipin Jajaran, berjuang mengubah citra Danau Sipin.
“Meskipun kecil. Kami bergerak dan berusaha menunjukkan sisi positif. Bahwa orang-orang di Danau Sipin juga menginginkan perubahan,”kata Zainul.
Dengan adanya produksi batik tulis, kata Zainul dapat meningkatkan pendapatan kaum perempuan. Para pengerajin membuat perbedaan dan memunculkan citra positif. Zainul juga bercita-cita ingin menjadikan Danau Sipin menjadi Pusat Seni dan Budaya provinsi Jambi dalam bentuk kampung budaya. Menurutnya di Jambi belum ada kampung budaya. Apalagi letaknya yang strategis di tengah Kota Jambi.
Zainul juga berharap untuk para pemimpin yang terpilih nantinya untuk membangun Danau Sipin. Terlepas Danau Sipin mengalami kebanjiran, dia berharap potensi Danau Sipin dikembangkan menjadi lebih baik.
Batik tulis yang diproduksi diberi nama Sipin Jajaran. Pembuatannya menggunakan bahan alami seperti kulit jengkol, serbuk bulian, nilo, kuweni (sejenis mangga) dan alpukat. “Kami ingin mengubah image atau citra Danau Sipin dan mengembangkan taraf hidup Ibu-ibu di sini,” tutur Zainul.
Dalam proses pembuatan batik tulis ini Zainul Bahri dibantu oleh karyawan yang berjumlah 25 orang. Karyawannya terdiri dari Ibu-ibu dan remaja perempuan yang ada di sekitar Danau Sipin. Untuk proses pembuatannya sendiri tergantung pada motif batiknya. Semakin rumit motif yang diinginkan maka akan semakin lama proses pembuatan batik tulis. Harga permeter batik tulis ini sendiri bervariasi. Mulai dari Rp700 ribu sampai Rp1 juta per meternya. Hal yang menyebabkan harganya mahal karena menggunakan bahan alami. Untuk pemasarannya sendiri dibantu oleh pihak Pertamina dan secara online. **