HJ. NURAINI: MUTIARA SENI DARI KABUTAPEN MERANGIN JAMBI

0
7206

Oleh : Anastasia Wiwik Swastiwi

Pengantar
Hj. Nuraini yang saat ini mengetuai sebuah sanggar seni bernama Sanggar Serai Serumpun Merangin – Jambi mulai berkesenian sejak tahun 1944. Saat berumur 5 tahun pernah berlatih tari-tari Jepang, seperti tari anak PO PO HA TO PO TARI YU YA KEIKO MINNADENA KYO KUTA DAMIKAI di Payakumbuh. Tahun 1952 mengadakan pertunjukan dari SKPI Payakumbuh pada acara hiburan malam gembira selama tiga malam di STP Payakumbuh dalam rangka pengumpulan dana untuk sekolah pada tahun 1958 mengikuti pertunjukan sandiwara di desa Seberang Alit Payakumbuh yang berperan sebagai ibu pada cerita Bundo Kandung. Beliau juga sebagai pelatih tari-tari yang tampil pada pertunjukan tersebut seperti tari paying-tari galuk-tari piring-tari selendang dan lain-lain.

Pada tahun 1960, Ny Nuraini putus sekolah karena daerah minang terjadi pemberontakan PRRI dan untuk menjaga keamanan keluarga maka diputuskan menikah dengan ALri (KKO) Surabaya namun terlibat oleh PRRI.Pada tahun 1961, semua anggota ABRI, ALRI, AURI yang di Sumatera Barat semua dipanggil dan diberhentikan. Pada tahun 1962, Ny. Nuraini merantau ke Bangko Jambi dan bertugas sebagai guru honor di SD No. 13/VI Kampung Tengah Perentak Pangkalan Jambi. Saat itu, karena telah kebiasaan berkesenian maka mereka lebih melatih tari-tari Minang dan kerap kali dipanggil untuk hiburan ke ibu kota kecamatan Sungai Manau.

Pada tahun 1968, SK PNS Ny.Nuraini keluar dan sejak itu pula beliau memantapkan hati di Perentak.Meskipun orang tuanya tidak mengizinkan lagi untuk bertugas di Perentak.Sebab Perentak termasuk desa tertinggal dan hubungan ke Kerinci memerlukan waktu 2 hari perjalanan.Sedangkan perjalanan ke Bangko membutuhkan waktu 2 hari untuk berjalan kaki.Pada tanggal 17 Juli 1969.Ny. Nuraini menikah dengan Abdur Rahman Wahab dan dikaruniai 3 orang anak.

Menggali Tari Kipas Perentak

Tahun 1968, Ny. Nuraini diperintahkan untuk menggali tari daerah Perentak.Daerah Perentak memang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya sejak masa Hindu. Beberapa informan di Perentak mengungkapkan ada beberapa tarian di daerah Perentak seperti Tauh, tauh kain, tari kipas, tari skin, kecimpung ambai, tari piring, tari pedang, tari lipek dan lain-lainnya. Namun tidak ada satu pun di antara orang tua-tua di Perentak yang mampu memperagakannya.

Karena mengalami kendala dalam penggalian itu maka salah satu seniman perentak bernama Ali Ibrahim, BA yang kebetulan menjadi pejabat di Sarko waktu itu berinisiatif memperagakan tarian itu bersama dengan beberapa orang tua. Dengan dihadiri oleh Bupati Sarko waktu itu.Sejak itu, nenek yang bernama Pinak mau mengajarkan gerak tari Kipas yang sifatnya masih sadar-dasar dan nama gerak serta artinya. Namun sewaktu akan tampil maka ada pula seorang nenek yang memahami cara berpakain dan gendang dibantu oleh orang tua Jama. Sedangkan dalam pengembangan kesenian Perentak, Ny. Nuraini selalu dibantu oleh seorang nenek bernama Aminah. Beliau inilah sebagai seniman tua yang sering mengawasi sanggar Ny. Nuraini saat tampil di tempat lain seperti Jambi, Bangko, Kerinci, Bungo dan lain-lain.

Tari Kipas berhasil di tata ulang maka diminta untuk ditampilkan pada acara pelantikan bupati Sarko serta peresmian Kabupaten Sarko tahun 1971. Pada tahun 1973, tarian ini dibawa ke Jambi oleh Gubernur Atmadi Brata dalam memeriahkan HUT Provinsi Jambi selama 15 hari di kantor gubernur sebagai seleksi untuk ke Jakarta karena penari dari perentak anak SD maka satu orang penari Perentak tinggal di Jambi untuk mengajarkan tari kipas di sanggar ibu gubernur Jambi. Karena tari kipas yang tampil 2 buah yang satu bernama kipas senandung, maka tari kipas yang dari Perentak diberi nama oleh bapak gubernur waktu itu dengan nama Kipas Perentak. Sejak itu pula tari kipas dari SArko bernama tari kipas perentak.

Pada tahun 1979, tari kipas Perentak mendapat juara satu pada porseni se-provinsi Jambi di Jambi.Pada tahun 1983, tari kipas Perentak tampil pada pecan seni se-Sumatera di Tanjung Karang Lampung.Pada tahun berikutnya, terus diadakan penggalian maka tahun 1980/1981 berhasil digarap sebuah tarian lagi yaitu tari skin (pisau bermata dua). Tari skin mulai membudaya di Kabupaten Sarko tahun 1981 mendapat juara satu pada pecan seni se-Provinsi Jambi.

Sinopsis Tarian Kipas Serentak
Tari kipas perentak adalah tari asli daerah perentak dimana pencipta pertama kalinya tidak diketahui, pada tahun 1968 tarian ini ditata ulang oleh Nuraini.Tari Kipas perentak ini tampil untuk pertama kali pada acara pelantikan Bupati Sarko pada tahun 1971. Tarian ini juga tampil pada tahun 1973 dalam HUT RI di rumah kediaman Bapak Gubernur Jambi yang dihadiri Syah Iran dan memperoleh penghargaan dari Bapak Gubernur Jambi. Tahun 1979 tari Kipas mendapat juara pertama porseni tingkat SD se-Provinsi Jambi dan pada tahun 1983 tarian ini tampil pada pecan seni se-Sumatera di Tanjung Karang Lampung.
Sinopsis Tarian ini adalag sebagai berikut.Tari kipas perentak bertema pelepas lelah sebagai motivasi masyarakat daerah perentak dalam bekerja sehari-hari.Dimana bujang gadis sama-sama bekerja di sawah pada waktu istirahat makan siang di bawah pohon beringin rindang.Sambil menunggu nasi datang mereka mengadakan hiburan. Kaun lelaki memukul alat ank dan kaum perempuan menari dengan lemah gemulai yang menampilkan gerak sebagai berikut :
1. Berlarian ke arena
2. Liuk (menggambarkan kehalusan budi wanita)
3. Elang menari (ungkapan kewaspadaan dalam bekerja)
4. Kipas diri (mendahulukan pekerjaan yang amat penting)
5. Keleong kipas (ungkapan kepribadian wanita yang memiliki sifat jinak lalat)
6. Kipas menda (membuat tamu jadi senang)
7. Sabung kucing (ungkapan kebijaksanaan)
8. Sabung kilat (ungkapan ketegasan)
9. Liuk duduk (pamit bahwa tarian ini akan diakhiri)
10. Liuk sembah (mohon maaf dan hormat pada semua yang hadir)
Musik Pengiring : Musik Daerah Perentak
Alat Musik : Biola, Gendang, Accordion, Gong
Pakaian : Baju kurung sempit lengan, kain batik tulisan Jambi,
selendang batik tulisan Jambi, Kenak kain serai serumpun
dan kuluk tegendeng rencong telang.
Syair Lagu Tari Kipas Perentak
Nak lang yo latu lah tu gilang la yo lah gilang la yo la saying
Yo nganak yo pulo nanglah yo kikik lah marubung tinggi dek saying oi
Pucuk Jambi Sembilan lurah dek sayang oi

Kami menyisik yo padi nan jo la yo lalang lah yo lah sayang
Yo tegak e la pulo nan se lah rupo la jo daun padi dek saying oi
Baik budi idak tu baleh dek sayang oi

Banyak talang yo lapu la karo la yo talang la yo saying
Yo ngidak yo pulo nanlah yo samo le talang jerami dek saying oi
Tali undang tambang teliti dek sayang oi

Banyak malang yo lapulah karo la yo ya malang la yo la saying
Yo ngidak yo pulo nanlah yo samo le malang di kami dek saying oi
Tali undang tambang teliti dek sayang oi

Padi balik yo la jerami la yo la tingga la yo lah sayang
Yo sosok yo pulo nan man lah jadi le padang padang ketutu de saying oi
Pujuk Jambi Sembilan lurah dek sayang oi

Kami balik yo kamu nan lah la yo la tingga la yo lah sayang
Yo ngapo yo pulo nanpa lah ngubek leh nan hati nan rusuh dek saying oi
Ujung tanjung muaro masumai dek sayang oi

Menggali Cerita Rakyat

Pada tahun 1983, penampilan cerita rakyat “Sipekak Sebuah Rumah” dan menampilkankannya pada Petra se-Provinsi Jambi di Jambi pada tahun yang sama menampilkan cerita rakyat “Sadar Karena Mimpi Hanya Main Sampai Kabupaten”. Tahun 1984, menggarap tari tauh dan dijadikan tari tauh kain untuk mengikuti ank seni se-Provinsi Jambi pada tahun 1984.Dan, mendapatkan juara pertama di sungai Penuh Kabupaten Kerinci.

Cerita Rakyat yang digarap antara lain :
1. Sipekak Sebuah Rumah, 1983
2. Sadar Tersebab Mimpi, 1984
3. Puti Bungsu, 1995
4. Puti Kelumpang, 1994
5. Gading Betuah Yang Hilang, 1999

Tarian Garapan Hj. Nuraini
Dua tahun berikutnya, menggarap tari dan sandrra tari Puti Bungsu, dan mengikuti pekan seni se-Provinsi Jambi dapat juara dua di Kabupaten Bungo Tebo 1985. Pada tahun 1985/1986 menggarap tari adeng-adeng-puti kelesung-tari massal sambut menda pada tahun 1989. Tari Bandan digarap tahun 1992 dengan hasil survey Nur Aiuni dengan Pemda Sarko dan lagu diserahkan dengan Hurul Aswad sedangkan tari kreasi oleh Nuraini dan Moh. Nasir.Tahun 1995 menggarap tari Kecimpung Ambai. Kemudian atas usul ibu bupati Bambang Suko Winarno menggarap tari persembahan Sarko bersama Datuk M. Thais Kadir dan Bachtiar Latif. Itulah tari persembahan yang tampil saat ini dan sewaktu mau ke Taman Mini tahun 2001.Ditambah lagu oleh Daswar Edi dan Ferlita.
Berikut nama-nama tari garapan Hj. Nuraini :
1. Tari Sekin (pisau), 1981
2. Tari Lenggang Ke Umo, 1982
3. Tari Puti Kelesung, 1983
4. Tari Tauh Kain, 1984
5. Tari Putri Bungsu (Sandra Tari), 1985
6. Tari Puti Kelesung, 1983
7. Tari Masal SAmbut Meda, 1989
8. Tari Bandan, 1992
9. Tari Kecimpung Ambai, 1995

Tahun 2000/2001 menggarap pertunjukan rakyat betegak rumah serta beserta scenario dan mencari pemain dan pemusik.Tahun 2001 berangkat Singapura bersama group Kerinci dengan pimpinan Bp. Tom Ibnur membawa kesenian marcok.

Tari Putri Bungsu
Tarian ini diambil dari sebuah kisah di desa Kuangkai Kabupaten Merangin, yang mengisahkan kehidupan seuah keluarga miskin bernama Amin. Istrinya, Zaleha yang mempunyai 7 orang anak perempuan, dari anak yang sulung sampai anak nomor 6 bernama Putri Enam yang berwajah buruk, sombong, malas dan suka bersolek setiap hari tapa memikirkan keadaan orang tuanya yang kerjanya setiap hari engambil upah di ladang orang lain. Dan, yang paling kecil anak mereka bernama Putri Bungsu yang berparas cantik, sopan seta taat kepada orang tua, rendah hati dan rajin. Selalu membantu pekerjaan orang tuanya. Ini pulalah yang menyebabka keenam kakak-kakaknya membencinya. Putri Bungsu selalu diganggu oleh mereka, apalagi saat orangtuanya tidak dirumah. Keadaan inilah yang diderita oleh putrid bungsu setiap hari. Ia mengerjakan perintah-perintah putrid enam. Tetapi putri bungsu tetap mengerjakannya dengan patuh.

Lain halnya dengan kedua orangtuanya yang bekerja di ladang majikannya, yang pada suatu hari, tepat tengah hari saat sedang panas terik, istrinya minta istirahat sebentar kepada suaminya, untuk makan dan minum di bawah sebuah pohon beringin yang tidak jauh dari tempatnya bekerja. Baru saja ia memegang bungkus nasi, tiba-tiba terdengar suara keras ari majikannya; “Hei orang iskin tidak tahu diuntung, kiranya kamu disini hanya duduk-duk saja dn tidak bekerja, kalau begini upah kalian tidak akan dibayar…” . Dengan tubuh yang gemetar, air matanya berlinang keduanya kembali bekerja walaupun belum sempat makan dan minum, keduanya bekerja tapa berkata-kata. Tak lama kemudan kira-kira jam 2 setelah majikan prig tampak dari kejauhan sepasag suami istri berpakaian bagus. Dalam hati mereka berkata alangkah senangnya pasangan itu. Namun tak lama kemudian pasaga itu sampai di tempat mereka bekerja. Tiba-tiba suami pasangan tersebut berkata; oh…kamu ain…?! Amin pun menyahut; “oh Mahmud…!”. Selanjutnya terjadi percakapan sebagai berikut :
Mahmud :
kenapa bekerja di hari seperti ini..tidak kasihan dengan badan sendiri?
Amin :
Oh.. Pak Mhmud yang bernasib elok, orang kayo yang berharto banyak, cuba tengok untung kami…gawe di ladang orang setiap hari, hutangpun masih bertumpuk pada juragan. Kami lah miskin badan sensaro, sebab upah yang kami harapkan anak betujuh betino galonyo.
Mahmud :
Nah Pak Amin..alangkah mujurnyo..bukan miskin yang jadi patokan tidak pulo kayo yang dibanggakan, cubo dengar ratapan kai pulo..Kami kayo harto berlimpah, semua hajat terkabul, namun ado yang sangat mengganjal dihati kami, kami punyo anak jantan cacat, tangan kudung, tangan beerbulu, niat nak mencarikan jodoh, lah keilir dan mudik kampong,,itulah yang merusuh hatikami…sampai kini belum ketemu..
Amin :
Pak Mahmud..orang kayo turun temurun mengapo dak diramal anak kami, ado betujuh, betino galoyo…
Mahmud :
Iyo nian itu pak amin..alangkah senang kami mendengarnyo, kini dapat kami cari..kalau cam tu berapo nin hutang kepado juragan ladang..moh lah kito bayar kini jugo… Bisuk pagi kami akan melamar ke rumah Pak Amin.
Setelah hutang Pak Amin dibayar, maka terbebaslah Pak Amin dan keluarga dari hutang majikan ladang mereka. Dan sampai di rumah Pak AMin menyampaikan berita kepada anak-anaknya, bahwa besok pagi aka nada yang datang untuk melamar kalian, mendengar khabar tersebut maka putrid bernam bermufakat untuk tidak membiarkan putri bungsu mndapatkan lamaran itu..
Keesokan harinya, Putri enam masing-masing bersolek, sedangkan putrid bungsu disuruh di dapur untuk memasak dan juga muka putrid bungsu di coret dengan arang. Putri enam melihat dari kejauhan keluarga pak Mahmud berjalan beriring-iringan menuju rumah mereka, dilihatnya yang datang pasangan suami istri Pak Mahmud dan anaknya yang tidak berupa manusia biasa dan tingginya tidak sampai 1 meter.
Lalu Putri Enam sepakat untuk mebiarkan lmaran ini didapati oleh putrid bungsu, karena mereka tidak mau menikahi anak pasangan Pak Mahmud tersebut, walaupun mereka kaya.
Selanjutnya, terjadilah dialog yang dinyanyikan :
Pak Amin :
Oi Nsk Oi Puti satu duo yo nak, mbuh kau kawin yo nak denganlah si kudung…?
Puti 1& 2 :
Padolah Belati Lah ikek Baju, Eloklah dikilin kelindan jati. Padolah belaki denganlah si hantu, eloklah dibuang kami kini-kini.
Pak Amin :
Oi nak oi puti tigo empek yo nak, mbuh kau kawin yo nak denganlah si kudung…
Puteri 3 & 4 :
Pupuklah api lah di lubuk gaung, oranglah bangko lah memanggang belut. Dari pado kawin denganlah si kudung, bialah merando seumur hidup.
Pak Amin :
Oi nak oi puti limo enam yo nak, mbuh kau kawin yo nak denganlah si kudung:
Putri 5 & 6 :
Apokah pecah kaco lah di bilik, entahnyo tumpahlah si gulai nanko apo kah ayah nan salah celik, hntu lah di sangko anak orang kayo
Pak Amin :
Oi nak oi putilah bungsu sayang, mbuh kau kawin yo nak denganlah si kudung…?
Putri Bungsu :
Manolah galah dengan lah belido, bialah buyung mandilah di kali. Manolah ayah serato bundo, bialah sikudung kajadi suami
Setelah mendengar jawaban si bungsu, maka si kudung tiba-tiba berubah menjadi seorang pangeran, gagah perkasa. Lantas menghampiri putrid bungsu lalu dibawa menari.
Sambil kedua orang tua mereka masing-masing mengiring dari belakang, sedangkan putrid enam menangis tersedu-sedu menyesal menolak lamaran sikudung, dan akhirnya sadar bahwa perbuatan mmereka selama ini adalah menghina putrid bungsu akhirnya mendapat balasan.
Musik pengiring : musik daerah perentak
Lagu pengiring : lagu puti bungsu
Pakaian : baju kurung, samping susun, teluk belango, destar daun kacang
sarung tenun dan songket jambi.

Tari Skin
Tari skin adalah sebuah tarian asli daerah Perentak Kecamatan Pangkalan Jambu Kabupaten Merangin Provinsi Jambi. Tarian ini telah berkembang sejak zaman Hindu Sriwijaya, asal mulanya ada serangan dari selatan daerah ini yang mengancam meminta gadis 100 orang dan bujang 100 orang, gadis 100 orang akan dijadikan selir raja dan bujang 100 untuk dijadikan budak.

Serangan ini disambut oleh raja Merangina dengan dibantu oleh seekor buaya putih hingga terjadi pertumpahan darah, banyak korban berjatuhan sehingga sungai Merangin dipenuhi dengan bangkai serta tulang belulang manusia yang dihimpun di sebuah teluk yang diberi nama Teluk Wang (Teluk Orang) yang letak teluk ini tidak jauh dari lokasi Geopark Merangin sekarang yang rencananya akan dijadikan objek wisata dunia berdasarkan hasil test UNICEF.

Kabar serangan tersebut sampai ke penduduk di sepanjang sungai Merangin termasuk daerah Perentak (Sungai Kunyit) tempat lahan tarian berasal, mendengar kabar tersebut maka pemimpin di daerah ini mempersenjatai perempuan-perempuan yang akan keluar rumah untuk bersawah ank e ladang dengan skin atau pisau bermata dua yang sebelumnya telah dijampi terlebih dahulu. Ini berguna untuk menangkis dan mengadakan perlawanan jika musuh menyerang dan juga agar mereka tahan terhadap senjata tajam. Sejak inilah berkembangnya tari skin di daerah ini.

Pada akhir abad 18 dan awal 19 tarian ini hilang dikarenakan tidak dilestarikan lagi dikarenakan larangan dari orang tua-tua, ninik mamak, alim ulama yang disebabkan oleh bebasnya pergaulan muda-mudi saat diadakan penampilan tarian semalam suntuik. Kemudian pada akhir tahun 1960-an, tarian ini digali kembali oleh Ny. Nuraini atas perintah Bupati Sarko saat itu, dan sampai sekarang telah membudaya di Provinsi Jambi.

Sinopsis tarian ini adalah sebagai berikut.Tarian ini menggambarkan kesigapan kaum wanita dalam menghadapi musuh.Tari ini bertemakan bela diri yang dimulai dengan dua kelompok wanita yang saling curiga.Mereka membanggakan diri dan terjadilah gerakan kebanggaan yaitu langkah tigo, saling kejar mengejar, dan bertarung menggunakan skin.Juga terdapat langkah tikam, tulah berguling dan menantang dan diakhiri tersadar mereka adalah sama-sama wanita yang berhati lembut dan mengakhiri tarian dengan maaf-maafan dan berdamai.

Lagu Tari
Rang Mudo babaju sitin
Dalamlah sitin lah babungo-bungo
Tari unamo tarilah nyo sekin
Tari daerah pusako lamo

Di pulah entak huluan jambi
Sungai lah kunyit ayek lah nyo keruh
Dimulah rentak lah membela diri
Langkah lah tigo sabungnyo sungguh

Idak bugelang idak lah nyo malu
Namun dak bucincin wak malu nian
Kini kawanlah lah batemu
Betemu pantang dielakkan

Lah bekemuk perang dimulai
Tikan tujah menjadi jadi
Kejar mengejar samo pandai
Kalah menang samo dinanti

Lah penek samo dinanti
Kaji ditambah dua helai
Lah penek kito berkulahi
Mari kito samo berdamai

Kalau ado sumur diladang
Boleh kito menumpang mandi
Kalau ado sumur samo panjang
Boleh kito bertemu lagi

Penutup
Berdasarkan uraian di atas, Hj Nuraini dari Kabupaten Merangin Jambi berjasa dan memberikan kontribusi besar terhadap pelestarian kebudayaan khususnya budaya Merangin yang mencakup perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatannya dalam kehidupan masyarakat Merangin dan Jambi pada umumnya . Penghargaan sebagai maestro seni tradisi ditujukan kepada Hj. Nuraini sangat layak untuk dierikan. Beliau konsisten mempertahankan dan melestarikan karya-karya seni langka dan nyaris punah, sehingga fasilitas pemerintah menjadi penting dalam proses pewarisan.

Narasumber :

Sanggar Serai Serumpun Kabupaten Merangin Jambi
1. Hj. Nuraini
2. Edwin Maulana
3. Nurdiyah
4. Reza Dwi Septia
5. Shinta Putriana
6. Mila Santika
7. Reysa Tiara M
8. Ririn Dayana
9. Haykal Alpard
10. Damri
11. Chyndi Putri Sulistyowati
12. Sutarman