Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat sebagai lembaga yang berfungsi untuk melestarikan keberadaan seni tradisi melaksanakan kegiatan Belajar Bersama Maestro (BBM) pada Selasa, 14 Agustus 2018 lalu di Gedung pertemuan Losmen Citra di Katingan, Kalimantan Tengah.
Kegiatan yang mengangkat tema “ Karungut sebagai Wadah Pembentuk Karakter” ini diikuti 100 orang peserta, yang terdiri dari siswa/siswi SMA, SMK, dan MA di Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah.
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah (1) memberikan pengetahuan kepada generasi muda untuk mengenali dan memahami budaya daerahnya sendiri, khususnya kesenian Karungut; (2) memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk belajar budaya secara langsung dengan maestro Karungut; (3) menumbuhkembangkan rasa cinta anak-anak terhadap seni tradisi di daerahnya, khususnya Karungat, serta memupuk rasa nasionalisme dan cinta tanah air kepada generasi muda dengan cara cinta budaya daerahnya.
Kegiatan Belajar Bersama Maestro (BBM) dibuka secara resmi oleh Direktur Kesenian, Restu Gunawan, didampingi Kassubag TU BPNB Kalbar, Moch. Andri WP, serta Assisten II Bidang Ekonomi Kabupaten Katingan, Ahmad Rubama yang ditandai dengan pemukulan gendang.
Kegiatan berupa dialog dan workshop ini memberi kesempatan kepada peserta untuk bertemu dengan maestro seni Karungut, Mael A. Jaman. Narasumber lain dalam kegiatan tersebut adalah Restu Gunawan (Direktorat Kesenian); Chendana Putra (Budayawan); dan Jimy Okto Longere, (Perguruan Tinggi/akademisi). Tidak hanya berdialog, sebelumnya telah ditunjuk perwakilan siswa dari 3 (tiga) sekolah yang ada di Kabupaten Katingan untuk belajar bersama maestro. Mereka kemudian menampilkan hasil belajarnya pada saat gelar seni di hadapan peserta lain, baik sebagai pelantun Karungut maupun penari.
Seperti yang diketahui Karungut adalah folklor lisan masyarakat Dayak Ngaju yang sudah berkembang ratusan tahun, sesuai dengan mitologi yang hidup di tengah masyakatnya. Karungut sendiri berasal dari bahasa Sangiang dan bahasa Sangen/Ngaju Kuno. Karungut dapat berupa pantun, syair, dendang, atau petuah yang dibawakan secara berirama seperti sebuah lagu yang diiringi alat musik kecapi khas Dayak, gong/kakanong, suling dan gendang. Karungut sendiri mengisahkan kebahagiaan, nasihat, dan tata tertib di dalam kehidupan sehari-hari ini harus bersifat komunikatif dan menghibur. Dengan demikian Karungut ini dapat dimaknai sebagai pesan moral yang ditujukan kepada para pendengarnya dan bentuk kearifan lokal yang penting untuk dipelajari oleh generasi muda yang hidup di era globalisasi saat ini.