Berikut 3 Pemenang FFDP 2017 BPNB Kalbar

0
1120

Tiga pemenang telah ditetapkan dalam ajang Festival Film Dokumenter Pendek (FFDP) 2017 yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kalbar, di Gedung Bioskop BPNB Kalbar, Sabtu (16/9/2017).

Narasumber Lianto Luseno saat memberikan materi dalam workshop lanjutan dari Kegiatan FFDP 2017 di Gedung Bioskop BPNB Kalbar, Sabtu (16/9)

Para pemenang tersebut yakni; Komunitas Film Multimedia Teknologi Mandiri dari Kayong Utara (juara pertama), Komunitas Film Amatir Production Sambas dari Sambas (juara kedua), dan Komunitas Film Miftahul Huda Lembaga Simpang Mandiri dari Kayong Utara (juara ketiga).

Komunitas Film Multimedia Teknologi Mandiri dari Kayong Utara sebagai juara pertama telah memproduksi karya dengan judul film “Pendekar Bertutur”. Film ini mengangkat tema tentang seorang yang mempunyai dedikasi tinggi dalam melestarikan tradisi seni bertutur di daerah Kayong Utara. Tetap berjuang memajukan dan melestarikan tradisi seni bertutur di tengah kemajuan seni modern yang ada.

Sebagai pemenang kedua, Komunitas Film Amatir Production Sambas mengangkat karya yang berjudul “Memburu Sang Penyair. Film tersebut menceritakan tentang eksistensi budaya tradisi seni sastra Melayu di Sambas. Dengan memfokuskan perspektif pada hasil karya seni sastra beberapa sastrawan lokal di Sambas, karya film putra Sambas ini mengekspos karya sastrawan lokal yang telah dicatatkan sebagai literatur sastra nasional. Adalah sejarah sastra Melayu lokal yang menjadi bagian dari karya sastra nusantara.

Salah satu pemenang FFDP 2017 sedang berbagi pengalaman dalam proses pembuatan karya film

Kemudian Komunitas Film Miftahul Huda Lembaga Simpang Mandiri dari Kayong Utara pada pemenang ketiga, membuat karya film dengan judul ”Satria Budaya”. Karya film ini berisikan tentang perjuangan seorang pemuda bernama Muhammad Reza, yaitu seorang yang mempunyai tekad dalam melestarikan tradisi adat dan budaya melalui sanggarnya. Berbagai halangan dan rintangan ia hadapi. Dan pada akhirnya Muhammad reza dapat membawa perubahan, serta mendapatkan anugerah sebagai pemuda pelopor di Kalimantan Barat pada tahun 2015.

Adapun juri yang telah menilai karya-karya peserta FFDP tersebut antara lain, Lianto Luseno (nasional), Deny Sofyan (Lokal), dan Yudha (lokal). Sistem penilaian dilaksanakan secara terpisah di antara para juri tersebut. Selanjutnya, hasil penilaian dari tiap-tiap juri kemudian didiskusikan lagi dengan berbagai pertimbangan yang berorientasi pada ketentuan-ketentuan yang sudah diberlakukan oleh panitia.

Dalam perolehan juara pertama, kedua, dan ketiga tersebut, para pemenang berhak mendapatkan piala, piagam, dan uang apresiasi dengan total senilai 20 juta rupiah (dipotong pajak). Juara pertama sejumlah 10 juta rupiah, juara kedua 6 juta rupiah, dan juara ketiga 4 juta rupiah.

Ajang Festival Film Dokumenter Pendek yang untuk pertamakalinya diadakan oleh BPNB Kalbar ini, memperlombakan karya film dokumenter dalam konteks pelestarian kebudayaan tradisi Kalimantan Barat. Peserta diberi ketentuan untuk membuat karya film tentang budaya tradisi masyarakat Kalimantan Barat dengan format film dokumenter.

Ketentuan tersebut disesuaikan dengan tema festival, yaitu “Ragam Budaya Kalimantan Barat”. Tema besar ini dimaksudkan untuk memberi keleluasaan para peserta dalam menentukan objek apa yang akan dijadikan sasaran dalam karya film. Bisa berupa objek budaya musik, tari, sastra, teater tradisi, dan objek budaya tradisi di Kalimantan Barat lainnya.

Dalam laporannya, koordinator kegiatan menyampaikan informasi bahwa Kegiatan Festival Film Dokumenter Pendek (FFDP) ini telah dimulai sejak bulan Juni 2017 dan ditutup pada tanggal 9 September 2017. FFDP dilaksanakan dengan kategori peserta dibuka untuk umum—boleh diikuti komunitas film umum atau komunitas film di sekolah-sekolah tingkat SMA/SMK,

Sebagai langkah lanjutan dan memaksimalkan manfaat kegiatan FFDP 2017, juga diadakan kegiatan pendukung lain, yaitu Kegiatan Workshop Perfilman. Kegiatan lanjutan ini sebagai proses penyerapan/internalisasi dari hasil Kegiatan FFDP—terwujud dalam satu rangkaian yang berkaitan (FFDP dan Workshop Perfilman)

Setelah sesi penyerahan penghargaan, Kepala BPNB Kalbar, Hendraswati, dalam sambutannya mengatakan sangat mengapresiasi kegiatan FFDP. FFDP dirasakan sangat diperlukan oleh para komunitas film di Kalimantan Barat sebagai ajang untuk memotivasi semangat berkarya generasi muda, khususnya perfilman dalam konteks pelestarian budaya tradisi.

“Saya berharap kegiatan seperti ini akan terus berlanjut pada tahun-tahun berikutnya, sehingga tidak cukup sampai di sini saja. Akan ada kontinuitas dalam pelaksanaan kegiatan perfilman seperti FFDP maupun workshop perfilman”, tegas Hendraswati.

Pada subkegiatan workshop, narasumber yang dihadirkan yaitu dua dari dewan juri, Lianto Luseno dan Deny Sofyan. Dua narasumber tersebut dibagi dalam dua sesi materi yang berbeda, teori dan teknis. Teori perfilman disampaikan oleh Lianto Luseno, berkenaan tentang seputar penggalian dan penyampaian ide yang akan diwujudkan dalam sebuah film dokumenter.

Sedangkan pada sesi penyampaian materi teknis oleh Deny Sofyan, yaitu tentang tata cara penggunaan kamera DSLR yang tepat dalam produksi sebuah film dokumenter.

Sebagai narasumber tambahan dihadirkan juga dua orang yang mempunyai pengalaman dalam produksi film dokumenter Eagle Awards (Metro TV), yaitu Siska dan Iswandi. Kedua orang ini pernah menjadi peserta yang masuk dalam pelatihan pembuatan film pada program Eagle Awards.

Berikut film para pemenang: