Masyarakat Kalimantan Barat kembali berduka atas wafatnya akademisi dan sejarawan Kalimantan Barat, Drs. H. Soedarto, pada Hari Rabu, 25 Januari 2017, Pukul 07.00 pagi hari. Almarhum meninggal pada usia 84 tahun dikarenakan menderita sakit pernafasan. Jenazah disemayamkan di kediamannya, di Jalan Selayar, Kota Baru, Pontianak, Kalimantan Barat, dan selanjutnya dikebumikan di pemakaman Danau Sentarum, Pontianak.
Almarhum merupakan pria kelahiran Klaten, 15 November 1933 yang aktif sebagai narasumber sejarah dan pengajar di beberapa perguruan Tinggi di Kalimantan Barat. Setelah menyelesaikan pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Sejarah di IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta, beliau memulai meniti karier pada Tahun 1960 – 1975 sebagai guru di Kalimantan Barat, tepatnya di Kabupaten Sambas. Kemudian pada Tahun 1975 – 1983 berpindah menjadi Staf Kanwil Depdikbud Kalimantan Barat. Setelah delapan tahun mengabdi sebagai Staf Kanwil Depdikbud, kemudian diangkat menjadi Kepala Bagian Perencanaan, Kanwil Depdikbud Kalbar pada masa Tahun 1983 – 1990. Pada Tahun 1993 – 1996 berlanjut menjadi Pengawas Pendidikan, Kanwil Depdikbud Kalimantan Barat.
Pada masa setelah mengakhiri masa pengabdiannya sebagai Pegawai Negeri Sipil, almarhum masih konsisten berkarya di bidang pendidikan, antara lain; sebagai Dosen di STAIN/IAIN Pontianak (1993 – sekarang/sebelum wafat), Badan Akreditasi Sekolah dan Madrasah (2006 – sekarang/sebelum wafat). Di luar bidang pendidikan, Almarhum Soedarto juga sempat mengabdikan diri sebagai Konsultan Bank Dunia pada periode Tahun 1996 – 2000.
Di antara pengabdiannya di dunia pendidikan dan Bank Dunia, beliau juga pernah tergabung dalam beberapa tim, antara lain; Tim pengusulan Pahlawan Nasional dari Daerah Kalimantan Barat, Tim pengusulan pendirian Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisi/BKSNT (sekarang Balai Pelestarian Nilai Budaya/BPNB Kalbar), Tim penelitian dalam bidang sejarah (judul buku; “Sejarah Pendidikan Kalimantan Barat” dan “Sejarah Daerah Kalimantan Barat”, dan Tim Penyusunan Perda Hari Berdukacita Daerah (Mandor). Di luar pendidikannya pada Pendidikan Ilmu Sejarah Sanata Dharma Yogyakarta, beliau juga sempat mengenyam pendidikan di Institute for Educational Management, Vietnam.
Berbekal pendidikan dan pengalaman pekerjaan tersebut, serta didukung kemampuannya menguasai tiga bahasa asing (Belanda, Jerman, dan Inggris), sosok rendah hati dan bersahaja ini mengabdikan diri sebagai Sejarawan di Kalimantan Barat. Aktif memberikan kritik dan saran dalam bidang penelitian dan pendidikan sejarah, membantu menerjemahkan arsip-arsip nasional berbahasa asing (Belanda/Jerman) ke dalam Bahasa Indonesia, dan bahkan sebagai narasumber sejarah Kalimantan Barat.
Pada saat sebelum wafat, almarhum sempat menulis surat wasiat yang ditujukan kepada keluarga, sahabat/rekan, dan beberapa instansi pemerintah. Beberapa di antaranya; memberikan beberapa koleksi bukunya kepada Perpustakaan IKIP PGRI Pontianak dan beberapa orang yang disebutkan, serta memberikan koleksi benda bersejarah berupa tempayan tua kepada Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kalimantan Barat.