Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat sebagai salah satu institusi pemerintah di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ikut serta dalam mendukung perfilman Indonesia pada saat ini. Sehubungan dengan hal tersebut, Selasa, 12 Februari 2019, Jurnalis Perempuan Khatulistiwa, Layar Keliling, Balaan Tumaan & Parklife People selaku pihak penyelenggara bekerja sama dengan BPNB Kalimantan Barat menyelenggarakan pemutaran film serta dirangkai dengan kegiatan diskusi terkait dengan film yang diputar, bertempat di gedung bioskop mini BPNB Kalimantan Barat.
Sutradara terkenal Garin Nugroho berkesempatan hadir dalam pemutaran dan diskusi film “Nyai” yang merupakan hasil karyanya sendiri. Peserta yang dihadiri sekitar 60 orang tersebut berasal dari berbagai kalangan diantaranya mahasiswa, praktisi, pegawai baik negeri maupun swasta, komunitas film dan lain-lain.
Film Nyai yang berdurasi sekitar 85 menit ini mengangkat cerita mengenai sosok perempuan pribumi yang menikah dengan laki-laki Belanda yang marak pada masa kolonial. Dalam diskusi, ia mengatakan bahwa film ini diangkat dari ide kehidupan masyarakat sekitar tahun 1927/1926 ketika film Indonesia pertama lahir dan dimungkinkan karena tumbuhnya teater Komedi Stamboel, yang merupakan teater awal didirikan pada masa itu. Pendekatan film Nyai ini menurutnya sangat teatrikal karena film ini 1 shot, 1 teak dan real time jadi tidak ada acting karena begitu selesai langsung jadi. Film yang sengaja diputar di komunitas ini menurutnya untuk memberi inspirasi baik teater musik, tari dan sebagainya bahwa ada beragam cara untuk memproduksi film dan ada cara pendekatan dari mulai film dan film teater seperti film dan sebagainya.
Pertanyaan pun banyak dilontarkan dari beberapa peserta, diantaranya mengenai apa yang harus dipersiapkan dalam pembuatan film tersebut. Menurut salah seorang peserta yang hadir, ia menyambut baik diselenggarakannya kegiatan ini, karena film ini diputar untuk komunitas perfilman agar mendapat apresiasi baik teknik pembuatan maupun isi film.