Tradisi sebagai warisan leluhur pendahulu kita dan sarat dengan nilai kearifan lokal akan tercakup dalam pertunjukan tari dan musik tradisi. Hal ini bisa terbukti di acara Pergelaran Seni Multikultur di BPNB Kalimantan Barat, 9-12 Agustus 2018 lalu.
Pementasan yang bersifat pergelaran ini merupakan agenda tahunan BPNB Kalbar sekaligus sebagai upaya untuk menggali, memberdayakan, dan melestarikan kesenian tradisi di sekitar Kota Pontianak yang hampir punah. Para penampil yang ikut serta dalam pergelaran ini berasal dari sanggar-sanggar seni yang berasal dari Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Mempawah. Pergelaran seni multikultur tahun ini terfokus pada pergelaran seni jepin, musik tradisi dan kreasi. Adapun jepin yang ditampilkan meliputi Jepin Lambut, Jepin Sikannang, Jepin Rotan, Jepin Tembung, Jepin Langkah Parit Lengkong, dan Jepin Bintang. Sedangkan musik tradisi dan kreasi yang ditampilkan adalah musik Dayak, tanjidor (Melayu) dan kolaborasi 3 etnis. Suatu bentuk pergelaran yang komplet, inovatif, dan sangat pantas diapresiasi bagi kita para pelestari dan penikmat seni budaya dimanapun.
Dengan panggung yang megah, dekorasi yang indah, tepat berada di halaman depan kantor BPNB Kalbar, puncak acara pergelaran seni multikultur berlangsung Sabtu malam, 11 Agustus 2018, yang menampilkan 10 (sepuluh) penampil jepin serta musik tradisi dan kreasi. Acara semakin meriah dengan disediakannya doorprize bagi pengunjung dari luar keluarga besar BPNB Kalbar yang dapat menjawab pertanyaan dari panitia.
Pergelaran seni multikultur di BPNB Kalbar disaksikan oleh sekitar seratus orang pengunjung yang datang tanpa dipungut biaya. Selain itu hadir pula tamu undangan dari Museum Kalbar, Balai Bahasa Kalbar, Dinas Dikbud Kota Pontianak, serta unsur lainnya. Kepala Dinas Dikbud Prov. Kalbar yang diwakili oleh Kepala Taman Budaya Kalbar dan Kepala BPNB Kalbar memberikan kata sambutan dalam pergelaran yang mengusung tema “Pesona Khatulistiwa, Citra Indonesia: Mengenal Keragaman untuk Ketahanan Budaya Bangsa”.
Musik tradisional Tionghoa Yayasan Kuning Agung menjadi penampil pertama pada Pergelaran Seni Multikultur. Persembahan tari Jepin Parit Lengkong (Sanggar Spectrum), Jepin Rotan (Sanggar Seni Kesumba), musik Tanjidor (Sanggar Setia Kawan) semakin menambah kemeriahan pergelaran ini. Jepin Lambut Sikannang (Sanggar Rampak Sri Tanjung) menjadi penampil berikutnya, diikuti Jepin Tembung (Sanggar Bougenville), musik Dayak (Sanggar Nuswarantara Ensambel). Selanjutnya adalah Sanggar Bidai Rampai yang menampilkan Jepin Langkah, dilanjutkan dengan musik 3 etnis (Sanggar Kijang Berantai) dan Jepin Bintang (Sanggar Andari). Pagelaran ditutup dengan persembahan tarian oleh semua penari dengan penata tari Albertus Benny.
Jepin adalah salah satu sarana penyebaran agama Islam di Kalbar melalui jalur kesenian yang berkembang di abad ke-13. Jepin yang dapat ditarikan oleh penari laki-laki dan perempuan ini memiliki aturan dasar dalam gerakannya, antara lain kaki tidak boleh mengangkang dan tangan tidak boleh diayunkan terlalu tinggi. Jepin yang berkembang di Kalbar bertumpu pada gerakan dasar kaki dan tangan penari yang mengayunkannya secara berulang-ulang ke kanan dan ke kiri, bergerak maju mundur, terkadang berputar searah jarum jam. Pada saat ditarikan, Jepin diiringi musik berirama gambus, marawis, perkusi, dan lainnya, serta diiringi lantunan syair lagu yang berisi ajaran agama Islam, pantun nasihat, dan salawat kepada Nabi Muhammad SAW.