Medan-Rabu, 20 Februari 2019, tiga proposal penelitian yang akan dilaksanakan oleh tiga tim peneliti BPNB Aceh telah dibedah pada kegiatan Seminar Proposal Penelitian tahun 2019. Bertempat di Aula Garuda Plaza Hotel & Convention Medan, ketiga judul proposal penelitian tersebut adalah: Tradisi Marsirimpa Dalam Kehidupan Bersawah di Kecamatan Tipang Bakara, Kabupaten Humbang Hasundutan; Kajian Lagu-lagu Pada Masa Perjuangan (Syair, Tokoh, dan Pencipta) di Sumatera Utara; dan Tari Dulang: Makna dan Bentuk Penyajiannya.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2019 ini BPNB Aceh melaksanakan kegiatan Seminar Proposal Penelitian sebanyak dua kali, kegiatan seminar tersebut dilaksanakan di dua lokasi yang berbeda. Seminar Proposal Penelitian (baik sejarah dan nilai budaya) yang terkait dengan Aceh akan dilaksanakan di Kota Banda Aceh pada tanggal 27 Februari 2019 yang akan datang, dan seluruh penelitian yang mengambil lokus di Sumatera Utara diseminarkan di Kota Medan, sebagaimana yang telah terlaksana pada hari Rabu kemarin.
Ini didasarkan pada masukan para peneliti di BPNB Aceh, agar setiap penelitian yang akan dilaksanakan bisa mendapatkan hasil yang maksimal, mendapatkan masukan-masukan serta informasi awal yang akurat terkait dengan objek dan lokus dari penelitian yang akan dilaksanakan di Sumatera Utara. Selama ini, setiap penelitian yang dilaksanakan di wilayah Provinsi Sumatera Utara, proposal penelitiannya diseminarkan (dibedah) di Kota Banda Aceh dan dihadiri oleh narasumber serta peserta yang kesemuanya berasal dari Aceh, sehingga dinamika di dalam bedah proposal tersebut tidak terlihat semenarik dinamika saat proposal penelitian terkait Aceh dibedah.
Seminar Proposal Penelitian kali ini juga terasa lebih “greget” karena mengundang salah seorang narasumber yang merupakan Peneliti LIPI Bidang Humaniora, Prof. riset. Dr. Dwi Purwoko, M.Si. Beliau sengaja dihadirkan pada dua sesi seminar di Kota Medan dan Kota Banda Aceh demi mendapatkan kritikan-kritikan dan masukan-masukan demi hasil penelitian yang lebih baik.
Beliau mengingatkan agar setiap peneliti dapat memperkaya referensi melalui buku-buku dan jurnal-jurnal hasil penelitian. Selain itu seorang peneliti harus mampu menyatakan bahwa penelitian ini unik, berbeda dengan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh orang-orang sebelumnya dan ini harus tertuang secara jelas pada bagian latar belakang penelitian.
Selain beliau, BPNB Aceh juga menghadirkan ahli Antropologi Linguistik Universitas Sumatera Utara yang sudah sangat dikenal, yakni Prof. Dr. Robert Sibarani, yang juga memberikan kritik dan masukan untuk memperkuat penelitian tersebut. BPNB Aceh juga mengundang para akademisi, mahasiswa, tokoh dan pelaku budaya untuk mempertajam ketiga proposal penelitian yang akan dilaksanakan di Provinsi Sumater Utara tersebut.
Miftah Nasution